Teman

265 40 25
                                    

***

Ini kali kedua Putri menyisir rambut dan bercermin, sesekali dia membenarkan bajunya atau riasan tipis yang sebenarnya baik-baik saja.
Gadis itu tersenyum lebar, pagi ini dia bangun lebih awal bahkan sebelum alarmnya berbunyi. Hal yang tentu saja patut dia banggakan karena seumur hidupnya, putri tidak pernah bangun tanpa alarm.

Rona merah lagi-lagi muncul di pipinya, dia tertawa kecil sembari menahan diri untuk tidak berteriak. Menghabiskan hari libur dengan Geni akan jadi hal paling baik seumur hidupnya.

Kegiatan bercerminnya tiba-tiba berhenti saat notifikasi singkat dari ponselnya berbunyi. Seperti kehilangan kendali, Putri langsung melompat menyambar benda kotak yang tergeletak di tempat tidurnya. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat pesan singkat dari Geni bahwa pria itu sudah sampai.

Cepat-cepat Putri memasukkan ponsel ke dalam tas kecilnya lalu melesat riang keluar menuruni tangga.

Tepat setelah dia membuka pintu pagar, jantungnya berdegup dan pipinya memerah. Dia tidak bernapas selama beberapa detik lantaran menyadari pesona Geni hari ini di atas rata-rata. Pria itu sedang duduk manis di atas Vespa dengan jaket dan kaus hitam.

"Sudah siap?" Geni bersuara, pria itu tampak luar biasa keren bahkan dengan wajah datar sekalipun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah siap?" Geni bersuara, pria itu tampak luar biasa keren bahkan dengan wajah datar sekalipun.

"Put..?"

Seolah sadar dengan dunia, Putri akhirnya berkedip. Gadis itu berdehem menetralkan jantungnya yang melompat walau sudah dia perintahkan diam.

"Oh, iya. Siap!"

Geni mengangguk, dia menyodorkan helm putih yang dia bawa untuk Putri. Gadis itu mengerjap sebentar sebelum akhirnya menerima helm putih itu dan memakainya. "Aku naik ya Gen!"

Geni mengangguk, dia tersenyum tipis saat Putri sudah duduk nyaman di belakangnya.

Menarik napas panjang, Geni mulai menjalankan Vespanya membelah jalan ibu kota yang ramai.

Selama perjalanan, Geni tidak banyak bicara. Dia hanya mengangguk mendengarkan gadis di belakangnya berkicau membicarakan ini dan itu. Sesekali dia mendengar Putri bergumam membaca toko-toko kecil yang berjajar di pinggir jalan.

"Aku kaget pas liat kamu dateng bawa Vespa." Putri berseru, gadis itu tampak antusias membahas Vespa hitam yang sedang dia tumpangi ini.

"Biar kamu nyaman aja."

Dijawab seperti itu lantas membuat Putri terdiam, jantungnya berdegup dan pipinya kembali merona lagi. Dia bersyukur karena Geni tidak melihat senyumnya yang kelewat mengembang sekarang.

Sepertinya ada yang tidak beres dengan dirinya.

Setelah pertanyaan itu, Putri tidak bicara lagi. Dia hanya diam menikmati degup jantungnya hingga akhirnya perjalanannya berhenti tepat di depan gedung besar mewah dengan taman luas di depannya.

Jangan Ada Vespa Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang