"Lama juga lo ngobrol, ngomongin apaan aja?" tanya Seonghwa.
Mereka sekarang lagi jalan menuju parkiran setelah hampir setengah jam Tzuyu ngobrol sama Minju.
"Hm? Ya, gitu. Obrolannya cewek aja gimana," jawab Tzuyu seadanya. Lalu dia ngelirik Seonghwa. "Asli, lo useless banget ngintilin gue. Katanya mau nemenin, eh, malah ngibrit ke perpus. Gue pukul juga lo lama-lama."
"Yaa, gue mikirnya lo berdua butuh waktu. Apalagi gue cowo sendiri. Ditambah, gue kalo jam-jam biasa gak pernah ke perpus, jadi ya udah manfaatkan waktu sebaik-baiknya buat numpang Wi-Fi," jawab Seonghwa.
"Tau gitu mending gak usah ngikut, lah."
"Ya engga, lah. Kalo gue gak ikut lo mau pulang sama siapa coba? Dah sore banget gini," kata Seonghwa. Tzuyu cuma diem sambil gumam, "Iya juga sih..."
"Gue ikut seneng masalah lo udah kelar. Jangan gitu lagi, dah. Gue ga mau ceramahin lo lagi kalo misal lo berulah. Pegel tau mulut gue," ujar Seonghwa.
Gadis di sampingnya itu ngangguk, "Gak bakal, kok. Anggep aja waktu itu gue lagi mabok."
Seonghwa ikut angguk-angguk sambil ketawa dikit.
"Kayanya, gue mesti bantu lo, ya?"
Tzuyu mendongak sambil ngeliatin Seonghwa dengan raut heran. "Hah? Bantu apaan?"
"Bujuk Lino biar gak benci sama lo lagi. Tapi, gak janji bakal berhasil, sih," jawabnya.
Lagi-lagi, Tzuyu makin bingung walaupun ada sedikit perasaan seneng. "Seriusan? Kesambet apaan lo?"
"Ga tau. Liat lo udah berubah, gue jadi pengen kita bertiga akur kaya dulu lagi. Mau gak? Ga mau ya udah."
Tzuyu senyum sambil ngangguk. "Mau, lah! Gile lu ndro."
"Oh iya, mantan lo apa kabar?"
Tzuyu mematung sesaat, lalu ngelirik Seonghwa dengan tatapan kesel sambil nutup telinganya. "Konten sensitif, plis. Gak usah dibahas lagi."
"Lo berdua belum putus kan? Kenapa gak lo cari? Kali aja dia lagi ada masalah makanya tiba-tiba ngilang."
Gadis itu menghela napas. "I have no clue about him. Really. Dah lah, masa lalu biarin jadi masa lalu. Gue udah nganggep kita putus dan hal itu gak bisa diganggu gugat."
Seonghwa akhirnya cuma bisa ngangguk. "Well, that's your choice. Yuk, pulang," ajaknya setelah sampai di parkiran.
💘
"Tau, gak?"
Suara diseberang hanya menyahut dengan berdeham.
"Tadi, Kak Tzuyu ngajak aku ngobrol."
"Hah? Ngobrolin apa? Dia gak aneh-aneh ke kamu kan?"
Minju ketawa dengar respon itu. "Biasa aja kali, Kak. Kak Tzuyu gak ngapa-ngapain aku, kok. Tadi, dia minta maaf."
"Oh ... udah, ya?"
"Hah? Maksudnya?"
"Tadi pagi, dia minta maaf juga ke kakak. Terus, kakak suruh minta maaf ke kamu juga," jelas Minho.
Minju angguk-angguk, walaupun tau Minho ga bakal ngeliat anggukannya itu. "Terus? Kakak maafin nggak?"
"Iya, kakak maafin. Tapi ... kayanya kakak bakal benci sama dia," jawab laki-laki itu.
"Loh, kok kakak gitu? Padahal kalian temen dari SMP, 'kan? Aku sering liat kalian kemana aja bertigaan terus. Kalian seakur itu, masa kakak tega benci sama sahabat kakak sendiri? Kemarin, waktu kakak bikin kesel squad kakak, mereka gak sampe benci tuh sama kakak. Padahal, kalian kenalnya dua tahun. Sedangkan kakak sama Kak Tzuyu? Udah lebih dari itu, 'kan?" omel Minju panjang lebar.
Setelahnya, Minju denger giggles Minho. "Kakak udah nebak sih, kalo kakak cerita ke kamu, artinya kakak udah siap diomelin. Bener aja, 'kan."
"Suruh siapa ngeselin."
"Ini kamu yang melet kakak atau dasarnya kakak yang bucin, sih? Kayanya kalo kamu yang ngomong, kakak bawaannya nurut aja."
"Lah, emang kakak mau nurutin aku? Buat gak benci Kak Tzuyu?" tanya Minju memastikan.
"Iya, dong. Buat kamu apa sih yang enggak."
Seketika, tubuh Minju merinding disko. Pacaran sama Minho juga artinya dia udah siap buat digombalin anytime anywhere. "Dangdut banget, sumpah. Gak kuat."
Minho cuma ketawa, dia sendiri gak tau kenapa bisa jadi bucin gini.
"Ju," panggil Minho setelah tawanya reda. Minju cuma jawab pake dehaman.
"Abis ini, jangan terlalu deket sama Jaemin, ya? Cara dia natap kamu, tuh ... bikin risih tau gak. Kaya cowok lagi naksir orang."
Minju cuma nyengir waktu denger itu.
"Kak, mau tau fakta gak?"
"Hm? Apa, tuh?"
"Cieee, kepo sifat setan, kak," canda Minju yang bener-bener ga ada lucunya buat Minho. Malah bikin kesel.
"Kakak culik, ya. Awas kamu."
Gadis itu ketawa. Ketika yang lain gak bisa jahilin Minho karena bakal langsung ditampol, Minju bisa jahil kapan aja karena Minho emang budak cinta-nya Minju. Silahkan digarisbawahi.
"Jaemin tuh emang suka sama aku," ucap Minju tiba-tiba disela tawanya.
"Lah, bener ternyata. Kamu tau gak sih seberapa menderitanya aku? Ditelpon, chat, gak pernah dibales. Sekalinya ketemu malah buang muka. Ditambah lagi, tiap pulang liat kamu dibonceng sama cowo lain. Dih, kesel banget."
"Loh, kakak juga ga tau how suffered am I. Tiap hari liat pacar sendiri digandeng cewek lain. Ngacangin kakak juga ga segampang itu tau. Ditambah lagi banyak surat anonim yang isinya nyakitin bang—eh, ups..."
Minho mematung sebentar. "Apa, Ju? Surat ... anonim?"
"Eh, e-engga ... itu, anu..."
"Besok kita omongin ini, ya? Sekarang udah malem, kamu tidur aja. Yang nyenyak ya. Jangan lupa bangun, tapi," canda Minho.
Minju ketawa awkward. "Oke. Malem, kak."
"Iya, malem juga, sayang."
Hadaahhhhhh kalo kaya gini sih bisa-bisa Minju susah tidur semaleman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart
FanfictionKisah tentang Lee Minho, yang menyimpan sifat manis tak terhingga. start : Aug 19, 2019 end : May 26, 2020 ⚠ harsh words & non-baku © jisungisme, 2019.