Putri menarik napas dalam-dalam menikmati rasa semangat yang mengumpul saat dia menginjakkan kaki di parkiran sekolah bersama Geni.
Hari ini dia kembali masuk sekolah setelah Aldo mau diam-diam membawakan baju seragam untuk satu minggu ke rumahnya. Tentu saja ada perdebatan panjang yang berakhir dengan perjanjian kalau Putri akan pulang ke rumah minggu depan. Kondisi Putri dan keluarganya juga mulai membaik, walau belum ada adegan permintaan maaf dan penerimaan maaf. Setidaknya Putri sudah lebih banyak bicara dengan kakak tirinya itu.
Bersiul kecil, Putri melemparkan pandangannya menatap Geni yang berjalan santai dengan Hoodie hitam dan tangan yang menggenggam jemari putri hangat. Situasi seperti ini yang selalu membuat Putri semangat, tidak peduli bagaimana beberapa siswa menatap mereka dengan wajah bermacam-macam, Putri tetap menikmatinya. Senang sekali bisa berjalan beriringan dengan jemarinya yang digenggam sampai kelas.
"Mau sarapan dulu?" Geni membuka suara, matanya melirik Putri yang langsung mengangguk senang. Walau kulkasnya sudah penuh dengan stock makanan dari Aldo, Putri selalu absen dari kegiatan sarapan. Alasannya karna dia tidak mau repot-repot menyiapkan makan.
"Eh abang tau aja neng lagi lapar."
Geni mengangkat pundak tinggi, "Kamu kan emang selalu lapar."
Putri mengerucutkan bibirnya kesal, sedangkan Geni sudah sibuk tertawa senang. Pria itu membawa Putri memasuki kantin sekolah yang ramai, tak ayal, hal itu membuat Geni heran. Ini kali pertama Geni mengunjungi kantin di pagi hari. Sebelumnya dia tidak pernah mampir karna selalu langsung masuk kelas dan membaca buku untuk materi yang akan dibahas.
"Kantin ga pernah sepi ya Put?"
Pertanyaan Geni sontak membuat Putri menoleh cepat, gadis itu tertawa renyah sembari membawa Geni untuk duduk di meja yang masih kosong. "Sepi kok, kalau udah jam pulang."
Geni berdecak gemas sedangkan Putri semakin tertawa geli. "Makanya kamu tuh jangan sibuk sama buku mulu Gen, kamu belum pernah ngerasain rasanya bolos di kantin kan?"
Geni hanya mendengus, tangannya lalu terangkat mencubit pipi Putri gemas. "Jangan racunin saya ya Put."
Putri terkekeh, menggoda Geni sudah jadi kegemarannya sekarang. Pria yang satu bulan lalu dia temui sebagai partner matematika yang dingin ini sekarang sudah jauh lebih hangat. Geni sudah banyak tersenyum walau tidak sebanyak Putri tentu saja.
"Saya mau pesen makan dulu, keburu bel sekolah. Kamu mau makan apa?"
"Mau nasi goreng, pake teh anget ya Gen."
Geni mengangguk, pria itu lalu bergerak pergi memesan makanan yang diinginkan Putri.
Ini pagi terbaik bagi Putri, hari ini dia bangun lebih awal tanpa alarm, dia juga tidur nyenyak tanpa beban pikiran apa-apa. Kehadiran Geni di hidup Putri sukses membuat dia bahagia. Seolah Geni adalah penangkal semua keburukan untuknya.
"Woy! Ngelamun aja."
Satu gebrakan meja membuat Putri tersentak. Gadis itu mendongak mendapati Renal--Kapten basket putra sekaligus partner Vespa dan teman bolos Putri sedang berdiri sembari mengambil posisi duduk di depan Putri. "Sendirian Put?"
"Enak aja sendirian! Emangnya aku jomblo kaya kamu."
Renal berdecak, wajahnya berubah kecut saat statusnya sebagai jomblo diungkit-ungkit. "Belagu ya, mentang-mentang punya pacar."
Putri tertawa, pundaknya terangkat tinggi bersamaan dengan wajah yang dia buat angkuh. "Iya dong, kapan lagi bisa belagu di depan kamu."
"Terserah!" Renal mengibaskan tangannya acuh. Sejujurnya, pria dengan pangkat sebagai kapten basket tim putra itu punya banyak penggemar di sekolah. Kulitnya sawo matang, badannya tinggi, hidung mancung dan sifat ramah yang menempel pada Renal membuat dia digadang-gadang sebagai cowo paling manis satu sekolah. Terlebih lagi reputasinya sebagai kapten basket benar-benar bagus, sama seperti tim basket putri yang selalu memenangkan berbagai kejuaraan. Tim basket putra juga selalu menyumbang piala dan medali untuk sekolah, hal itu jelas saja mempengaruhi reputasi Renal sebagai kaptennya.
Kendati begitu, Renal tidak pernah berhubungan dengan siapapun. Entah tipenya yang terlalu tinggi atau dia pernah jatuh hati pada sesuatu yang tidak bisa dia miliki.
"Oh iya Put, udah lama ga liat si Vespa kuning. Dijual?"
Putri menggeleng kuat. "Enggaklah!" Matanya melotot dan tangannya sudah aktif memukul bahu Renal kuat "Jangan ngomong sembarangan, ngilu banget denger si kuning dijual!"
"Aduh Put, sakit." Renal berdecak sembari mengusap bahunya pelan, "terus kemana?"
"Di rumah, kan sekarang udah dijemput Geni kalo mau sekolah."
"Yaelah, karatan dah tuh Vespa." Renal terkekeh, pria itu lalu mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkannya pada Putri. "Nih Put, minggu depan ada acara lelang Vespa antik."
Putri memajukan tubuhnya menatap poster acara lelang di ponsel Renal, gadis itu berdecak takjub lantaran Vespa yang akan dilelang merupakan Vespa antik yang harganya tidak main-main. "Jam berapa nih acaranya?"
"Jam 3 sore, mau dateng bareng ga?"
Putri tersenyum lebar, mulutnya sudah terbuka untuk bersuara. Namun sebelum sepatah kata keluar, seseorang sudah lebih dulu menjawabnya.
"Engga."
Suara dingin yang menusuk itu sontak membuat Putri menoleh, dia menelan ludahnya saat Geni sudah duduk di samping sembari menyodorkan sepiring nasi goreng dan teh hangat yang Putri pesan.
Mata coklat milik Geni lalu beralih menatap Renal datar. "Putri ga mau."
Renal hanya mengerjap, bibirnya tersenyum kikuk dan tangannya terangkat menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Oh, gitu."
Putri berdehem, dia lalu menatap Renal yang tampak tidak nyaman dengan tatapan Geni yang kelewat dingin. "Nanti kita omongin lagi ya Ren, makasih ya infonya."
Renal hanya mengangguk, pria itu lalu berdiri menatap Putri ramah. "Oke deh Put, duluan ya."
Putri tersenyum kecil menatap kepergian Renal sampai hilang dari pandangan, gadis itu lalu mengalihkan pandangannya menatap Geni yang masih duduk tenang dengan mulut terkunci rapat.
"Cemburu Gen?"
Pertanyaan Putri yang tanpa basa-basi itu sontak membuat Geni menoleh cepat, pria itu menggeleng dengan dahi yang berkerut kuat. "Cemburu cuma buat anak kecil Put."
Putri mengangkat bahunya, tangannya bergerak menyeruput teh hangat pelan. "Yang tadi itu namanya Renal, karna kita sama-sama suka Vespa jadi kalau ketemu yang diomongin cuma Vespa, ga lebih."
Geni hanya diam, sedangkan Putri sudah kembali bicara.
"Jadi tadi itu kata Renal minggu depan ada lelang Vespa antik, kamu tau ga Gen? Itu menarik banget loh, apalagi pas aku liat. Vespa yang dilelang itu Vespa di jaman dulu banget, itu sih harganya bisa samp..-"
"Put.."
Putri menghentikan bicaranya, gadis itu lalu menoleh melihat Geni yang sudah menatapnya dengan datar. Tatapan mata coklat datar yang sudah lama tidak Putri lihat itu hari ini kembali datang.
"Put, bisa ga kamu jangan ngomongin Vespa terus? Saya bosen."
Bersambung ...
****
Ngaturaken wilujeng idul fitri 1441 H, nyuwun gunging pangapunten, mugi kita kanugrahan jatining fitrah saking gusti Ingkang Moho Pemurah, amin.
Selamat hari raya idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan batin, semoga kita kembali ke fitrah dan di ridhoi Allah Yang Maha Pemurah.
Aamiin
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Ada Vespa Di Antara Kita
Teen FictionCerita tentang Putri Erlita dan Wisanggeni Amazing cover @Rish_Maya