"Hey bocah, sedang apa kau disini?" Si Naga putih kembali menanyakan hal itu. Meskipun aku sudah berapa kali bilang padanya tujuanku hanya mencari kayu bakar namun tiba-tiba aku berada disini, aku juga berulang kali bilang tidak tahu apa yang sedang terjadi. "Sebenarnya ini dimana? sebenarnya kalian makhluk apa?" tanyaku pada mereka.
"Makhluk? Tidak sopan! Dasar manusia, yah memang sifat kalian seperti itu." Ucap si Kobra yang paling besar seperti tersinggung oleh ucapanku.
"Hahaha, kalian sensitive sekali, dia hanya bocah. Wajar saja dia bertanya. Tidak seperti yang sudah dewasa dari kebanyakan mereka hanyalah sampah." si Obod seolah membelaku.
"Sampah? apa maksudmu?" tanyaku yang masih bingung dengan ucapannya.
"Kau tahu bocah, sejak dulu manusia itu tamak dan selalu tidak puas, mereka merusak alam dengan tangan kotor mereka. Membabad habis hutan, memburu hewan didalamnya hingga hutan yang dulu sangat hijau dan menjadi rumah para hewan kini gundul dan banyak hewan yang punah." jelas si Naga.
"Betul sekali, mereka membunuh para hewan yang dianggap berbahaya dan merusak ladang mereka, padahal mereka sendiri yang lebih dulu merusak rumah kami untuk dijadikan ladang. Sungguh gila manusia." ucap si Kobra yang lebih kecil.
"Bahkan para orang dewasa disekitarmu memandang jijik pada seekor kucing yang tidak bisa melihat, dan ditendangi begitu saja. Dasar sampah." si Jarot kini ikut bersuara
"Manusia sampah!" mereka serentak mengucapkan itu bersama-sama.Mereka seolah menghakimiku atas tindakan yang tidak kulakukan, dadaku serasa sesak atas kemarahan mereka yang seolah mengarah padaku. Meskipun begitu aku setuju dengan ucapan mereka, cukup banyak manusia merupakan perusak yang sangat handal. Mereka membabad hutan tanpa memikirkan konsekuensinya, mengatasnamakan mencari nafkah tapi sebetulnya mereka sedang mengeksploitasi sumberdaya alam. Berkedok pembangunan padahal menyingkirkan alam itu sendiri, kini perkataan mereka melekat dikepalaku. Kepalaku semakin berat dan dadaku semakin sesak. Perlahan pandanganku kabur dan gelap, aku juga tak bisa mendengar lagi apa yang mereka katakan dan tiba-tiba semua terasa hening dan begitu tenang. Kurasakan badanku yang tadi kedinginan kembali hangat, pelan-pelan aku bisa membuka mata dan kembali lagi ke hutan. Apa sungguh bingung dengan yang barusan terjadi, apakah aku barusan sedang bermimpi. Tapi yang tadi itu seperti sangat nyata bagiku, sensasi dingin, tanah dan udara yang lembab, dan juga penampakan makhluk tadi terasa sangat nyata. Kepalaku masih pusing dan butuh beberapa saat untuk menenangkan pikiranku, terdiam dalam lamunan cukup lama untuk menyegarkan kepalaku. Menghirup nafas dalam-dalam dan membuangnya beberapa kali, dadaku sudah merasa lega dan lumayan ringan hingga aku sudah bisa berdiri kembali. Kulihat si Badud masih tertidur dan tak tega membangunkannya, tak terasa waktu sudah berlalu begitu saja. Aku putuskan untuk langsung pulang dan membawa si Badud yang masih tertidur, kayu bakar yang cukup berat membuatku hanya bisa berjalan pelan. Situasi yang aneh terjadi lagi ditempat aneh itu, aku rasa aku harus membicarakan hal ini dengan sesepuh dikampungku. Mungkin dia mengetahui sesuatu tentang hal yang kualami ini, meskipun nanti dia akan memarahiku karena memasuki hutan yang sering dia larang.
Saat sudah keluar hutan si Badud terbangun dan lompat dari tanganku, kemudian dia berjalan dan mengikutiku dari belakang. Awan gelap kini tersaji di atap bumi, suara gemuruh mulai terdengar saling bersahutan mungkin pertanda akan turun hujan. Dan benar saja begitu sampai di rumah hujan deras pun turun mengguyur kampung yang sudah mulai sepi dari aktivitas, langsung saja kunyalakan perapian dengan niat membuat kopi agar mengurangi rasa dingin nantinya. Setelah mengeluarkan hasil pencarianku dihutan aku baru sadar saat berada di hutan aku juga mengambil jamur yang tumbuh liar dihutan, sepertinya aku tidak perlu khawatir dengan menu makan malam kali ini. Jamur kuping dan jamur tiram memang sering tumbuh pada batang kayu yang sudah mati, tanaman liar ini sangat lezat jika dijadikan sup ataupun sayur biasa. Namun meski tidak beracun tetap saja harus memasaknya hingga matang, agar tidak menimbulkan masalah kesehatan nantinya. Si Badud kini melihati hujan dibalik jendela dengan matanya yang tidak bisa melihat, mungkin dengan cara mendengarkan dia bisa membayangkan air yang turun dengan begitu banyaknya. Hujan deras malam ini berlangsung sangat lama, membuat keheningan didalam rumahku semakin menjadi. Begitu air matang langsung saja kuseduh secangkir kopi, dan kemudian aku memasak jamur tadi dan memasukan banyak rempah pada rebusannya. Membayangkannya saja membuat perutku semakin keroncongan, sambil menunggu matang kuhampiri si Badud yang masih setia menghadap jendela. Seteguk kopi panas membunuh rasa dingin yang sedari tadi mendekap seluruh badanku, apakah si Badud juga kedinginan aku tak tahu, tapi dengan bulu nya yang lumayan lebat dia terlihat bersikap seperti biasanya. Aku perhatikan mata si Badud yang pupil dan juga kornea nya yang hanya berwarna abu, tapi tidak seperti pertama kali aku bertemu dengannya, matanya yang saat itu mengeluarkan banyak kotoran kini sudah bersih. Sehingga kemarin banyak yang memandangnya jijik seperti apa yang dikatakan si Jarot, namun itu bukan alasan bagi orang-orang untung menyingkirkan dan menyiksanya begitu saja seolah dia sudah melakukan dosa besar dengan kecacatannya. Mataku tiba-tiba berair dan ingin rasanya mengelus si Badud, tapi si Badud tidak merespon saat ku sentuh dan masih mematung menghadap jendela.
Aku penasaran dengan apa yang ada diluar dan ikut melihat keluar jendela, dan aku sangat kaget ternyata yang ada diluar bukan hanya air yang dibawa oleh hujan, tetapi seseorang yang belum lama kutemui berdiri didepan rumahku dan membiarkan dirinya kehujanan, si Lily merah. Dia menatapku tajam dari balik hujan dan memasang senyum tipis seperti di tempat aneh tadi, langsung saja kubuka kan pintu dan menyuruhnya masuk agar tidak kehujanan. Tapi saat pintu kubuka si Lily merah menghilang begitu saja ditengah hujan, aku cari-cari disekitar rumah namun tetap tidak kutemukan. Akupun menyerah dan kembali masuk kedalam rumah, dan si Badud kini seperti sedang bermain dengan seseorang. Betul saja, si Lily merah sudah berada didalam rumahku, bagaimana bisa. Kepalaku sudah agak pusing menerima berbagai informasi aneh yang kudapat tadi siang, dan si Lily merah kini datang dengan cara yang misterius. Kuharap dia bisa menjelaskan semua yang terjadi padaku hari ini, si Lily merah mengelus-elus si Badud dan sikapnya seolah biasa saja setelah kehujanan tadi. Dari arah dapur kini tercium aroma yang sangat lezat, sepertinya masakanku sudah matang dan aku bergegas mematikan perapian terlebih dulu sebelum kumulai bertanya pada si Lily merah, si Lily merah melihatiku seolah mengizinkanku untuk ke dapur dan wajahnya seperti siap diintrogasi olehku.
"Jadi, sedang apa kau ditengah hujan seperti tadi Lily merah?" tanyaku langsung sambil membawa dua mangkuk sup jamur yang baru matang.
"Aku hanya memastikan keselamatanmu dan anak kucing yang malang ini." Jawab si Lily merah.
"Sepertinya kau bocah yang keras kepala, padahal sudah kubilang jangan memasuki hutan lagi, tapi kau nekat dan malah datang lagi sampai ke tempat itu. Apa kau sudah bosan hidup bocah." Lanjut si Lily merah.
"Sebenarnya ada banyak yang ingin kutanyakan padamu, makannya aku datang lagi ke tempat itu. Tapi sepertinya aku memang memasuki tempat yang sangat berbahaya, tapi aku memang tak tahu apa-apa."
"Dasar bocah kau membuatku cukup kerepotan dengan sikapmu ini, apa yang ada ditanganmu. Kenapa kau pegangi begitu saja bila ingin memberikannya padaku." Si Lily merah ternyata paham akan maksudku.
"Ini hanyalah sup jamur yang ku ambil dari hutan, kau tadi kehujanan cukup lama. Mungkin ini bisa menghangatkan tubuhmu." Aku memberikannya sup jamur, dan dia langsung menyantapnya dengan lahap.Melihatnya lahap aku kembali sadar dengan perutku yang dari tadi sudah keroncongan, akupun ikut makan terlebih dulu sup jamur buatanku. Rasanya yang hangat sangat pas dinikmati ditengah hujan deras ini, rasa gurih dan hangat dari rempah-rempah yang tadi kumasukan sangat pas membuat sup ini sangat lezat. Si Lily merah sudah menghabiskan makananya dan terlihat wajahnya sangat puas, kemudian aku memberinya teh hangat yang sudah kuseduh sebelumnya. "Hah ternyata kau bisa memasak makanan yang enak yah bocah, dan teh hangat ini juga membuat kepalaku menjadi segar." ucap si Lily merah.
"Sebagai terimakasihku atas makanan barusan, aku akan memberitahukanmu semua pertanyaan yang ada dalam kepalamu. Pertama aku bukanlah manusia sepertimu, aku hanya berasal dari dunia lain, dan tugasku adalah melindungi hutan dari ketamakan manusia. Jika ada manusia yang berniat merusak hutan aku akan mengusirnya saat itu juga, seperti tempo hari pertama kita bertemu." jelas si Lily merah
"Kedua, tempat yang kau datangi kemarin adalah gua yang berada di dimensi lain, disana merupakan tempat tinggal bagi para roh hutan dan banyak siluman juga hidup disana. Mungkin manusia sering menyebutnya makhluk astral, pada dasarnya kita hidup berdampingan tapi berbeda dimensi." lanjut si Lily merah
"Dan tempat batu besar itu berada merupakan gerbang menuju gua itu namun tidak banyak yang mengetahuinya, kau harus menjauhinya dan merahasiakannya dari orang lain. Kemudian orang-orang yang tadi siang di dalam gua adalah para petinggi yang melindungi hutan ini, mungkin kau sudah tahu namaku dan si Jarot." di Lily merah menjelaskan padaku bahwa tempat aneh itu merupakan gerbang menuju dimensi lain, pantas saja aku bisa masuk ke dunia mareka
"Siapa saja nama mereka?" aku bertanya penuh antusias.
"Haha, dasar bocah kau memang tidak takut dengan mereka, baiklah. Yang memiliki tubuh besar dan bermata satu adalah si Obod, dia penunggu puncak gunung didalam hutan ini. dia memantau semua yang keluar masuk dari dalam hutan dengan jelas. Bisa dibilang dia adalah pengintai yang tangguh dan mempunyai penglihatan yang sangat tajam.", "Kemudian dua kobra yang kau lihat itu merupakan saudara kembar, mereka memiliki teritori di kaki gunung, yang besar adalah kakaknya si Waraka dan yang lebih kecil sang adik Wirayi. Mereka sering muncul dalam bentuk ular yang lebih kecil kalau saat mengusir manusia."
"Kemudian terakhir si Naga Bodas, dia penjaga yang paling lama menghuni di hutan ini, dia mendiami danau yang berada dikaki gunung. Dia sangat kuat sehingga semua yang hidup dihutan ini merasa sangat aman dengan perlindungan dari si Naga Bodas, selain melindungi hutan dia juga memiliki misi khusus sejak zaman dulu, namun tak bisa ku katakan padamu karena itu sangat rahasia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis didalam mimpi
Короткий рассказSebuah pertemuan didalam mimpi dengan seorang gadis yang belum pernah ditemui, hingga akhirnya bisa bertemu di dunia nyata lewat berbagai kejadian supranatural yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Hari-hari biasa yang normal berubah menjadi petua...