Galau

19 7 0
                                    

Vee merasa ketakutan akan kehilangan Deo yang dia cintai. Dalam hati ya berkata 'ini salah aku, aku harus terima jika dia membenciku ataupun lebih dari itu'.

Memang, memaksakan diri mencintai itu sungguh sakit. Menyakiti diri sendiri tanpa disakiti.

Hari demi hari masih tidak ada kabar dari Deo. 'hmmm, ini semua tak adil mengapa aku harus menerima semuanya dan menjadi masalah seperti ini. Sadar! Kamu bukan siapa dia lagi yang tak pernah menjadi prioritas utama dihidupnya'

Pergi jauh darimu layaknya aku seorang paling bodoh yang pernah ada dihidupmu.

Deo

Vee

Deo, mau sampai kapan kek gini terus si? Gw harus gimana lagi biar jelas.

Tak ada lagi balasan singkat ataupun dilihat pesan dari Vee. 'gini amat kalo gitu mendingan dari dulu udahan. Cowok cemburuan amat si.'

~~~
Menginginkan untuk pergi tapi tak tahu harus beralasan apa.
~~~

Perjuangan Vee merasa sudah sia- sia tak ada balasan berarti sudah tak mau memaafkannya lagi. Bukan satu kali namun sudah kesekian kalinya Vee juga merasa tak enak dengan sikap dia yang terlalu akrab kepada Rendi.

Di satu sisi Deo sangat cemburu dengan kedekatan Vee dengan Rendi. Begitu akrab sekali tanpa merasa sudah punya pasangan seperti dulu.

Satu minggu kemudian Deo beserta keluarganya pulang ke Desa. Tapi Deo tidak mau Vee tau dan tidak mau ketemu dia.

Ibu menyuruh vee pergi ke warung sebentar.

"Vee". Ujar ibu.

"Iya Bu, ada apa?".

"Ibu minta tolong ya belikan beberapa bumbu dapur, ini catatannya". Sambil menyodorkan selembar kertas.

"Iya Bu. Aku berangkat dulu yah, assalamualaikum".

"Waalaikumsalam. Hati- hati dijalannya Vee".

Ibu melihat kearah kanan ada orang yang datang 'ada siapa tuh yang datang, bukannya Deo di kota ya? Terus itu siapa?. Benar kan itu Deo dan keluarganya. Kenapa tidak bilang ke Vee dia mau datang hari ini?'

Deo langsung bergegas ke rumah dia takut ketahuan oleh Vee. 'maaf Vee aku sembunyi dari kamu, aku tak mau kamu sedih kalo lihat keadaanku'.

Tak lama kemudian mobil sela datang tepat di depan rumah Deo. Entah kali ini sela mau buat rencana apalagi, Deo langsung menuju kamarnya.

"Deo, kamu cape yah".

"NGGAK!". Dengan nada tinggi dan menyingkirkan tangan sela dipundaknya.

"Kasar banget si. Bukannya kamu udah putus. Deo ih dasar nggak pernah ngehargain perasaan gw".

Dalam hati sela 'pasti gara-gara Vee! Deo jadi gini. Dulu nggak pernah tuh bentak- bentak malah nurut sama ibunya!. Kapan si dia pergi, biar gw bisa Deket lagi sama Deo. Pokoknya nggak boleh Deket lagi titik!'

Sela melihat ada seseorang yang datang ke rumah Vee, tapi sela tidak mengenalinya. 'siapa si tu cowok kayaknya lagi deket sama Vee deh kalo gitu ini kesempatan gw untuk deketin Deo masih ada. Yes!'

Tok...tok...tok!

"Assalamualaikum". Rendi mengetuk pintunya dan membawakan sebuah makanan.

"Waalaikumsalam, eh Rendi. Ada apa ya?"

"Eee... Bu Vee nya ada? Aku bawain makanan kesukaan dia nih".

"Oh Veenya lagi keluar sebentar kok. Mari masuk nak".

"Iya Bu".

"Loh kok, ada Rendi datang kapan? Kok nggak bilang dulu si?". Tanya Vee.

"Iya sorry. Tadi nggak sengaja mau kesini sambil lewat ajah kok. Lagian bentaran kesini juga cuma bawain makanan buat kamu ajah. Nih!".

"Iya udah terimakasih ya Ren".

"Aku pamit pulang dulu, wassalamu'alaikum".

"Waalaikumsalam". Jawab ibu dan Vee serentak.

Mohon maaf jika ada typo dimana- mana, tidak memberikan vote juga tidak apa-apa asalkan kalian membaca dan jika cerita ini bagus kalian bisa tambahkan ke reading list kalian yah😉 bantu author tetap semangat untuk melanjutkan ceritanya.

Sampai jumpa di part berikutnya 💕

Love Is Not Condoned By Parents✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang