Permintaan

152 32 10
                                    


***

Pagi ini Geni tidak serapi biasanya, pria itu datang ke sekolah dengan wajah setengah mengantuk dan baju yang dimasukan asal. Semalam dia pulang dari rumah Putri pukul 1 pagi. Dan setelah itu tidak tidur sampai pagi karena sibuk mencemaskan kekasihnya.

Sembari menguap, Geni mengecek arlojinya lalu kemudian berlari saat suara Pluit terdengar nyaring dari lapangan.

Di sana, sudah terlihat semua murid berbaris mengikuti upacara pagi.

Dengan langkah cepat Geni berjalan menghampiri lapangan, namun sebelum dia sempat menempati barisan, seorang guru yang bertugas melakukan pemeriksaan sudah lebih dulu menghentikannya.

Guru berwajah asam itu sudah bertolak pinggang dengan kesal, matanya tajam menatap Geni dari atas sampai bawah.

"Mana dasi kamu?"

Seolah sadar, Geni langsung menunduk memperhatikan bajunya yang polos tanpa ikatan dasi. Dia lantas mendesah lemah menatap guru di depannya dengan lesu. "Maaf pak, tadi saya..-"

"Ga ada alasan!" Guru itu berdecak, dia lalu menunjuk lurus pada barisan anak-anak murid lain yang tidak memakai atribut lengkap. "Sana kamu gabung sama mereka, cepat!"

Geni hanya diam mengangguk, dia lalu berjalan mengikuti perintah gurunya untuk bergabung dengan para murid yang sama dengannya.

Upacara akhirnya dimulai, tidak seperti biasanya. Kali ini Geni merasakan bagaimana rasanya berdiri di sisi lapangan paling panas dengan rombongan orang dari kelas yang berbeda.

Kalau Putri ada disini, dia yakin gadis itu akan tertawa lantaran melihat pacarnya ada di rombongan anak tidak disiplin lainnya. Sayang sekali Putri tidak melihat adegan langka seperti ini.

Menarik napas panjang, Geni tersenyum kecil saat bayangan Putri terlintas begitu saja. Bahkan saat dia dihukum seperti ini, membayangkan Putri selalu membuat hatinya lebih baik.

Pria itu menunduk menyembunyikan senyumnya dari kerumunan orang, namun hal yang selanjutnya terjadi membuat dia tersentak.

Geni hampir ikut terjatuh saat gadis dengan tubuh mungil didepannya tiba-tiba terjatuh tepat di dadanya.

Refleks Geni mengangkat tangannya menopang tubuh perempuan itu agar tidak jatuh ke tanah. Pria itu lalu menoleh cepat menatap beberapa murid ikut heboh memanggil petugas palang merah yang tengah berlari tergopoh-gopoh.

Dua perempuan yang menjadi petugas PMR menatap Geni panik. "Tolong bantu angkat ya, tandu PMR sedang dipakai."

Walau tidak mau, Geni akhirnya mengangguk pasrah. Pria itu menarik napas panjang lalu menggendong perempuan itu menuju ruang UKS bersama dua orang petugas yang mengikuti dari belakang.

Begitu sampai di UKS, Geni langsung menaruh tubuh gadis itu ke ranjang UKS yang kosong. Dia mendesah lega sembari bersiap untuk pergi.

Namun belum sempat kakinya melangkah, seorang gadis dengan logo palang merah di lengan menghentikannya.

"Hari ini petugas UKS banyak yang ga masuk."

Geni mengangkat sebelah alisnya acuh. "Lalu?"

"Tolong ini di jagain dulu ya sampai sadar."

Geni mengernyit sembari membuka mulutnya untuk menolak, namun sebelum dia mengeluarkan suara. Gadis dengan logo palang merah itu sudah berbalik  pergi menuju barisan upacara.

Hal itu lantas membuat Geni mendengus kesal. Menarik napas panjang, Geni akhirnya kembali duduk di samping gadis yang masih terpejam rapat.

Pria itu lalu merogoh kantung celananya mengeluarkan ponselnya lalu mencari kontak Putri di sana.

Jangan Ada Vespa Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang