17

6.2K 1K 66
                                    

Seseorang melakukan usaha untuk menghadapi sesuatu yang ingin dicapai, begitu juga seorang Jeno Witcherson. Dirinya masuk menjadi tim football sekolah selain karena alasan hobi juga karena mencari jalan untuk mendapatkan universitas impian. Ada yang namanya jenis murid over achiever di setiap sekolah menengah atas di Amerika Serikat, mereka biasanya baik dalam hampir segala bidang. Kecenderungan para universitas Amerika yang mengambil calon mahasiswa berdasarkan keseimbangan kecerdasan secara akademik dan non-akademik, membuat Jeno mau tidak mau harus mengerahkan tenaganya sebanyak tiga kali lipat. Anak tunggal Agathe itu harus menguasai pelajaran, mengikuti kerja part time supaya memiliki pengalaman kerja, dan memenangkan pertandingan olahraga.

Itu yang Jeno inginkan dan harus dilakukan.

Namun kini tidak semudah bayangannya.

Hari Jumat ini Jeno dan teman satu tim footballnya izin tidak masuk sekolah karena bersiap untuk pertandingan final sore hari nanti, sudah tidak ada lagi waktu tersisa untuk mereka bercanda. Tinggal beberapa jam lagi sebelum lapangan hijau penentuan menyambut, sedangkan Jeno hilang fokus secara total.

"Captain! Focus! Bring the ball!", Pelatih berteriak kepada Jeno yang sejak tadi kehilangan bolanya.

Kapten kebanggaan tim Aisle itu jatuh berkali-kali karena selalu ditabrak oleh temannya yang jadi tim lawan. Jeno itu terkenal sangat kuat dalam hal defense, tubuhnya tegap dengan banyak otot disertai tekad yang begitu kuat untuk menang dalam segala hal. Namun hari ini performanya sangat buruk, dia cemas, terlalu banyak hal yang dirinya pikirkan.

Suara melengking dari peluit merah milik coach menghentikan gladi bersih yang mereka lakukan, sepuluh dari total sembilan belas orang anggota tim tampak meludah setelah melihat raut wajah linglung dan kelelahan milik Jeno. Masa depan dari kelanjutan pendidikan mereka ke universitas ditentukan dari pertandingan ini, sedangkan sang ace malah terpuruk.

"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padamu, Jeno. Namun asal kamu tahu saja, bukan hanya dirimu yang berharap dari pertandingan ini. Teman-teman satu tim mu menyerahkan tanggung jawab besar kepadamu dan sekarang fokusmu hilang ditelan bumi, bagaimana tindakanmu selanjutnya?"

Jeno diajak bicara secara personal oleh coachnya setelah gladi bersih pagi ini usai, pria berusia tiga puluh tahunan itu sedang sangat sangat sangat sangat kecewa dengan kapten tim yang selalu memberikan yang terbaik.

"I really sorry. I'll try my best for the competition"

"You better to. Your friends future depends on your hands."

Si pelatih meninggalkan Jeno sendiri di ruang istirahat tempat mereka berbincang. Berjalan begitu saja meninggalkan satu anak didiknya yang jatuh dalam keterpurukan.

Jeno mengusak rambut pirangnya kasar, jika dia tidak bisa fokus dan memenangkan pertandingan ini, sia-sia sudah perjuangannya untuk berlatih selama tiga tahun dan banyak mengesampingkan kesenangan remaja.

Tuhan, Jeno harus bagaimana?





































"Jeremy, tenanglah. Jeno hanya tidak masuk karena gladi bersih dan bukan akan pindah benua dan meninggalkanmu."

Haechan menegur Jaemin yang daritadi tidak berhenti celingukan melihat jam dinding. Pukul dua, waktu mereka pulang masih sangat lama dan Jaemin sudah tidak sabar bertemu Jeno di lapangan nanti.

"Dylan, aku gugup sekali. Beberapa hari yang lalu Jeno sedang tidak merasa fit dan aku takut hari ini dia belum sembuh dan akan mengganggu dirinya bertanding.", ujar Jaemin. Matanya menyorot panik pada sepupu Jeno yang ekspresinya datar-datar saja.

A Box of Happiness | Nomin☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang