Aku sedang berjalan menyusuri trotoar yang becek karena baru saja dibasahi gerimis, bersama seorang gadis yang jarang kutemui namun saat aku sedang bersamanya seolah kami sudah saling kenal sangat lama. Dia gadis yang lebih muda dariku dengan cara berpakaian yang sedikit terbuka namun tetap sopan, dengan panjang rambut yang melebihi sedikit dari bahu menjadi ciri khas gaya potongan rambutnya. Dia berjalan di depanku dan sesekali menoleh ke arahku dengan senyumannya yang sangat kukenal, dia hanya gadis kekinian yang mengikuti mode dengan gaya bicara yang kadang bisa dibilang kasar untuk seorang gadis, namun itu tak menjadikan rasa benci sedikitpun bagiku. Karena yang kutahu saat bersama dengannya rasa nyaman itu datang tak terkendali, dan karenanya semua wanita yang pernah mengetuk pintu hatiku hilang begitu saja dari kepalaku. Yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya agar aku bisa berlama-lama dengan gadis ini, dan tersirat bahwa dia pun seperti senada dengan keinginanku. Karena apapun situasinya dia memiliki caranya tersendiri agar dia tak jauh-jauh dariku. Dan dengan caranya yang manis itu aku sangat terpikat meskipun kecantikannya ibarat mawar berduri. Begitu banyak yang ingin memenangkan hatinya namun harus berakhir dengan luka, tapi aku merasa dia melemahkan pertahanan hatinya itu padaku. Dia memiliki sifat yang berbanding terbalik di hadapanku bila dibandingkan dengan apa yang selalu dia perlihatkan pada hampir semua pria disekitarnya. Sikapnya yang terkesan barbar adalah benteng tersendiri yang melindunginya dari para pria modus berbulu domba yang pada akhirnya hanya ingin mempermainkan dan melukainya.
Aku tahu dia sangat barbar dan ceplas-ceplos, tak jarang dia menggunakan kata-kata yang tak lazim digunakan perempuan pada umumnya, juga bahkan olehku. Namun seperti yang terlihat bagiku itu hanyalah sebuah pertahanan diri dari setangkai mawar yang indah, bahwa jika seseorang sampai salah dalam menggenggamnya maka tangannya akan terluka, namun bila diperlakukan dengan baik maka keindahannya itu senantiasa mengundang kebahagiaan. Bahkan bisa dibilang pertahanan nya itu seperti landak yang terlihat jelas duri-durinya, sehingga membuat enggan siapapun yang mendekatinya. Namun apapun itu aku sama sekali tak keberatan atas peringainya, diapun begitu melihatku sebagai seseorang yang berbeda dibanding pria lain. Aku yang tak memiliki banyak kelebihan ini bisa terus dekat dengannya merupakan sebuah anugrah, entah mengapa dari sekian banyak pria yang berada mendekatinya dia hanya melihatku. Seorang kutu buku sakit-sakitan yang tak punya apa-apa untuk dibanggakan.
Kami berhenti disebuah taman dan gadis ini langsung duduk disebuah ayunan, akupun ikut duduk ayunan disampingnya. Dia menundukan kepala dengan raut wajah penuh kesedihan, dia lagi-lagi bilang padaku bahwa ada pria yang menyatakan cinta padanya siang tadi di sekolah. Dan dia kembali menolak dengan kalimat yang kasar sehingga membuat laki-laki itu marah dan malah balik memaki gadis ini, dia beralasan bahwa laki-laki ini adalah playboy yang masih menjadi pacar teman sekelasnya. Matanya kini sendu dan menangis begitu saja, aku langsung menggenggam tangannya dan berusaha menenangkannya. Didalam suasana lembab setelah gerimis dan linangan air matanya membuatku juga ikut kesal, karena aku tak bisa berbuat banyak untuk melindunginya dari kejadian seperti ini, andai saja jarak dan waktu tak begitu berperan dalam kisah kami, meskipun itu hanya ilusi.
Dengan lembut dia menyuruhku untuk berdiri dan tiba-tiba memelukku dengan erat, yang bisa kulakukan hanya memeluknya balik dengan penuh kasih sambil mengusap air matanya. Entah berapa kali dia datang padaku dan menceritakan hal seperti ini, seolah dia tak tahu lagi menceritakan ini pada siapa selain padaku. Namun lagi-lagi yang kulakukan tidaklah banyak selain menenangkan dan berusaha mengembalikan senyumnya sebelum kami kembali berpisah. Namun tiba-tiba terdengar sebuah teriakan yang cukup keras, itu adalah suara ibu dari gadis itu yang memerintahkan gadis itu untuk cepat kembali pulang. Namun gadis ini bersikeras menolak perintah ibunya dan tetap ingin bersamaku yang masih dalam pelukannya yang kini makin erat, meskipun tak tega dan dalam hati aku memang tak ingin berpisah dengan gadis ini namun dengan terpaksa aku melepaskan diri dari pelukannya.
Tidak seperti biasanya kali ini aku tak berhasil mengembalikan senyumannya, malah kini dia menangis sedih karena sikapku. Dan akupun ikut menangis setelah lepas dari pelukannya dan akhirnya aku terbangun dari mimpiku dan terduduk begitu saja dikasur. Dengan mata yang berlinang ternyata aku menangis saat tidur, sial aku bermimpi lagi tentang gadis ini. Gadis yang belum pernah kutemui secara langsung di dunia nyata namun sering bertemu didalam mimpi, siapakah dia, aku selalu lupa untuk menanyakan namanya karena saat bermimpi tentang gadis itu semua terasa sangat nyata. Bahkan jalanan becek yang ku injak tadi masih terasa di kakiku, apalagi pelukan hangat sang gadis tadi, lagi pula aku tak bisa mengendalikan mimpi dan tak sadar kalau aku sedang bermimpi. Memikirkannya membuat tangisku semakin menjadi, karena akhirnya aku mengetahui kalau semua kejadian tadi hanyalah mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis didalam mimpi
Short StorySebuah pertemuan didalam mimpi dengan seorang gadis yang belum pernah ditemui, hingga akhirnya bisa bertemu di dunia nyata lewat berbagai kejadian supranatural yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Hari-hari biasa yang normal berubah menjadi petua...