Gadis didalam mimpi #3

38 4 0
                                    

Kini suasana kembali hening tapi terasa sesuatu yang mencekam menyelimuti hutan ini, bahkan untuk melangkah pergi dari tempat ini pun aku ragu. Beberapa menit kemudian suara-suara tadi hilang dan tak ada lagi daun yang berguguran, hingga itu membuatku cukup yakin untuk mulai beranjak dari tempat aneh ini. Perlahan aku berdiri tapi kepalaku terasa berat sekali seperti ada sesuatu yang menghalangi pergerakanku, badanku tertahan diposisi setengah berdiri dengan kepala tertunduk. Kakiku bergetar hebat dan melihat perlahan keatasku yang terasa hangat seperti menyentuh sesuatu yang hidup, dan benar saja. Sesuatu yang menahanku adalah sebuah kaki hewan yang sangat besar, berbulu namun bukan mamalia kecil yang biasa kulihat. Ini seperti kaki harimau yang pernah kulihat dikebun binatang. Namun saat melihatnya sedekat ini telapak kaki nya terlihat sangat besar. Sial, apakah ini harimau raksasa yang sering dibilang itu, karena dia mengeluarkan erangan khas harimau yang membuat bulu kudukku berdiri. Apakah aku akan berakhir menjadi menu makan siang harimau raksasa ini, aku berusaha melepaskan diri dari kaki nya yang menahan kepalaku ini namun sangat sulit. Harimau ini nampak tak melakukan pergerakan lain selain menahan kepalaku, namun anggota tubuhku yang lain tak menuruti keinginanku dan seolah membeku. Sudah lepaskan rot, dia hanya kaum manusia." terdengar suara seorang perempuan yang memberikan perintah. "RRrrrr..." harimau itu seperti menuruti perintah perempuan itu dan melepaskanku, meskipun aku bisa mendengar suaranya namun aku tak melihat sosok perempuan ini. "Siapa disana, dimana?" aku berusaha mencari keberadaan dari pemilik suara itu. Dan tiba-tiba seorang perempuan muncul begitu saja didepanku, "Eh, kau bisa mendengar suaraku, padahal kau cuman manusia." dia sangatlah asing meskipun terlihat seperti manusia namun dia bilang kalau aku hanya manusia, berarti dia menganggap kalau kami berbeda. Maksudnya apa ini, apakah dia memang bukan manusia, apa semacam makhluk dari dunia lain.
"Memangnya kenapa, aku tidak tuli kok."
Dia seperti kebingungan melihatku, namun aku tak kalah bingung dari dia. Apa yang sebenarnya terjadi disini, entah masalah apa yang sedang kuhadapi kini. "Siapa kau sebenarnya wahai manusia, sedang apa kau disini?" perempuan ini lumayan tinggi dan pakaiannya sangatlah berbeda, lebih terlihat seperti gaun. "Kenapa kau bisa mendengarku, apakah kau juga bisa melihatku?" dia terus saja melayangkan pertanyaan aneh padaku. "Sebelum bertanya pada orang lain, sebutkan dulu siapa dirimu." Aku menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan, karena kini aku juga sangat bingung aku harus menjawab apa. "Meskipun cuman manusia yang terlihat kikuk tapi kau cukup menyebalkan, baiklah akan aku jawab. Aku adalah pelindung hutan ini." dengan sedikit kesal dia menjelaskan dirinya. "Aku tak punya nama, tapi semua memanggilku Lily merah. Dan harimau dibelakangmu namanya jarot. Kami berdua melindungi hutan ini dari semua gangguan sejak dulu, manusia yang punya niat merusak juga akan langsung kami usir dari hutan ini." jelasnya. Perempuan ini memang memakai gaun serba merah, dan harimau itu sebesar truk pengangkut pasir dan berbulu lebat dengan warna lorengnya yang cerah. "Hei manusia, kau malah melamun, sekarang sebutkan siapa dirimu, apa kau penduduk desa itu, apa yang kau lakukan disini?" dia seperti sangat penasaran. "Ya, aku tinggal didesa itu, namaku Iyan, tadinya aku hanya mau mencari kayu bakar dan beberapa tanaman, tapi begitu mendengar suara aneh aku datang dan akhirnya disini." jelasku.
"Hoo, tapi kau bisa mendengar dan melihatku, itu sangat aneh manusia. Dan nampaknya kau memiliki aura yang langka, apakah kau seorang-" ucapannya terpotong saat tiba-tiba angin bertiup kencang dan udara tiba-tiba terasa sangat dingin.
"Disini cukup berbahaya bagimu wahai manusia, sebaiknya kau segera meninggalkan tempat ini dan jangan kembali ke hutan lagi. Dan jangan cerita apa-apa tentang kami pada siapapun, atau kau sendiri hang akan dalam bahaya besar." Sambungnya.
"Apa maksudmu, Apanya yang berbahaya hei Lily merah?" aku kembali bingung dengan ucapannya. Dia tidak menjawab pertanyaanku dan mengarahkan telapak tangannya padaku, mataku merasakan kantuk dan tiba-tiba semua terlihat gelap.
Aku terbangun didepan rumahku, langit kini sudah gelap dan terasa sangat dingin. Aku tak bisa mengingat apa-apa lagi saat tiba-tiba tak sadarkan diri. Apakah si Lily merah yang membuatku tertidur, dan dia juga yang memindahkan ku kerumah, bagaimana dia bisa tahu rumahku. Sebenarnya apa dan siapa si Lily merah ini sampai dia bisa menyebutku hanya seorang manusia, apakah dia hantu, , siluman, jin atau semacam makhluk astral lainnya. Pikiran liarku tak bisa ku hentikan setelah kejadian ini, dan dia juga belum sempat menjelaskan semuanya. Sehingga kini kepalaku terasa pusing memikirkan semua hal aneh ini, perutku kini berbunyi dan terasa sangat lapar. Aku bergegas masuk kedalam rumah untuk segera mengisi perut dan mencoba menenangkan pikiranku sejenak, dan kuputuskan untuk tidur cepat karena kepalaku terasa sangat berat. Kini aku terbayang sentuhan kaki si Jarot, harimau besar yang bersama si Lily merah, aku tak menyangka ternyata mitos selama ini adalah sebuah kenyataan dan harus kurahasiakan. Namun sepertinya mereka bukan sebuah ancaman, malah manusia sekitar lah yang menurut dia ancaman. Semakin kupikirkan kepalaku terasa semakin berat, sangat sulit mengusir rasa penasaran ini, hingga aku putuskan untuk mematikan semua lampu dan tak lama kemudian akhirnya aku bisa tertidur.

Keesokan paginya aku bangun dan tak berniat untuk kembali kehutan, meskipun penasaran tapi aku merasa kalau aku jangan pergi kehutan untuk sementara waktu. Dengan kopi hangat yang kuseduh aku menikmati matahari pagi yang belum begitu menyengat didepan rumah, duduk dengan beberapa potong ubi dan singkong rebus sebagai sarapan. Dengan masih memakai sarung karena udara memang masih terasa dingin namun segar, sungguh keadaan yang damai sambil mendengar kicau burung pipit yang berterbangan kesana kemari menyambut pagi. Tak terasa kini matahari sudah berada diposisi yang cukup tinggi dan itu tandanya bagiku untuk menghentikan kegiatan santaiku dan kembali mencari pundi-pundi uang untuk bertahan hidup, saat tengah libur seperti ini biasanya aku membantu menggarap ladang dan membantu panen petani didesaku. Disana mereka memberikan ku upah yang cukup untuk bisa bertahan dalam kesendirian, apapun akan kukerjakan selama itu pekerjaan yang halal. Kebetulan sekarang adalah musim panen padi, sehingga kadang para petani memang kekurangan tanaga saat memanennya. Aku mendapat pekerjaan di sawah yang lumayan luas dan sudah kenal baik dengan pemiliknya. Begitu tiba disawah ternyata yang lain sudah siap dan bahkan ada yang sudah memulai panen, akupun langsung ikut membantu dan pekerjaan ini akan terasa lama dengan matahari yang kini terasa sangat menyengat.
Posisi matahari kini berada diposisi teratasnya, itu artinya kami harus istirahat sejenak untuk mengisi kembali tenaga kami yang terkuras. Makanannya sudah disediakan oleh pemilik sawah, meskipun sederhana tapi sangatlah lezat jika dinikmati bersama-sama dan dengan pemandangan ini memiliki keistimewaan tersendiri. Saat tengah asyik melahap makan siangku tiba-tiba ada seekor anak kucing yang menghampiriku, dengan suaranya yang kecil dan lirih berteriak seperti sedang mencari ibunya. Namun ada yang aneh dengan anak kucing ini, matanya bengkak mengeluarkan cairan dan ternyata dia tidak bisa melihat. Entah kenapa aku tak tega melihat anak kucing ini, dari badannya yang terlihat sangat kurus itu mungkin saja dia sedang kelaparan. Meskipun kucing punya indra penciuman yang sangat tajam tetap saja akan kesulitan mencari makan kalau dia tidak bisa melihat, akhirnya aku memberikan dia beberapa bagian dari makan siangku, dan langsung dilahap tanpa sisa namun dia tetap bersuara seperti berkata masih kurang. Ada rasa senang saat bisa memberinya makan, namun sekaligus merasa sedih melihat keadaannya.

Hingga akhirnya ada satu pekerja lain melihat dan bertanya padaku sedang apa, namun karena penasarannya dia menghampiriku dan terkejut melihat anak kucing ini. dia melihat penuh jijik pada anak kucing ini dan menendang begitu saja dan ingin mengusirnya, katanya jijik kalau dilihat saat sedang makan. Anak kucing itu lahir cacat tanpa penglihatan yang ditendang kesana kemari seolah tidak memiliki nyawa, jelas anak kucing itu berteriak kesakitan. Namun yang sangat menyayat hatiku adalah apa yang ada dipikiran kucing itu, sesaat dia bisa menikmati makanan namun kemudian dia ditendang-tendang tanpa tahu dia dosa apa. Dalam gelap tak mampu melihat dia merasakan sakit yang mungkin sangat menyakitkan bagi tubuhnya yang renta belum lama lahir kedunia ini, aku marah dan langsung menendang kaki si brengsek itu. Hingga kami berkelahi hebat dan aku disuruh pulang karena mereka beralasan aku masih bocah yang kekanak-kanakan, karena memukul manusia lain karena membela anak kucing yang cacat. Aku tak bisa mendebatkan masalah ini dengan pemikiran mereka, karena ada yang salah dengan kepala mereka. Bagaimanapun keadaan kucing itu tetap saja makhluk tuhan dan bernyawa, bagaimana bisa aku memaksakan untuk berdebat dengan orang-orang yang kepalanya rusak. Memandang diri mereka lebih baik dari makhluk lain, sombong.
Aku pun pulang dan berusaha mencari anak kucing tadi, yang tanpa sepengetahuanku pergi saat aku sedang bertengkar hebat. Berjam-jam aku mencari namun tetap tidak bisa kutemukan, hingga akhirnya aku kelelahan dan berhenti dipohon yang cukup randu didekat hutan. Aku bingung harus mencari kemana lagi anak kucing itu, dan tanpa sadar aku mengeluarkan air mata. Membayangkan hidup si anak kucing tadi kedepannya, mencari makan tanpa penglihatan, dan kemungkinan mendapat perlakuan yang seperti tadi. Aku sungguh menyesal tak bisa menemukan nya, langit sudah semakin gelap dan aku malas untuk kembali kerumah sebelum menemukan anak kucing itu. Saat aku termenung ada sesuatu yang mengusap-usap kakiku, betapa bahagianya diriku sekarang, ternyata si anak kucing tadi tengah mengelus-elus kan badannya di kakiku. Mataku kembali menangis namun kali ini karena hatiku kini dibanjiri dengan perasaan lega dan bahagia, dan aku berniat membawa anak kucing itu pulang dan juga merawatnya.

Gadis didalam mimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang