Ketulusan

65 31 1
                                    

Jika cinta itu pilihan mengapa harus ada cinta ? kalo tidak untuk ada.

Hari yang cerah seperti wajah Vee yang bahagia orang yang hadir dihidupnya kembali kepadanya. Jalan terbaik itu ada namun, caranya yang berbeda seperti kisah cinta mereka banyak sekali hal yang harus mereka lewati begitupun hati.

Keluarga Vee sangat bahagia melihat anaknya tersenyum kembali seperti dahulu. Semoga tidak akan terjadi lagi yang kedua kalinya, hanya karena berbeda derajat mereka harus berpisah.
Harta tak bisa menentukan cinta mereka, tapi cinta mereka lah yang akan menentukan semua harta, tahta dan bahagia.

Pengalaman mereka sangatlah menyedihkan dan belum tentu berakhir dengan kebahagiaan siapa tau ada saja alasan yang membuat mereka berpisah lagi.

Sesuai janji Vee akan ikut jalan bersama Deo dan kawan-kawan, ini berasa mimpi andai dari dulu seperti ini tapi ya sudah lah hanya sebatas misteri yang tak kan terjadi. Vee menunggu begitu lama Deo tidak meninggalkan pesan apapun atau alasan yang pasti Vee fikir Deo masih tidur atau tak dia kesiangan namanya juga cowok.

Tapi di satu sisi ibu Vee merasa khawatir dengan mereka kalo ibu Deo tau pasti akan kacau semuanya. Memang ini kebahagiaan mereka dan ibu tidak bisa membuat anaknya tersinggung akan hal ini.

"Bu, ibu kenapa?". Tanya bapak Vee.

"Tidak apa-apa pak. Ibu khawatir jika hubungan mereka diketahui sama ibu Deo pasti Vee akan sedih lagi". Jawab ibu Vee.

"Bu. Mereka kan sudah besar biarkanlah memilih jalan mereka sendiri, jika itu benar jalan yang mereka lalui dan jika itu memang tidak benar jalannya pasti mereka akan mencari jalan keluarnya". Sambil menenangkan ibu.

"Pak, jika nanti akan terjadi kekhawatiran ibu lalu kita harus bagaimana. Kasihan Vee cintanya seperti ini." Dengan nada rendah.

"Sudahlah Bu. Percaya kepada mereka ya".

"Iya pak".

Deo datang menemui Vee meski telat sebentar tapi dia tidak mau Vee menunggu terlalu lama apalagi ada sedikit masalah di rumahnya.

"Vee?". Saut Deo dengan melambaikan tangan di depan wajahnya.

"Eh, Deo. Kapan kamu datang kok tiba-tiba muncul disini sih". Jawab Vee tampak kebingungan.

"Dari tadi juga udah ada disini, kamunya ajah bengong dari tadi. Ya udah kamu mau jadi nggak ikut sama aku kalo mau jadi kamu naik hih cepetan".

"Iya hih iya nih mau naik, sebentar dulu pamit sama orang tua aku".

"Yuk, jalan".

"Iya bawel hih".

Deo sambil mengawasi depan rumahnya, untuk memastikan bahwa ibunya sudah tidur. Vee berfikir "kok Deo sikapnya aneh gini si nggak kayak biasanya". Dalam hati Vee. Sambil jalan Deo selalu memperhatikan disekitar rumah.

"Eh, bentar dulu. Kamu kok dari tadi lirik terus rumah emang kenapa?". Tanya Vee.

Deo mencari alasan supaya Vee tidak mengetahui soal ini.

"Nggak kok, takutnya ada kucing masuk ke rumah". Jawab Deo dengan gugup.

"Oh gitu yah. Oh iya, ibu kamu tau kita mau jalan". Tanya Vee dengan nada pelan.

"Bisa nggak sih nggak tanya ini itu kita tuh mau jalan bukan mau kondangan, tau nggak sih!". Deo menjawab dengan nada tinggi.

"Kok kamu nge gas si". Vee diam.

2 jam perjalanan Vee diam dan tak mau bicara dengan Deo. "Cowok apaan bentak- bentak cewe udah gitu di motor lagi kenceng" (dalam hati Vee).

"Udah nyampe kok nggak mau turun si, oyyh!". Saut Deo sambil nge gasss.

Love Is Not Condoned By Parents✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang