Sebenarnya Yoongi tiba-tiba tertidur di pundakku. Mungkin karena dia memang belum pulih dengan baik, sehingga Yoongi begitu saja menjatuhkan kepalanya pada pundakku. Membuat jantungku lebih berdetak lagi dan lagi. Menyentuh bibirku perlahan untuk merasakan sensasi berdenyut yang luar biasa menyenangkan. Hatiku terlalu di serbu oleh berbagai euphoria aneh.
Aku bergegas meletakkan tubuh Yoongi di atas tempat tidurnya. Menarik selimut sampai leher pria itu. Dia memang memiliki wajah yang begitu tenang jika sedang tertidur.
"Cepat sembuh, Yoon."
Sebelum pergi dari kamar Yoongi, aku membersihkan lantai yang di penuhi oleh serpihan pecahan gelas dan sebagian darah kental yang berasal dari salah satu kakiku. Setelah semuanya selesai, aku bergegas keluar dan menutup pintu perlahan.
Sepertinya aku harus pergi ke apotek untuk mencari obat penurun panas. Karena rasanya jika hanya sebatas handuk basah, itu tidak begitu pasti untuk menyembuhkan Yoongi.
❣Trivia❣
"Permisi, apa kau punya obat penurun panas?"
Kini aku sedang berada di sebuah apotek yang ada di pusat kota. Walaupun jam sudah menunjukkan waktu siang hari, namun kelabu terasa menakutkan karena tiba-tiba gemuruh terdengar marah. Aku harus cepat pulang sebelum hujan turun.
Apoteker tersebut lekas memberikan sebuah Acetaminophen (Paracetamol) kepadaku. Aku segera meraihnya dan menyodorkan selembar uang. "Terima kasih." Ucapku, membungkuk. Berlalu pergi sembari memasukkan obat tersebut ke dalam tas kecilku.
"Youra?"
Aku cepat mengadah, menelisik seluruh presensi yang berdiri sumringah di hadapanku. Membuatku berpikir dengan keras siapa gadis ini? Mengapa dia begitu mengenaliku dengan mudah. Aku benar-benar terbungkam, masih terlalu fokus pada wajah itu yang memang sebenarnya tidak terlalu asing.
"Wendy. Kau lupa? Aku teman sekelasmu saat SMA." Ucapnya lagi, membuatku terus berpikir. Hingga beberapa ingatan masa SMA perlahan muncul dan aku berteriak kegirangan layaknya orang tidak waras.
"Astaga, Wendy? Kau Wendy?"
Aku benar-benar terkejut mendengar bahwa gadis itu memperkenalkan dirinya dengan nama Wendy. Gadis cerdas yang saat SMA pernah membantuku untuk berusaha meminta maaf pada Yoongi. Ya walaupun tetap saja gagal. Bodoh, aku sampai melupakan Wendy.
"Wendy, aku sangat merindukanmu."
Aku segera memeluknya, merengkuh tubuh ramping itu dengan hangat. Dia juga membalas pelukanku. Kami saling melempar senyum, membuatku begitu senang karena bertemu dengannya lagi. Aku hanya mendengar kabarnya bahwa Wendy pergi kuliah di Amerika dan semenjak itu aku tidak pernah melihat keberadaan Wendy.
"Bagaimana kabarmu, Youra? Ku dengar kau, umm." Dia menggodaku dengan memukul lenganku halus.
"Ya! Jangan seperti itu, aku tidak tahan." Aku menyentuh kedua pipiku, hampir menyembunyikan seluruh wajahku kini.
"Kau beruntung, Youra. Kau menikah dengan orang yang kau cintai sejak lama. Kau harus bersyukur." Ucapnya lagi, membuatku mengangguk sembari tersenyum.
"Sebenarnya aku sangat bersyukur, hanya saja, ya kau tahu sendiri Yoongi seperti apa." Aku terkekeh diakhir kalimat. Wendy juga ikut terkekeh bersamaku.
Namun, ekspresi wajah itu tiba-tiba menurun menjadi pilu. Menatapku lirih layaknya aku perlu di kasihani.
"Tunggu, maksudmu, Yoongi masih tidak memiliki perasaan kepadamu? Yoongi masih bersikap dingin? Astaga, yang benar saja, Youra."Aku hanya mengangguk dan tersenyum enggan menanggapi ujaran Wendy kepadaku. Aku juga sebenarnya tidak begitu yakin apakah Yoongi belum juga memiliki perasaan lebih kepadaku. Aku hanya sedang berusaha untuk membuatnya jatuh cinta kepadaku walau memang sedikit sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfiction(END) Mungkin bagi kebanyakan orang semua hal yang berkaitan dengan perjodohan adalah menyakitkan. Sebatas kerja sama dua perusahaan atau sebatas kedua keluarga saling mengenal atau lainnya. Aku juga melakukan perjodohan, tapi kali ini kasusku berbe...