O5

10.2K 1.5K 394
                                    

Setelah pertandingan football si pemuda Witcherson usai, kini kedua remaja lelaki berbeda ras itu duduk manis di dalam sebuah kedai gelato dekat pantai Playa Del Rey. Jeno yang berperan sebagai tour guide serta 'sugar daddy' kali ini memilih tempat bernama Swensen's Ice Cream and Gelato sebagai lokasi traktiran pertamanya. Sebenarnya secara pribadi Jeno juga baru pertama kali kesini, Haechan yang merekomendasikannya, kata sepupunya itu gelato disini adalah yang paling enak di kota Aisle.

"Gelato disini mahal tidak?"tanya Jaemin basa-basi pada tetangganya. Tadi pemuda Korea itu sempat melihat price list yang ditempelkan pada dinding bagian pemesanan dan kasir, harga kudapan disini semuanya mahal.

Jeno menggelengkan kepalanya, mulutnya sedang sibuk menjilati hidangan susu beku yang memiliki cita rasa cookie crumble. Memang tidak mahal menurut si blonde, harganya standar tetapi mungkin bagi Jaemin yang terbiasa menggunakan won, 3.46 US$ itu cukup menguras dompet. Jaemin memesan gelato dengan 2 varian rasa yaitu lime dan coffee, pilihan yang cukup aneh karena sebenarnya kedua rasa itu akan menimbulkan sensasi yang sangat bertolak belakang di lidah.

"Pilihanmu aneh, apa rasanya tidak ingin muntah?"tanya Jeno yang heran dengan selera makanan Jaemin.

"Ini segar, aku tidak suka yang terlalu creamy"

Jeno mengedikkan bahunya saja, cukup bangga memiliki teman dengan isi pikiran random seperti pemuda Na dihadapannya ini. Ngomong-ngomong saat ini kedua remaja itu sedang jadi pusat perhatian pengunjung kedai, yang Asia sangat rupawan dengan wajah kecil dan halusnya ala Idol yang sedang marak dibicarakan disegala platform media sosial, sedangkan si kulit putih terlihat garang dengan wajah keras serta tubuhnya yang hanya ditutupi sleeveless hitam bertuliskan OUTDOOR di bagian punggungnya. Daritadi terdengar suara bisikan bahkan pekikan dari para waitress yang rata-rata masih berstatus highschooler.

"Aku baru menyadari bahwa kamu dan BTS itu ada kemiripan ya"ujar Jeno.

Jaemin hampir tersedak gumpalan es mahal itu setelah mendengar kalimat aneh dari tetangganya, bagaimana bisa dirinya disamakan dengan kumpulan pria berbakat nan tenar tersebut?

"Bercandamu tidak lucu, mereka tampan dan tenar. Aku manusia biasa dengan segudang kemalasan dan wajah yang pas-pasan"

"Maksudku kalian nampak sama-sama fashionable serta memiliki kulit yang bagus, aku heran sebenernya sejak pertama kali melihatmu. Wajahmu itu putih dan terlihat lembap, kamu juga tidak pernah terlihat kusam. Kesannya dirimu itu super charming"

Jujur Jaemin merasa malu, tidak pernah menyangka akan diberi kalimat pujian bertubi-tubi dari seseorang yang bahkan menurutnya jauh lebih menarik dari dirinya. Kalau saja ini bukan tempat umum, si manis itu mungkin sudah berteriak kesetanan karena senang dipuji oleh orang tampan. Tiba-tiba ia merasa bangga kepada dirinya sendiri, terhadap usahanya untuk merawat wajah, dan kemampuannya dalam hal memadu-padankan pakaian yang ada di lemarinya.

"Terima kasih, ini semua karena skincare. Semua orang korea memakai rangkaian perawatan kulit dengan lengkap, baik pria maupun wanita. Itu sudah menjadi semacam lifestyle bagi kami"

"Jika aku ingin jadi tampan, apa aku harus memakainya juga?"

"Kamu merasa dirimu tidak tampan?"

"Jelas, kata Dylan aku ini buruk rupa"

Siapapun orang bernama Dylan itu dia pasti buta, bagaimana bisa makhluk seperti Jeno Witcherson dikatai buruk rupa, Jaemin sangat ingin berbicara dengannya. Gelato milik Jeno sudah tandas disantapnya, tadi dirinya memesan dengan cup bukan cone jadi tidak perlu repot menghabiskan wadah eskrim dari tepung jagung itu.

A Box of Happiness | Nomin☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang