3. Perkenalan

126 13 3
                                    













Membelokkan mobilnya keluar dari halaman rumah ibunya hari Sabtu pagi itu, Jiyong cukup yakin telinganya berdarah karena teriakan ibunya yang baru saja ia alami begitu ia mengatakan pada ibunya bahwa ia bukan saja telah membuat seorang gadis berambut pirang hamil tapi ia juga telah menikahi gadis itu. Teriakan ibunya mereda saat Jiyong menunjukkan saldo rekening banknya, yang menurutnya sangat manis.

Tapi tak perlu dikatakan lagi, ibunya pasti masih sangat kesal. Terakhir ibunya terlihat sekesal ini ketika Jiyong tak sengaja menghancurkan mobil ibunya itu saat ia berusia 16 tahun. Setelah ibunya memaki Jiyong selama satu jam penuh dan bahkan menghina spermanya-what the hell?-ia diam-diam melangkah keluar dari sana sebelum akhirnya ibunya mencekiknya dengan selang air. Ibunya baru saja memberitahu Jiyong bahwa ia akan pergi ke rumah baru putranya itu SATU JAM LAGI untuk bertemu dengan gadis yang putranya itu hamili. Dan Jiyong ingin memperingatkan Chaerin. Ia mungkin tidak mengenal Chaerin, apalagi menyukai gadis itu, tapi Chaerin pantas diperingatkan karena ibunya bisa berubah menjadi naga api yang terbang dengan sapu terbang. Jiyong menyayangi ibunya, tapi bukan berarti bahwa ibunya itu tidak membuatnya takut setengah mati.

Akhirnya, Jiyong memarkir mobilnya di halaman rumah barunya dan buru-buru berlari ke dalam rumah. Ia hampir berteriak 'Sayang, aku pulang!' tapi ia tidak ingin membuat Chaerin kesal bahkan sebelum ia melihat wajah gadis itu pagi ini.

Jiyong tidak bisa menahan kekehannya mengingat perdebatan mereka semalam, betapa marahnya Chaerin karena ulahnya. Ia tidak melihat apa yang harus dipermasalahkan, sungguh. Lagipula Chaerin sudah dibuatnya hamil. Mungkin ia akan mencoba berdiskusi dengan Chaerin lagi dalam beberapa hari...

Jiyong berkeliling di lantai bawah, berusaha menemukan Chaerjn. Tepat ketika ia akan pergi mengecek halaman belakang, ia mendengar suara seseorang bersenandung. Ia berjalan ke kamar Chaerin dan mendorong pintu terbuka. Chaerin mendongak ketika ia melihat pintu sedikit bergerak.

"Kenapa kau duduk di lantai?" tanya Jiyong.

Chaerin mengerucutkan bibirnya karena kesal. "Aku sedang melipat kaus kaki, sudah jelas."

"Itu menyebabkan pertanyaan lain; kenapa kau melipat kaus kakimu?"

Chaerin berdiri dari lantai dan membungkuk untuk mengambil tumpukan kaus kaki yang baru saja dilipatnya, "Apa kau tidak melipat kaus kakimu?"

Jiyong tersenyum miring pada Chaerin. "Tidak, cukup lempar ke dalam laci."

"Hm, aku lebih suka rapi dan teratur."

Chaerin membuka lemarinya dan Jiyong bersiul. Ada deretan celana dalam di sana, terlipat rapi dan disortir berdasarkan warna. Jiyong bertemu tatap dengan Chaerin, namun gadis itu memutar matanya.

Jiyong bersandar di meja rias Chaerin. "Dengar... aku ingin memberitahumu bahwa ibuku akan berada di sini dalam waktu empat puluh lima menit dan kau mungkin harus mempersiapkan diri. Ibuku ada di jalur perang."

Perut Chaerin terasa jungkir balik. "Kenapa dia datang?"

Jiyong menyilangkan lengannya. "Ya, setelah dia tahu bahwa malaikatnya, bocah laki-lakinya... aku," Ia menunjuk dirinya sendiri untuk menambahkan penekanan, "Membuatmu hamil dan kemudian menikahimu. Kurasa dia berpikir aku sudah disihir atau terkena omong kosong lainnya. Dan dia seorang wanita yang menakutkan jadi aku hanya ingin memperingatkanmu."

Chaerin mulai menarik sesuatu untuk ia kenakan. "Aku benar-benar ragu kalau dia begitu mengerikan, Jiyong."

Jiyong mendengus. "Ibuku menyebalkan. Aku menyayanginya karena dia melahirkanku. Kalau tidak, aku mungkin akan menabraknya dengan mobilku."

AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang