Issha An
Aku melangkah dengan cepat sembari menggeret koper besar berwarna biru terang bersamaku. Tak lupa kusiapkan paspor dan bukti reservasi tiket pesawat sebelum mengantre di tempat check-in dan menaruh koper.
Setelah tiket pesawatku secara fisik tercetak sempurna, aku segera mengambilnya dan menyimpannya dengan baik.
Aku bergegas menuju gate yang tertera di tiketku bersama waist bag berisikan barang-barang berhargaku. Gate-nya cukup jauh. Dengan sedikit berlari, akhirnya aku tiba dan duduk di salah satu kursi yang disediakan.
Setelah mengatur napas akibat berlari sejak tiba di bandara, aku membuka resleting waist bag-ku untuk mencari ponsel. Sudah sejak setengah jam lalu ponsel ini tak berhenti bergetar.
Tak butuh waktu lama, lockscreen-ku sudah terbuka. Aku segera melihat notifikasi terbaru sejak satu jam lalu.
Aku ikut.
Aku tersenyum puas membaca pesan instan yang dikirim Rhi dua puluh lima menit yang lalu.
Segera kuketikkan balasan untuknya.
< Rhi
Bagus, kita akan bekerja di bawah pemantauanku. Kau tidak boleh melakukan hal yang tidak kusuruh.
Tak sampai satu menit, Rhi membalas pesanku.< Rhi
Kita hanya berdua?
Semakin sedikit anggota, kau akan mendapatkan hasil yang lebih banyak.
Setelah menekan tombol send di sisi kanan atas keyboard ponselku, sebuah pengumuman menggema di seluruh ruangan.Suara wanita yang sangat khas itu memberitahukan bahwa pesawat yang kutumpangi delay selama lima menit dan pindah ke tiga gate setelahnya.
Aku harus berpacu dengan waktu lagi.
🍂
Dinginnya udara Kota Aachen, Jerman menyambutku setibanya di sana. Setelah memastikan semua barangku lengkap, aku menelepon seseorang sembari berjalan ke lobi kedatangan.
"Hallo! Wo bist du denn jetzt?" (dimana kamu sekarang?)
Terdengar orang terbatuk di seberang sana.
Aku menghela napas lelah. Mataku tak henti-hentinya mencari charging station terdekat.
"Aku di starbu.."
"Cepatlah ke sini, ponselku lowbatt und ich kann nicht eine Ladestation finden hier," ujarku lalu menutup teleponnya. (dan aku tidak dapat menemukan charging station disini)
Ikon tabung baterai horizontal di sebelah kanan atas layar ponselku mulai berubah warna merah.
Kuusap ikon itu ke arah bawah untuk melihat persentasenya. Bagus, sudah tujuh persen.
Kumatikan lagi segala notifikasi, beserta jaringan wifi maupun data demi menghemat baterai. Kukurangi pula brightness-nya.
"Maaf membuatmu menunggu," ujar orang dari arah depan tubuhku.
"Aku ada power bank, kau pakai saja dulu," ujar lelaki itu sembari menyerahkan power bank berukuran sedang berwarna hitam.

KAMU SEDANG MEMBACA
24/30 : The Key
Fantasía[Fantasy | Romance] "They're not supossed to be together, i said." Siswa pintar yang depresi, merasa sangat terbantu dengan kehadiran orang yang mengaku berasal dari masa lalu. Namun, Bagaimana jika ternyata takdir menyatukan mereka sebagai bentuk k...