epilog

121 29 2
                                    

Gadis 21 hari.

Tujuh hari membawa benci.
Tujuh hari mengacau hati.
Dan tujuh hari mencintai.

Apakah itu cukup?

Apa yang hilang?

Yonghee berujar pada kabut kelabu. Semuanya tak kunjung baru. Ia lelah menunggu.

Siang terindah itu antah berantah. Yonghee membantah kalau ia pernah ada一ia, puteri fantasinya yang punah.

Entitas itu hilang. Eksistensinya mengambang. Yonghee bungkam, enggan menerawang.

Ia berbalik dengan hati yang mati. Munafik, barangkali gadis itu muncul kembali.

Kim Yorim. Sudah berapa bulan ia menyublim.

Wujudnya tak ada. Yonghee hilang jiwa, ia hampa. Hyunsuk pun iba.

"Akhirnya kita lulus!"

Seruan riang depan kelas, disusul sorakan lain. Apa gunanya selebrasi, kalau tidak ada Yorim?

Nihil jejak. Yang ditinggalkan gadis itu hanyalah surat keterangan blacklist dari perguruan tinggi dan beberapa perkantoran besar untuk beberapa orang yang pernah jahat padanya. Itupun dari Ayahnya, bukan Yorim.

Setidaknya, Yonghee tak bermuram sendiri.

Sekolah akan menjadi kenangan. Ini hari terakhir penantian. Satu-satunya tempat yang pernah disinggahi dua insan. Kalau bukan di sini, Yonghee takut tak dapat lagi bersua.

Selebrasi selesai. Rekannya sudah berlalu digantikan sepi. Ia menunggu, bertekad sampai sore hari.

Menunggui kelas, menciptakan ilusi Yorim dan dirinya sendiri. Ratusan hari berlalu, ia selalu mengucap pertanyaan yang sama:
"Kamu di mana?"

Yonghee tahu, Yorim cinta. Perihal perpisahan, Yonghee berharap hanya perantara一agar dapat lagi bertemu dengannya.

Keluar dari sana pukul lima, Yorim sungguh tak ada. Ia susuri koridor panjang dengan hampa. Lalu, siluet akibat ilusinya menyapa. Bayangan Yorim menaiki tangga, ia kejar.

Yonghee sudah gila.

Sosok ilusi itu menatap senja. Rambut hitam lurus menari dengan ringannya. Yonghee ingin memeluk, tapi ia takut hanya akan menubruk udara. Usap kasar ujung mata, menghapus air di sana.

"Aku tahu kamu tak nyata, kenapa datang terus?" lirih Yonghee.

Gadis itu berbalik. Matanya sontak berkaca. Dengan mata memburam, Yonghee melihat sosok ilusinya mendekat. Berhenti sejenak, lalu mendekap Yonghee一membasahi dada dengan tangisan kencangnya.

"Maafkan aku," ujarnya tersedu.

Yonghee mencoba mengurai rambut kesukaannya一itu tidak tembus. Ia terisak dalam tawa. "Gila! Aku sudah gila. Aku bisa menyentuh ilusi ciptaanku sendiri, haha!"

Yorim mendongak, menunjukkan raut miris teramat sedih. "Kak Yonghee? Aku di sini. Ini benar-benar aku."

Yonghee mematung.

"Aku terpaksa pergi. Aku harus terapi di tempat yang jauh. Kakak yang memintaku sembuh. Aku sudah kembali," gadis itu masih terisak.

Lelaki itu bergetar, tubuhnya terhuyung ke belakang. Yorim dirajam perih hati. Ia sembuh, namun malah membuat orang lain gila.

Yonghee meraba wajah yang ia rindukan selama delapan bulan terakhir. "Apa benar kamu?"

Tak kuasa bicara, gadis itu hanya mengangguk. Yonghee mendekap erat gadisnya yang telah kembali.

Sedikit karma untuk si lelaki. Berniat filtrasi一menyingkirkan satu eksistensi di bumi一namun ditinggal sebentar gila sendiri.

Syukurnya, semesta setuju mempertemukan mereka kembali.



一一੭ु
officially end.
一一੭ु



sampai jumpa!

e x f i l t r a t e  [一kim yonghee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang