𝟏𝟓. 𝐊𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧

245 36 22
                                    

Dua minggu berlalu dengan cepat. Sejak hari itu, hubungan Minju dan Minho semakin jauh. Meskipun statusnya masih berpacaran, tapi nyatanya mereka sibuk dengan dunianya masing-masing.

"Ciaahh, ngelamun mulu, mikirin apaan?" tegur Ryujin sambil menyodorkan segelas minuman yang langsung diterima oleh Minju.

Gadis itu senyum pahit. "Gue masih ga paham sama apa yang terjadi sekarang. Kenapa dia tiba-tiba berubah? Gue ... clueless banget."

Ryujin angguk-angguk sambil meneguk minumannya. "Gue paham. Walaupun lo bilang beberapa kali kalo lo gak peduli, nyatanya mata lo gak bisa bohong. Liat tuh, mata-mata meriang."

"Meriang?"

"Merindukan kasih sayang, cekakakakak," lawak Ryujin yang bikin keduanya tertawa. "Para netizen gimana? Masih julid?"

"Jelas masih. Puncaknya sih seminggu lalu, tapi sekarang udah mulai mereda," jawab Minju.

Seminggu lalu, dimana rumor itu sedang panas-panasnya dibicarakan oleh hampir seisi sekolah. Walaupun ini diluar kendali Minju, tapi beberapa haters-nya sempat naruh surat di loker yang isinya sama sekali gak enak buat dibaca.

"Hahaha, mampus lo! Ditinggalin kan, sama pacar kesayangan lo?"

"Makanya, ga usah sok kecakepan ya sayang."

"Selamat ya, semoga putus."

Minju shock, jelas. Bahkan dia hampir aja depresi karena surat-surat itu. Untungnya, dia punya temen-temen yang selalu nenangin dia.

Dan ... dia juga punya Jaemin sekarang.

"Ngomong-ngomong, lo makin deket ya, sama Jaem?" tanya Ryujin.

Tuh kan, baru dipikirin, udah diomongin aja. Ryujin ini sehati sama Minju, atau gimana?

Minju ketawa. "Makin deket apanya? Kan kita sekelas, ya dari awal deket, lah."

"Halah, sok-sokan ga peka lo. Beneran gak ada apa-apa? Masa sih?" introgasi Ryujin.

"Enggaa, Shin Ryujin. Lo tuh ya, bebel banget. Emang ada apaan coba?"

Alis Ryujin mengerut. "Ju, lo kelewat polos apa gimana? Jaemin udah sering caper ke elo, tapi lo gak kepikiran apa-apa?" tanya gadis itu, tapi lawan bicaranya cuma diem aja. "Ya ampun, gue kalo jadi lo mah udah geer kali."

"Hayo! Ghibahin gue ya?" ujar Jaemin tiba-tiba.

Ryujin cuma rolling eyes. "Gila nih anak, berasa ada dimana-mana. Dah lah, gue mau ke kelas dulu ngambil tugas. Cewek cakep pergi dulu, ok? Selamat pedekate, kawan," pamit Ryujin lalu beranjak dari gazebo.

"Apaan, sih. Ga jelas banget tuh cewek. Ya, g—"

Perkataan Jaemin terpotong begitu dia ngelirik Minju yang ternyata udah ngeliatin dia lebih lama.

"E-eh, Minju? Kenapa?" Cowok itu mengalihkan pandangannya sambil senyum awkward—ciri khas orang salah tingkah.

"Jadi ... lo selama ini..?"

💘

Tersiksa. Satu kata yang ada di kepala Minho kalau ditanya apa yang dia rasain akhir-akhir ini.

Hidupnya terus-menerus dikelilingi sama Tzuyu. Bahkan buat kumpul sama squadnya barang sebentar aja udah susah banget. Cewek yang dia anggap 'psycho' itu bener-bener nempel sama dia hampir tiap detik.

Dia udah jarang banget interaksi sama Minju. Ditambah lagi, sepertinya keberadaan Minho udah digantikan oleh seorang Na Jaemin.

Hampir setiap hari, Minho liat Jaemin nganter pacarnya pulang tanpa rasa dosa.

Sesak.

Kalau bisa, Minho udah lari ke arah mereka dan ninju Jaemin tepat di muka. Tapi, apa daya. Dia udah terikat janji sama Tzuyu, dan dia gak mau Minju kenapa-napa.

"Ganteng, lagi mikirin apa sih?" tegur Tzuyu, membuyarkan lamunan Minho.

"Gue pengen kumpul sama squad gue."

"Ya udah. Ayo, kumpul bareng," jawab Tzuyu sambil peluk lengan Minho.

"Bareng?"

"Iya, gue ikut lo kumpul. Kenapa? Gak suka?" tanya gadis itu mengintimidasi.

Minho cuma menghela napas. "Serah lo."

Sedangkan squad Minho udah gak heran kalau cowok ini datang bawa ekor yang mengikuti di belakangnya.

"Gimana?" tanya Vernon. Minho cuma ngelirik ke cewek dibelakangnya. "Ya, begini."

"Lo gak capek apa?" tegur Seonghwa tiba-tiba, yang cukup bikin tujuh orang disana kaget, termasuk Tzuyu. Cewek itu menaikkan satu alisnya. "Maksud lo?"

"Jagonya ngancem, abis itu deketin pacar orang," katanya, "semua siswa kenal lo, lo udah dicap cewek gak bener di sekolah ini. Dan lo masih belom sadar diri?"

Mata Tzuyu berkaca-kaca, perlahan-lahan gadis itu menelungkupkan wajahnya di lengan Minho sambil menangis tersedu-sedu. Awalnya Minho nggak ngerti kenapa cewek disampingnya ini mendadak cengeng. Tapi ketika dia ngelirik ke arah jam dua, ah, dia mulai paham.

Ada Minju yang lagi lewat sama Jaemin, tapi tatapannya terus mengarah ke arahnya.

Cepat-cepat Minho menjauh dari Tzuyu dan menghampiri Minju. Tzuyu yang liat itu udah ancang-ancang untuk ngejar Minho. Tapi dengan sigap, Seonghwa nahan tangan Tzuyu.

"Apa sih, Seong? Lepasin!"

Seoghwa ngelirik ke temen-temennya. "Cuy, gue urus nih badut satu dulu, ya," pamitnya sambil narik Tzuyu pergi.

Sementara itu, disisi lain, Jaemin yang ngerasa jadi nyamuk pun akhirnya ikut undur diri.

"Minju, gue ke kelas duluan ya?" katanya yang cuma dijawab anggukan oleh Minju.

Setelah Jaemin pergi, Minho langsung meluk gadisnya itu.

"Minju ... kakak kangen," ucapnya sambil menyandarkan dagu di atas kepala Minju.

Minju pengen banget bales pelukan Minho. Tapi, apa dia masih berhak? Apa status mereka masih bisa dibilang pacaran? Dia bingung harus gimana, alhasil, air matanya keluar secara perlahan.

"Bukannya kakak suka sama cewek itu? Kenapa harus kangen sama aku?"

"Maksud kamu apa? Ya, engga lah! Kamu pacar kakak, ya jelas kakak cuma suka sama kamu. Kakak punya alesan kenapa bisa ngelakuin semua ini.  Please, kasih kakak kesempatan buat jelasin semuanya, okay?" pinta Minho sambil menangkup pipi Minju. Rautnya khawatir, takut-takut Minju menolak permintaannya. Tapi begitu Minju mengangguk kecil, dalam sekejap mata Minho langsung berbinar senang.

"Tapi gak usah bertele-tele, bentar lagi bel masuk."

Minho mengangguk antusias. "Okay!"

SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang