Flashback
Dulu Jaemin pernah merasakan memiliki teman-teman yang baik serta sahabat yang selalu ada untuknya, menemaninya belajar, pulang bersama, makan bersama, bahkan mengerjakan ulangan harian pun bersama-sama. Saat itu, rasa bahagia Jaemin akan selalu muncul ketika sudah bercengkrama berjam-jam atau bermain bersama di rumah temannya. Apalagi jika itu dihabiskan bersama dengan Bomin, sahabatnya serta cinta pertamanya di SMA.
Sayangnya itu dulu, kini yang ia ingat dari kehidupannya di Korea Selatan hanyalah kesedihannya saja. Teman-teman baiknya seperti Hyunjoon, Eunbin, Siyeon, bahkan Bomin sekalipun ikut menyerangnya habis-habisan hanya karena catatan hariannya tentang cinta sesama jenisnya terungkap.
Berkali-kali Jaemin bercermin, mencari setitik perbedaan yang ada pada dirinya dengan teman-temannya. Wajahnya, tubuhnya, bahkan suaranya, tidak memberikannya jawaban atas apa yang dilakukan oleh mereka. Semua ini hanya soal dirinya yang jatuh cinta kepada sesama laki-laki dan mereka dengan tega menyakiti fisik dan psikisnya secara bersamaan.
Entah sudah berapa kali dirinya meminta pertolongan kepada Yang Mahakuasa, rasa cinta yang ia tujukan kepada sahabatnya sendiri itu sulit untuk dihilangkan. Rasa itu dengan perlahan menggerogoti kewarasannya, membuatnya tidak mampu lagi tidur tenang dimalam hari, otaknya tidak mau berdiam dengan rasa takut akan dilempari sampah ataupun diguyur air selokan.
"Jaemin-ie, ayah akan berdinas ke Amerika dan diberi fasilitas berupa rumah serta sebuah mobil, apakah mungkin kamu ingin ikut?"
Tidak ada lagi juga alasan baginya untuk berdiam disini, tawaran sang ayah pada sore itu seolah memberikannya jalan keluar. Ia tidak ingin menjadi sebuah beban serta aib juga bagi keluarganya jika masih berada di Korea, maka dari itu keputusannya sudah bulat, negeri paman sam akan menjadi rumah barunya.
"Aku ikut ayah."
Flashback off
Pagi harinya Jaemin terbangun karena mendengar suara adiknya yang memanggil-manggil namanya. Terdengar sangat mengganggu karena diikuti gedoran pintu serta bel rumah yang berkali-kali ditekan, jika ia tidak salah ingat semalam kemarin dirinya beserta tetangga tampannya melakukan deeptalk dan berakhir tidur dalam satu sofa.
Sebenarnya kepala Jaemin sedang sangat pusing, mungkin efek makan gula yang terlalu banyak tadi malam, karena bukan hanya satu bungkus Toblerone yang dilahapnya namun juga tiga bungkus popsicle yang ternyata tersimpan rapi di kulkas milik Jeno. Langkahnya sempoyongan saat berjalan untuk menyambut sang adik yang kurang ajar, badannya lelah dan pusing tetapi tidak mungkin juga ia membangunkan si tuan rumah yang masih tidur tergeletak tidak berdaya.
"Dasar bodoh! Aku itu bingung mencarimu tahu!"sembur Jisung segera setelah pintu besar berwarna cream itu dibuka.
Jaemin yang menjadi target amarah sang adik kini menutup telinganya, suara Jisung itu berat namun besar. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi telinganya yang kini mendapatkan semburan beramplitudo tinggi. Setelah mengumpulkan sedikit keasadarannya, si sulung Na itu memberikan sedikit penjelasan kepada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Box of Happiness | Nomin☆
FanfictionNomin Highschool Rom-com! Jeno Witcherson thought high school period is all about studying, competing, and drowning into music. But not until his new neighbour come and painting his toneless life. original story by woodzyjeno