Sebuah perasaan

67 29 2
                                    

Hari demi hari telah dilewati, Cinta Deo kepada Vee semakin erat dan takkan terpisahkan begitu banyak rintangan ketulusan hati Deo yang ingin tetap bersama sampai matipun dia rela.

Vee mengambil sebuah buku dan ia menulis dalam satu lembar didalamnya. Curahan hatinya, dia selalu menuliskan apa yang terjadi tentang isi hatinya.

Rintangan demi rintangan telah ku lewati dengan penuh kesabaran, apakah semua ini ujian dari-Mu? Ataukah ini semua hanya semata-mata untuk memisahkan kami. Andai aku bisa seperti gadis yang lainnya mencintai tanpa ada sebuah tantangan, mungkin aku lebih dekat dengan dia yang selama ini aku inginkan tapi, apalah dayaku.
Vee

Terdengarlah suara keributan dan kekacauan di rumah Deo tapi apa yang menyebabkan semua ini? Vee ingin mengetahuinya. Ibu Vee menyuruh anaknya masuk dan tidak terlibat dengan keributan keluarga orang lain.

"Nak, mari masuk tak enak mendengar pembicaraan orang".

"Iya Bu".

Vee melanjutkan lembar berikutnya.

Betapa indahnya raut wajah mu, seakan aku tak ingin melepaskan mu. Berat rasanya jika dipisahkan secara tiba-tiba, waktu yang akan menjawab semuanya kapan kita berpisah dan kapan kita bersatu.


Vee sambil melihat ke arah luar rumah, sungguh dia tak menduga begitu cepat lambatnya ia akan berpisah. Mungkin ini semua sudah jalannya takdir mereka. Vee tidak menyangka bahwa dia memiliki sebuah perasaan yang sama kepada temannya dulu.

Mengenang masa lalu ia begitu dekat dengan Deo dan bermain bersama layaknya seperti saudara. Begitu harmonisnya hubungan keluarga dulu, jika akan terjadi seperti ini Vee tidak mau ada sebuah perasaan ini yang membawanya ke masalah begitu besar.

Datang sebuah tamu yang tidak dikenal oleh Vee.

"Tokkk...tokk...tokkk"

Ibu vee menuju ke arah pintu untuk membukanya, dan ternyata itu saudara sepupu Vee pantas saja Vee tidak terlalu mengenalnya dia sudah besar.

"Vee, ini kakak sepupu kamu dari kota". Saut ibu.

"Ini kak Dio bukan yang dulu suka berantem karena rebutan bola sama Vee."

"Masih ingat yah, hehehehe. Bukannya itu kamu yang sering gangguin kakak kalo lagi main bola, dasar dari dulu tak pernah berubah yah". Sambil melepas kerinduan waktu kecil.

"Hih, kenapa aku lagi sih yang kena". Jawab Vee sambil cemberut.

"Iya iya deh sekarang kakak ajah. Oh iya kamu sama Deo tetangga kita serius de? Hahahaha". Tertawa lepas.

"Kakak".

"Kalian dari dulu tetep saja masih ribut". Ibu vee.

"Ih, kan kakak Dio yang mulai bukan Vee Bu".

Sampai sini saja dulu yah, nanti author lanjutkan👌
Selamat membaca ❤️

Love Is Not Condoned By Parents✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang