1O

8.2K 1.2K 136
                                    

Jeno membelokkan stir mobilnya untuk mendatangi sebuah restoran cepat saji di dekat sekolah, berniat membeli menu sarapan disana walaupun tinggi lemak dan rendah serat. Tadi kekasihnya itu bilang padanya jika perutnya sakit karena lupa makan, keluarganya semua pergi ke Texas dan Jaemin terlalu malas memasak untuk dirinya sendiri.

"Kalau nanti sampai melebur lambungmu, aku orang pertama yang akan tertawa di pemakamanmu.", omel Jeno.

Mobil besar asli Amerika itu sudah berhenti di bagian pemesanan secara drive-thru. Sebuah kotak putih dengan speaker bersuara wanita adalah yang pertama kali menyambut mereka.




"Do you want french fries with our special recipe?"




"No, but i would like to order-----kamu mau apa Jeremy? Itu saja? Baiklah----- Meal Sausage McMuffin with egg and Meal Egg McMuffin."





"That's all sir?"





"Yes."





"Okay, we'll take the order."





Setelah selesai memesan makanan yang mereka inginkan, Jeno menjalankan mobilnya ke depan guna membayar kedua menu sarapan tadi. Pesanan mereka berdua adalah varian Meal, ini adalah menu yang di dalamnya nanti termasuk Hash Brown, mini French Fries, dan Black Coffee.

Cara pembayaran takeaway dari McDonalds di sini berbeda dengan beberapa negara lain. Sistem teknologi negeri adikuasa yang sangat maju membuat sarana dan prasarana yang ada telah mengalami revolusi besar-besaran, mengharuskan para pengusaha dari segala bidang untuk ikut meramaikan upgrade akibat dari globalisasi yang ada.

"Here, take this. Makan sekarang atau nanti aku bakar semua album milik Brian Kang dan teman-temannya yang ada di kamarmu."

Jaemin menggerutu, daritadi kekasihnya itu terus-terusan mengucapkan kalimat dengan nada menyebalkan, maksudnya dia hanya malas makan besar seharian dan masih minum air serta mengkonsumsi camilan kemarin. Kemungkinan terburuknya hanya asam lambung yang naik dan bukan sampai melebur lambungnya dan akhirnya mati. Jeno itu agak berlebihan.

"Oke, aku akan makan semuanya dalam satu kejapan mata. See? I eat them all.", Jaemin berucap sambil menjejalkan tiga buah kentang goreng sangat enak ala McDonalds ke dalam mulutnya. Persetan dengan bagaimana wajahnya sekarang, tapi Jeno sudah berhasil membuatnya kesal setengah mati.

Si pemuda bersurai pirang hanya mengedikkan bahunya sambil terus mengemudi agar segera tiba di sekolahnya, beberapa kali tangannya ikut sibuk memegang gelas kopi atau muffin miliknya.

"Menyetirlah menggunakan kedua tangan, aku akan membantumu makan.", tawar Jaemin pada Jeno yang terlihat agak kesulitan. Si manis asal Korea itu lalu menggunakan kedua tangannya masing-masing untuk menggenggam muffin telur milik kekasihnya dan kopi hitam miliknya.

Jeno mendekatkan hidungnya pada pipi Jaemin yang menirus karena sedang menyedot kopi hangat dan nikmat itu, dengan agak sensual menggesekkan ujung hidung bangirnya pada permukaan halus kulit si manis yang harum aloevera.

"Sekarang lebih baik kamu jauhkan wajahmu dan menyetir, atau aku akan menyiram rambutmu dengan kopi hitam ini."

Pemuda Witcherson tersenyum lembut dan menegakkan tubuhnya, mengatur fokusnya lagi agar tidak menabrak pembatas jalan serta pengendara lainnya. Jeno tidak mau mati terlebih dulu, dirinya belum bisa menjadi direktur dari sebuah rumah sakit atau minimal seorang menteri di Amerika.

"Kamu sudah cek jadwal pelajarannya kan Jeremy? Kita masuk pukul 8 pagi dan pulang pukul 2 siang. Sayangnya kita tidak mungkin bertemu karena semua kelasmu ada di lantai atas, sedangkan kelasku ada di lantai bawah."

A Box of Happiness | Nomin☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang