o n e;

453 244 801
                                    

Hello! This is my first fantasy story, so i still need to learn a lot 🙏

Happy reading!

🍂


D-12 before..

Bel ketiga telah berdering selama lima detik, yang menandakan bahwa akhirnya drilling soal-soal hari ini akan segera berakhir. Materi-materi di papan tulis mulai tak diacuhkan. Semua orang bersiap untuk pulang.

Kututup semua buku; kumpulan rumus, kumpulan soal, modul pembelajaran, serta catatanku yang terdiri dari tiga buku tulis. Lalu memasukkannya ke dalam tas hitam polos yang tergantung sejak enam jam lalu di sisi kanan meja.

Aku melangkah menuju sebuah ruangan dengan nuansa putih polos. Puluhan bantal pasir disediakan sebagai alas duduk.

Kami dipersilakan duduk dan memejamkan mata, "duduk senyaman kalian, harus relax."

Musik bertempo pelan diputar. Tutor berkeliling ke seluruh penjuru ruangan disertai ucapan-ucapan yang dipercaya banyak orang dapat menenangkan depresi itu tanpa henti.

Setelah lima belas menit berada di ruangan tak berguna ini, kami diperbolehkan untuk istirahat di asrama masing-masing.

Waktu masih menunjukkan pukul setengah enam sore lebih delapan menit. Aku memutuskan untuk menyiapkan makan malam, lalu menyantapnya bersama anggota keluargaku di rumah melalui video call.

"Gimana kalian di sana? Ada sesuatu yang baru?" Tanyaku di sela-sela makan malam kami.

"Semuanya sehat. Freya tadi mampir membeli lima bungkus es krim sekaligus dan memakan tiga dari kelimanya dalam sehari," sahut Ibu.

"Awas kambuh lagi, Ya."

"Bagaimana kabar buku soal-soalmu?" timpal Ayah diiringi gelak tawa adik perempuanku serta Ibu.

"Semakin baik dan banyak menunjukkan kemajuan, sampulnya mulai robek sekarang," ujarku sebelum menyuap sesendok nasi ke dalam mulut.

Satu jam kemudian, Ayah dan Ibu pamit untuk kembali ke kamar mereka sehingga menyisakan aku dan adik perempuanku.

"Kak."

Aku menoleh ke arah ponsel di sebelah kananku, "apa?" lalu kembali menatap soal-soal coding di hadapanku.

"Ih kakak, udah dong belajarnya. Dengerin aku dulu.."

Tanpa berpikir lama, aku menutup buku dan segera berbaring di kasur dengan layar ponsel di hadapanku.

"Dah nih, kenapa?" tanyaku sembari menarik selimut.

"Ada kakak kelas Freya yang suka sama kakak, udah lama.."

Aku menghela napas lelah dan memalingkan wajah masam, "kan sudah kakak bilang, tidak tertarik sama hal yang seperti itu sekarang. Kakak mau fokus buat lomba-lomba dulu."

Freya yang mulai agak takut bicara padaku tetap berusaha membuka suara, "but please kak, setidaknya chat dulu. Dia juga anak olim, 'kok, siapa tahu saja nyambung."

Aku yang sudah mengantuk dan malas menanggapi, meletakkan ponsel di atas meja di sebelah tempat tidur dan mendengarkan sembari merubah posisi.

"Ah, ya sudah, aku kirim kontaknya saja. Just In case kakak butuh teman ngobrol di sana."

"Kakak tidak punya waktu untuk hal seperti itu, Freya."

"Ya makanya dicoba, jangan buku terus yang diajak ngobrol. Kalo itu buku bisa ngomong juga bosen kali ngeliat muka kakak mulu, huuu."

24/30 : The KeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang