Ikan hasil tangkapan yang sudah bersih langsung aku tusuk menggunakan ranting dan dibaluri dengan garam yang selalu tersedia diransel, tapi ada satu ikan yang sengaja tidak dibaluri garam. Karena setahuku kucing tidak boleh memakan sesuatu yang mengandung banyak garam karena bisa membuat bulunya rontok, apalagi si Badud masih sangat kecil sehingga pencernaannya bisa saja belum siap untuk makan yang mengandung banyak garam. Langsung saja ikan ku bakar di perapian dan sesekali kubalik agar tidak gosong, beberapa menit kemudian wangi ikan bakar sudah menyeruak dan membuat laparku kembali datang. Si Badud pun sudah mulai bersemangat karena aroma ikan segar yang sedang dibakar ini, hingga akhirnya ikan matang dan terlihat sangat lezat. Si Badud berusaha segera mengambil ikan jatahnya namun masih belum ingin kuberikan karena masih panas tentunya, kutiup-tiup ikan untuk si Badud agar dia bisa memakannya dan begitu mulai agak dingin si Badud melompat menyergap tanganku dan membuat ikan itu terjatuh kemudian si Badud langsung memakannya dengan lahap. Sesekali dia menjulurkan lidahnya karena kepanasan, tetapi selalu saja dia lanjutkan dan itu membuatku tertawa. Tak ingin kalah dengan si Badud akupun memakan ikanku juga, begitu sampai dilidah terasa daging ikan sangat manis dan gurih. Ikan segar yang baru saja ditangkap memanglah lezat, duri-duri ikan nila yang jelas terlihat tidak membuatku takut meskipun tetap sedikit waspada saat memakannya. Dua ekor ikan cukup membuatku kenyang, begitu pula si Badud yang ternyata sudah menghabiskan jatah ikannya dan tinggal menyisakan tulang dan bagian kepalanya. Kemudian setelah diam sejenak dan kupadamkan api kami kembali melanjutkan perjalanan menyusuri anak sungai ini dan semakin dekat dengan tempat pertemuanku dengan si Lily Merah, dengan panduan peta yang kubawa akhirnya tiba juga kami ditempat yang ku tuju. Batu besar sudah terlihat jelas dan saat itu juga dadaku kembali berdebar dan kakiku bergetar hebat, namun saat tiba ditempat waktu itu tidak ada hal aneh yang terjadi sekarang. Akupun memutuskan menunggu sambil mencari ranting pohon yang cukup besar untuk kubawa pulang, karena memang itulah tujuan utamaku. Namun setelah satu jam menunggu tidak ada tanda-tanda si Lily Merah akan muncul, si Badud kini sedang tidur diatas batu besar itu dengan lelapnya.
Efek dari memakan ikan nila tadi mulai kurasakan, rasa kantuk menyerbu mataku tak ter elakkan. Sembari mengikat ranting yang sudah kukumpulkan aku bersandar pada batu besar itu, si Badud terlihat sangat menikmati tidurnya dan tidak terganggu dengan aktivitasku yang cukup berisik. " Lily Merah.. Jarot... dimana kalian?" aku memberanikan diri untuk memanggil mereka, namun hanya tiupan angin sepoy-sepoy yang menyahut panggilanku. Batu ini memiliki beberapa sisi yang tajam, tapi saat aku bersandar pada batu ini seolah seperti memelukku kedalamnya. Semakin dalam dan semakin nyaman hingga rasanya ditelan batu besar ini, dan tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Kulitku merasakan udara dingin yang berhembus dari belakang, aku heran kenapa bisa angin berhembus dibelakangku padahal aku sedang bersandar pada sebuah batu. Sekarang aku merasa kakiku sangat ringan, saking ringannya aku tidak mampu merasakan kakiku. Dan tak lama kemudian aku mendengar seseorang sedang berbicara, suara perempuan, yah itu adalah suara si Lily Merah yang sedang berbincang dengan pria tapi aku tak tahu siapa. Saat aku ingin membuka mata tak tahu mengapa mataku tak bisa melihat, tapi aku menyentuh kelopak mataku sudah terbuka namun tak bisa melihat apa-apa. Semua gelap gulita dan terasa begitu dingin dan udara yang terasa sangat lembab membuat hidungku berair, aku merasa ketakutan dengan situasi ini. Ada apa dengan mataku kenapa tidak bisa melihat, akhirnya aku melangkah maju pelan dengan berhati-hati. Saat sedang berjalan kakiku tersandung sesuatu dan terjatuh begitu saja, tanganku menahan tubuhku saat terjatuh dan merasakan kalau tanah tempatku berpijak agak basah. Semakin ku mencoba membaca situasi ini aku terpikirkan apakah aku mengalami kebutaan, dan saat kembali berjalan ada sesuatu yang menerjangku dari depan, sesuatu yang sangat padat menghantam perutku. Begitu sakit kurasakan bagian perutku dan ingin beteriak begitu saja, tapi saat hendak berteriak mulutku tak mengeluarkan suara, bisu. Hantaman berikutnya kembali menerjangku dan kini menyasar kepalaku dan membuatku tersungkur ditanah, aku mencoba bangkit tapi tanganku seperti diinjak sesuatu dan menahanku. Hantaman berikutnya datang kembali dan semakin sakit saja kurasakan, dengan sekuat tenaga aku mencoba lepas dari sesuatu yang menginjakku namun hasilnya nihil. Tapi tiba-tiba injakan itu lepas begitu saja dan aku langsung lari tunggang langgang dalam kegelapan menahan perutku yang kesakitan, hatiku menjerit, ingin rasanya aku berteriak memanggil Ayah dan Ibu ku namun bibir ini tetap bungkam. Kegilaan macam apa yang kini terjadi padaku, ada apa dengan tempat ini sungguh tidak masuk akal, aku berlari tanpa arah dan tujuan hingga akhirnya sesuatu yang sangat kuinginkan terjadi. Aku melihat sumber cahaya berwarna merah dan akhirnya aku yakin kalau aku tidak buta, aku berlari lagi menuju cahaya itu dan semakin jelas saja saat kudekati terlihat dua buah obor yang sedang menyala terletak saling berjauhan, semakin kudekati semakin terlihat kalau itu adalah sebuah bibir gua yang cukup besar.
"Gila, dimana ini." gumamku dalam hati, tetapi anehnya aku bisa mendengarkan suara gumamku itu. "Apa lagi ini." gumamku lagi dan suaranya kini seperti menggema dikepalaku. "Hebat juga kau bocah manusia, bisa sampai tempat ini."
terdengar suara seseorang, tidak itu bukan suara, itu terdengar seperti gumamku tadi yang malah seperti langsung menuju kepalaku. "Kau terlihat sangat bingung manusia, aku bicara padamu melalui telepati. Kini kau bisa berbicara dengan telepati kan bocah manusia."Dia melanjutkan lagi, dan itu menjelaskan semuanya. "Telepati.. benarkah itu, kau siapa, kau dimana?" sahutku. "Hahaha, padahal ratusan tahun yang lalu banyak manusia bisa menggunakan telepati, zaman memang sudah berubah, bocah manusia yang datang kemari tapi tidak tahu apa-apa. Siapa kau bocah?" ucapan nya membuatku kembali bingung. Tiba-tiba obor menyala satu persatu dan membuat semua menjadi jelas, aku bisa melihat banyak stalagmit dan stalaktit di semua sudut. "Sebenarnya ini dimana, kau siapa?" gumamku lagi. "Hahaha, kau benar-benar tidak tahu apa-apa bocah. Aku mengira kau sedang pura-pura tidak tahu. Kenapa kau bisa sampai kesini bocah?" dia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan. "Mana kutahu, kenapa kau tidak menjawabku, kau dimana, tunjukan wujudmu."Kini aku semakin kesal. Suasana tiba-tiba hening tanpa suara, aku berjalan semakin dalam digua ini dan semakin luas ukurannya, semakin lebar dan langit-langitnya sangat tinggi. Entahlah mungkin seukuran lapangan sepakbola, atau bahkan lebih besar lagi. Saat melihat-lihat betapa besarnya gua ini aku sampai terheran-heran kenapa ada gua sebesar ini di hutan, derap langkahku menimbulkan gema yang terdengar sendiri oleh telingaku. Dan mulut ini masih saja bungkam tak bisa berbicara, "Badud..." aku juga sangat khawatir dengan si Badud, dia dimana sekarang aku tidak tahu, aku pun tak tahu sedang berada dimana.Setelah lumayan jauh aku berjalan aku tiba di sebuah bangunan, seperti altar dan memiliki banyak anak tangga. Langsung saja aku menaiki anak tangga itu dengan hati-hati, akhirnya kakiku tiba diujung anak tangga ini dan sungguh kaget saat kulihat banyak sesuatu yang sedang berada disini. Sesuatu itu bisa dibilang makhluk astral yang biasa diceritakan para sesepuh dikampung yang sebelumnya aku kira hanyalah sebuah mitos belaka, karena aku bisa melihat si Jarot disana yang mana adalah harimau besar yang kulihat beberapa waktu lalu. Ada buta berukuran besar bermata satu yang sedang memegang padudan dengan tembakau yang menyala disana, buta adalah sebutan untuk sosok raksasa yang jahat, dia tidak merasa bersalah atas semua tindakan merusaknya dan dia diceritakan suka memakan manusia, karena seperti memiliki hati yang tak menyesali perbuatan jahatnya itu makannya dia disebut buta, seperti itulah perkiraanku saat pertama melihat sosok besar ini. Kemudian ada dua ekor ular kobra berukuran sangat besar mungkin seukuran manusia, namun kedua ular itu berbeda ukuran. Kemudian yang paling besar adalah makhluk mitologi yang sering kubaca, yaitu Naga putih yang sangat besar dengan kumisnya yang panjang. Naga putih itu melayang diatas makhluk-makhluk lain, dan mereka semua terlihat sedang melototiku. Dan terakhir ada si Lily Merah diantara mereka tetap dengan gaunnya yang seperti gadis eropa, dia menatapku dengan senyumnya yang dingin.
"Hei bocah, kenapa kau tidak lari hah!?" bentak si Buta kepadaku, namun seperti halnya tadi, dia bersuara lewat telepati.
"Shhhh, berisik sekali kau Obod," suara salah satu ular yang membentak buta itu.
"Diam kau taring tumpul." si Buta meneriaki ular kobra yang barusan menegurnya, mereka terlihat seperti tidak akur.
"Berani sekali kau mata satu." ucap ular yang lain.
"Berisikkk....!" teriak si Naga Putih, suara ini, suara yang aku dengar sebelumnya, ternyata yang berbincang denganku tadi adalah si Naga putih.
"Hahaha... hahaha.." aku tertawa dalam hatiku dan benar saja mereka bisa mendengarnya dan semua kini menatapku tajam.
"Hey bocah aneh, apa kau tidak takut dengan kami." Ucap ular kobra yang lain.
"Takut? Tentu saja tidak, kalian adalah mitos yang sering diceritakan, tapi bisa melihat kalian secara langsung membuatku senang dan antusias." jawabku
"Bbhahahaha.... Dasar bocah aneh, senang? antusias? Hahaha kau lucu sekali. Biasanya saat ada manusia yang melihat kami mereka akan lari seperti orang bodoh hahaha" ucap si Buta sambil tertawa terpingkal-pingkal.Aku tak begitu mengerti dengan keadaan ini, aku memang tidak takut kepada mereka. Seperti yang aku bilang aku memang antusias dengan keberadaan dan eksistensi mereka, saat bisa melihat mereka semua aku malah merasa bahagia dan bukannya takut seperti yang si Buta bilang. Tapi ini tak mengubah keadaan kalau aku mungkin saja berada dalam sesuatu yang berbahaya, karena menurut berbagai cerita mereka merupakan makhluk yang ganas dan konon katanya sudah banyak nyawa manusia yang melayang akibat ulah mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis didalam mimpi
Historia CortaSebuah pertemuan didalam mimpi dengan seorang gadis yang belum pernah ditemui, hingga akhirnya bisa bertemu di dunia nyata lewat berbagai kejadian supranatural yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Hari-hari biasa yang normal berubah menjadi petua...