Issha An
Semenjak siang tadi, Rhi sangat sulit untuk dihubungi. Nomor teleponnya sibuk dan pesan pun tidak dibaca apalagi dibalas.
Hanya dua bubble chat yang ia kirimkan siang itu.
< Rhi
Maaf, aku juga harus mengurus masalah pribadiku dan sepertinya memakan waktu yang lebih lama darimu.
2.46 PMYa sudah, tidak apa. Kita akan fokus pada urusan masing-masing dulu. Bisahkah kau ke studioku pada jumat sore?
3.01 PM
Sorry, An. This is so freakin complicated. It will takes minimum three days, is it okay?
5.28 PMSure, take ur time.
6.07 PMAku berusaha menyelesaikan bagianku agar sekembalinya Rhi nanti, kami bisa langsung ke bagian selanjutnya.
Kepalaku berat. Aku beranjak dari meja kerjaku menuju kamar tidur untuk rehat sejenak.
Namun tiba-tiba sebuah telepon menginterupsi kegiatan rebahan dan leyeh-leyehku.
Caller id : Vanza Lia (Manager)
Aku segera mengangkatnya.
"Hallo."
Terjadi jeda yang cukup lama. Mungkin koneksi internet salah satu dari kami bermasalah
"Issha, negosiasimu dan Cameo kemarin diterima. Akan tetapi, kita masih harus mendiskusikan.."
Aku tak dapat mendengar suaranya dengan jelas.
"Kita akan melakukan meeting daring lagi?" Tanyaku mencoba menebak.
"Bukan. Kita akan membicarakan lebih lanjut mengenai kontrak di.."
Tiba-tiba sambungan telepon kami terputus begitu saja. Aku tidak bisa memperkirakan lanjutan kalimatnya.
Aku kembali merebahkan tubuhku di ranjang. Kuletakkan ponsel di sebelah kanan tubuhku.
Belum sampai limabelas menit berbaring, layar ponselku sudah kembali menyala disertai nada dering telepon.
Tidak bisakah mereka membiarkanku rebahan?
Aku segera duduk dan bersandar di tepi ranjang. Setelah memastikan si penelepon, aku menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan.
"Cam, tak bisakah kau.."
"Kau sudah mendapat telepon dari Manajer Lia?"
Aku mengangguk, "sudah. Kau juga?"
Aku segera bangkit dan mengenakan jaketku karena sedikit kedinginan. Aku melangkah keluar kamar untuk kembali ke meja kerja.
Terdengar suara orang berdeham di ujung sana.
"Siapa yang akan memesan tiket pesawat dan mereservasi hotel? Kau atau aku?"
Mataku membelalak, terheran dengan apa yang kudengar. Pesawat? Hotel? Ada apa sebenarnya?
"Hah?" Responku tanpa jeda.
Terdengar embusan napas dari lawan bicaraku.
"Setengah jam lagi akan kukirim bukti pemesanannya. Kau packing saja sana. See you there really soon!"
Lalu panggilan pun terputus dari pihak Cameo.
***
Davanka Rhi

KAMU SEDANG MEMBACA
24/30 : The Key
Fantastik[Fantasy | Romance] "They're not supossed to be together, i said." Siswa pintar yang depresi, merasa sangat terbantu dengan kehadiran orang yang mengaku berasal dari masa lalu. Namun, Bagaimana jika ternyata takdir menyatukan mereka sebagai bentuk k...