1. her

264 51 22
                                    

Akselerasi.

Berkemilau, memukau. Bagai mendapat gelar presiden dalam skala kecil.

Semua orang pasti bahagia apabila mendapat kesempatan itu, setahunya. Namun gadis di depan sana—kelas 10 yang akselerasi ke kelas 12-3—nihil raut bahagia.

Kepalan tangannya mengerat tanpa disadari. Murid ber-name tag Kim Yonghee, terlihat menahan tantrum sendiri. Perjuangannya dikhianati, lantaran sekolah tak memberi mahkota akselerasi, meski turut serta di banyak kompetisi.

"Saya Lee Yorim dari kelas 10-2. Saya harap dapat diterima di sini, dan bisa bekerja sama dengan baik."

Dengan ucapan yang jika didengar tidak terlalu sopan, gadis yang sudah menuju tempat duduknya di ujung depan, belum menyadari bahwa beberapa orang melempar tatapan sinis. Kim Yonghee memperhatikan, gadis itu menjejal kupingnya dengan earphone, padahal guru sedang menjelaskan.

Kalau saja tidak berjauhan, sudah Yonghee jadikan bukti, gadis itu tak pantas dapat akselerasi. Yonghee hanya tidak paham, bahwa beberapa orang menciptakan dunianya sendiri dalam kepala.

"Yonghee, pinjam penghapus, ya? Eh, kebelet BAB?" cecar Yoon Hyunsuk, melihat wajah Yonghee yang memerah dan berkerut.

Yonghee mendelik.

༚✧───✺────✧༚

Melodi tanda istirahat meraih detik terakhir. Semua orang berlomba keluar, mengantre makan siang di kantin yang konon lebih lezat dari masakan ibu.

Belum banyak yang menyapa hari ini. Yorim sadar, ia tak cukup menarik. Masuk kelas tanpa senyum sedikit pun, ia tahu bahwa mereka yang merasa harus disegani karena lebih tua, akan banyak membencinya.

Earphone yang ia kenakan, setia menggantung walau tak dibunyikan. Yorim tidak terlalu suka diajak berbasa-basi. Maka, ia putuskan berpura-pura tidak mendengar apapun di atas hatinya yang mudah cemas.

"Lee Yorim, bisa ke sini sebentar?"

Sumber suara berasal dari lelaki berbibir bawah tebal. Yorim menghampiri, lelaki itu tersenyum.

"Aku ketua kelas, Lee Byounggon. Tiap pagi, setiap siswa harus mengisi data absen, meski sudah ada finger print. Untuk antisipasi jika ada yang bolos. Tapi kalau aku belum datang, Kim Yonghee akan menggantikan. Dia wakil ketua."

Byounggon menunjuk orang di belakang tempat ia duduk. Kim Yonghee, tersenyum dan menyorot lembut. Terlihat ramah dengan khas tahi lalat di ujung mata kirinya. Tampan.

Sembari memperhatikan satu-persatu lima orang lelaki di hadapannya, Yorim menyahut, "ah iya, baiklah."

"Maklum, Byounggon itu pemalas," sahut seseorang di belakang. Ucapan itu dibalas jitakan keras, "Hyunsuk, diam dulu!"

Byounggon tersenyum lagi. "Ah, iya, bisa tulis ID Kakao-mu? Yonghee akan memasukkanmu ke grup kelas. Kami biasanya perang stiker di malam hari, kalau mau ikut."

Teman sebangku Byounggon—Kim Seunghun—tertawa. "Bodoh, itu bukanlah informasi yang harus kau beberkan! Jangan dengarkan dia. Selalu banyak info penting di grup kelas."

Yorim tersenyum.

"Yonghee, sepertinya kau akan punya rival?" Lelaki kurus dengan wajah tirus namun tampan—Bae Jinyoung—menyeletuk. Terlihat dingin lantaran bersedekap tangan.

Yang disinggung tersenyum. "Aku tidak menganggapnya begitu."

Jinyoung menaikkan sebelah alis tebalnya sebagai respon. Ini makin canggung, saat semua terdiam saling pandang.

一一੭ु

Aku terlalu perasa
Inginku mati rasa

一一੭ु

gantenk-gantenk, ehe :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


gantenk-gantenk, ehe :v

e x f i l t r a t e  [一kim yonghee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang