2. New House

165 14 6
                                    












Jiyong bersiul saat ia memperlambat laju mobilnya.

"Apa kau yakin ini alamatnya?" tanya Jiyong pada Chaerin, berbicara dengan gadis itu untuk pertama kalinya sejak mereka meninggalkan gedung pernikahan setengah jam sebelumnya.

Chaerin melirik secarik kertas di pangkuannya dan kemudian kembali memandang ke rumah di hadapannya. "Ya, pasti ini."

"Shit..." adalah respon Jiyong ketika ia memarkir mobil di jalan masuk. Mereka berdua melepaskan sabuk pengaman dan keluar. "Jadi, di sini kita akan tinggal?"

Jiyong berdiri di jalan masuk, mengamati sekelilingnya. Rumah itu, sebuah bungalow bergaya Cape Cod, berdiri di atas dua hektar tanah berhutan di belakang jalan buntu. Di dekat halaman belakang, terdapat tiga garasi mobil. Jiyong bersiul lagi, tiba-tiba berpikir bahwa one night stand nya ini ternyata memiliki manfaat lebih daripada yang ia perkirakan sebelumnya.

Jiyong menoleh ke arah Chaerin, yang berdiri diam di sebelah mobil, "Jadi ayahmu memberi kita tempat ini? Wow fuck... bagaimana mungkin?"

Chaerin mengangkat bahu. "Ini adalah salah satu dari sekian banyak properti sewaannya. Yang ini kebetulan kosong dan karena kita... sudah menikah... dia bersikeras agar kita menempati rumah ini."

"Jadi kita... tidak harus membayar uang sewa dan omong kosong lainnya?"

Chaerin meringis. Mulut pemuda itu sangat kotor. Ia harus membahas cara bicara pemuda itu nanti begitu mereka lebih nyaman satu sama lain.

"Kita perlu membayar utilitas, tentu saja. Tapi tidak, kita tidak harus membayar sewa. Ayahku pemilik rumah ini dan mengatakan ini milik kita jika kita menginginkannya."

Mata Jiyong berbinar. Ini luar biasa. Ia tidak benar-benar berpikir tentang di mana mereka akan tinggal, tapi ini... ini gila. "Jadi... bisakah kita melihat-lihat bagian dalamnya?"

Chaerin tersenyum dan mengulurkan kunci ke arah Jiyong. Jiyong melangkah ke arah Chaerin, mengambil kunci itu dari jari-jari Chaerin, menyeringai pada gadis itu, dan melangkah menuju teras.

Memutar kunci pintu, Jiyong mendorong pintu terbuka dan melangkah masuk, langkah berat sepatunya bergema di lantai kayu yang dipoles sangat apik. Di sebelah kirinya ada tangga yang menuju ke lantai atas. Tepat di depannya, serambi yang terhubung dengan lorong yang memiliki pintu ke kanan dan kiri. Di sebelah kirinya ada pintu besar terbuka ke ruang tamu berkarpet mewah.

"Tempat ini fantastis," gumam Jiyong pada dirinya sendiri ketika ia berjalan ke ruang tamu dan kemudian ke dapur. Berjalan melewati dapur, ia melangkah ke lorong dan melangkah ke ruangan yang jelas merupakan kamar tidur utama. Ruangan itu lebih besar daripada apartemen lamanya yang kecil. Berjalan keluar dari kamar itu, ia menuju ke lantai atas dan ke kamar yang lebih kecil di bagian depan rumah.

Chaerin berdiri diam ketika Jiyong berkeliling rumah. Ia akan berkeliling sendiri nanti. Saat ini, ia terpaku di tempatnya tepat di dalam serambi, terlalu takut untuk bergerak.

Jiyong menghilang ke lantai atas dan turun beberapa menit kemudian. Kakinya yang kuat melangkah menuruni tangga, "Aku akan memakai kamar di lantai atas. Kau bisa memakai kamar tidur utama karena ada kamar mandi di sana dan kau mungkin akan membutuhkannya."

Chaerin memandang Jiyong dengan rasa ingin tahu. Mereka sudah menikah, bahkan jika ini terdengar lucu, ia mengira mereka akan berbagi kamar tidur utama. Sebenarnya, Chaerin mengira Jiyong akan bersikeras agar mereka berbagi kamar dan ia sudah mulai mempersiapkan dirinya untuk perdebatan yang akan terjadi.

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang