7. rumour

113 28 0
                                    

Ayahnya menangis subuh tadi. Sepulang kerja disambut oleh tubuh puterinya yang tergeletak dekat tangga. Beliau bersikeras melarang Yorim tidak bersekolah dulu, namun malah disambut kekehan dari sang anak一beralasan bahwa tubuh mungilnya sehat.

"Yorim, tulang pipimu tergores? Sini, kuobati sebentar." Jo Hajae yang memang salah satu petugas unit kesehatan, langsung tanggap saat Yorim baru saja melintas di seberang UKS dengan luka terpampang.

Yorim meringis menahan perih saat cairan kimia meraba luka di pipi. Hajae menatapnya heran. "Ini luka karena apa? Ujung matamu juga lebam."

Satu dentingan notifikasi tiba-tiba hadir di ponsel Yorim, membuat pemiliknya terperangah menemukan nama pengirim pesan.
"Oh itu, karena ... dari Seunghun?"

Kalimat yang tumpang tindih membuat Hajae menatap aneh, memberi sorot mata ketidakpercayaan.

"Oke, bagus!"

Seseorang bangkit dari tidurnya di kasur sebelah. Sejenak sosok itu menoleh ke arah Yorim dan Hajae, menorehkan senyum kelewat manis.

Kwon Sena.

༚✧───✺────✧༚

Hajae baik, kalau saja tak ikut jadi parasit. Keduanya sedang menuju kelas, sambil berbagi sebungkus kacang almond yang Yorim bawa.

Di depan pintu kelas, beberapa orang bergeol riang. Begitu Yorim dan Hajae mendekat, mereka berhenti menari. Menatap Yorim terang-terangan sembari berbisik.

"Hey, yang bawa pulpen banyak, aku pinjam!" teriak Seunghun. Sibuk mengedarkan pandang, memindai dengan mata sipitnya一kotak pensil mana yang menggembung.

Tidak direspon, Seunghun berpatroli.
"Pakai pulpenku saja, Kak." Yorim menawarkan diri saat Seunghun melengos melewati mejanya.

Langkah Seunghun terhenti, namun ia tak berbalik. Hanya menyahut tanpa menatap, "aku tidak pinjam barang dari pemfitnah."

Hati Yorim mencelos, menyisakan ruang kosong dengan ruam luka yang perih. "Maksudnya?"

Seunghun mengangkat bahu, hendak berlalu. Yorim yang penasaran mencekal tangan si lelaki, namun Seunghun meghempasnya一terasa kebas saat tangan Yorim membentur sudut meja. "Kenapa tiba-tiba begini?" tanya Yorim terkejut.

Keributan itu memancing atensi seisi kelas. "Jangan pura-pura tak tahu." Seunghun berbalik, menghujam kebencian dari kedua netranya. "Kapan aku menciptakan luka di wajahmu, hm?"

Yang ditanya menganga, "aku tidak pernah mengatakan一

"Buka grup, orang pintar jangan pura-pura dungu."
Seunghun memang bertutur datar, namun sarat kebencian. Cukup membuat Yorim merasakan kabut di pandangan, lalu buru-buru mengecek pesan grup di ponsel.

kwon.sena
|🔊 Pesan suara

"Ini luka karena apa? Ujung matamu juga lebam."

"Oh itu, karena ... dari Seunghun?"

Seketika Yorim merasa sesak mendengar rekaman itu, kini ia mengerti. "Itu salah paham! Aku sedang bicara pada Hajae. Hajae, bukankah kau juga mengerti?"

"Kupikir kamu memang menyalahkan Seunghun, Yorim," sahut Hajae tenang.

Oh, astaga.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Yorim memberanikan diri. "Kwon Sena, kau sengaja?"

Gadis yang sedari tadi berdiam menikmati pertunjukan, mendongak dengan senyum merekah. "Kenapa?"

"Sudahlah, tidak usah melempar ke orang lain. Toh, kata-kata busuk itu benar keluar dari mulutmu!" teriak seorang lelaki dari pojok belakang. Beberapa orang berseru mengiyakan, menyudutkan Yorim. Byounggon menggebrak meja, membuat yang bergunjing terdiam.

Tangan Yorim mengepal, bahunya terengah menahan tangis. Byounggon menghampiri Yorim, menyentuh pundak gadis itu pelan. "Ke luar dulu, yuk? Biarkan mereka menenangkan diri, kau juga. Katakan apa pun padaku, biar nanti aku yang menjelaskan ke mereka."

Yorim menatap Byounggon putus asa. Sementara Byounggon memberikan senyum lembut seperti biasa. "Kalian tetap tenang sebelum guru datang. Aku ke luar sebentar. Yonghee, tolong catat jika ada yang membuat gaduh."

Sebelum dibawa Byounggon ke luar, netra Yorim menangkap Seunghun dengan sorot mata kekecewaan, Hyunsuk yang menatap kelewat tajam seperti hendak murka, dan terakhir ... netra sayu Yonghee.

༚✧───✺────✧༚

Yonghee ingat binar mata itu. Saat sepasang manik ajaib menatap matanya. Pupil hitam pekat bersinar karena pantulan cahaya. Ia makin tersihir mendapati ujung bawah mata kanan sosok itu bertahi lalat, seperti sengaja dipasangkan dengan miliknya.

Yonghee sesak kala binar indah kesukaannya meredup, digantikan oleh genangan air mata yang meletup. Ingin Yonghee menghentikan semua. Ia tak ingin percaya, tapi rekaman suara itu nyata.

Lee Yorim.

Dia gadis baik. Yonghee ingat ucapan yang diucapkan gadis itu tempo hari. Kalimat yang sukses menggetarkan hati, meluluh lantahkan semua ambisi.

"Kalau nilai dan angka bisa membuat Kak Yonghee bernapas leluasa, aku akan membantu. Aku tidak tega melihat Kak Yonghee tercekik karenaku. Aku menyusul Guru Yoon dulu, nanti kuinfokan lebih lanjut."

Rasanya, ia ingin bertukar dengan Byounggon. Mengajak berbicara Yorim, alih-alih menenangkan kelas yang kacau.

Yonghee tak tahu, tak ada alasan logis, mengapa ia benci namun peduli.


一一੭ु

asa menusuk rasa
memirsa neraka di depan mata

一一੭ु


double up!
ojujujuju~ part ini panjang sekali.

⚠️
i'm not really on hiatus, but sometimes can be the slowest human in the whole world.

e x f i l t r a t e  [一kim yonghee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang