Kau tahu, bahkan aku tidak bisa tertidur sejak semalam. Aku benar-benar terjaga mengamati setiap inci wajah Yoongi yang tertidur pulas di atas sofa. Aku sangat takut jika nantinya ini hanya mimpi saja. Ciuman yang Yoongi berikan kepadaku, membuatku terus menerus membayangkan akan hal itu. Rasanya euphoria sederhana menari-nari riang di dalam hatiku.
Andai saja Yoongi melakukan itu kepadaku dengan keadaan sadar, aku akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini. Sayangnya, aku hanya berimajinasi.
Aku melirik jam kecil yang bertengger di atas nakas dekat dengan televisi. Sudah jam enam pagi, dan aku benar-benar belum tertidur sama sekali. Aku gugup, takut, namun mengantuk juga. Ah sial.
Aku mengulum bibirku dalam diam, mengusak kasar kedua jari-jariku sembari memandang wajah itu yang begitu tenang. Tiba-tiba aku seperti berpikir, jika Yoongi bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, haruskah ku jawab dengan kejujuran? Tidak, aku tidak akan menjawabnya dengan jujur, apalagi soal ciuman itu. Lebih baik aku menyembunyikannya, biarkan aku yang mengetahuinya sendiri.
"Kau tidak tidur?"
Hah? Sejak kapan Yoongi bangun? Bahkan aku terkejut ketika melihatnya yang sudah memandangku dengan kedua matanya yang bulat sempurna. Aku mulai gugup.
Aku hanya berusaha tersenyum. "Ah, aku baru saja selesai menonton drama semalaman dan tidak bisa tertidur." Ucapku, berbohong.
Kemudian, Yoongi merubah posisinya menjadi terduduk. Menelisik ke arahku dengan heran. "Apa yang terjadi? Kepalaku rasanya berat." Gumamnya, sembari melenturkan tulang-tulangnya itu.
Aku sedikit ragu, aku bingung. Apa yang harus ku katakan. Astaga.
"Kau hanya mabuk, Yoon. Kau tiba-tiba tertidur di lantai dan aku membawamu ke atas sofa. Ya, seperti itu." Ucapku, berusaha untuk terlihat jujur, walau sebenarnya itu sangat gagal. Semoga Yoongi percaya, aku mohon.
"Benarkah? Aku tidak melakukan apapun? Hal yang memalukan misalnya." Katanya lagi, mengunci pandanganku untuk tidak pergi begitu saja.
Ya! Aku semakin kalang kabut jika Yoongi bersikap seperti itu. Oh ayolah, jangan menatapku, Yoon.
"Tidak ada, kau hanya tertidur." Ucapku lagi. Namun, aku memutuskan untuk menjauhi sofa dan segera berjalan menuju kamarku, sembari menyembunyikan wajahku yang sudah sangat merah dan panas, tentu saja.
Tergesa-gesa menutup pintu dan bersandar sejenak. Aku tidak bisa dengan mudah mengontrol detak jantungku sendiri. Rasanya aku terlalu takut untuk bernafas. Bagaimana bisa Yoon, kau mabuk seperti itu. Melakukan hal yang seharusnya kita lakukan sejak dulu. Ah, sial, kau menyebalkan Yoon.
"Kau di dalam?"
"Maaf, tidak ada orang di dalam."
Ya! Youra! Kau memalukan. Bisa-bisanya berteriak spontan seperti itu. Kau bodoh, bodoh, bodoh.
Aku menarik tubuhku untuk merunduk. Sesekali memukul pelipis ku sendiri karena kebodohan yang benar-benar bodoh. Jika gugup seperti ini, aku tidak bisa berpikir secara jernih sama sekali. Apalagi, pikiranku hanya dipenuhi oleh kejadian semalam. Astaga, ciuman itu mengganggu ku.
"Seo Youra! Kau di dalam?"
Apa, bagaimana, apa yang harus aku katakan. Aku tidak bisa untuk bertemu dengannya disaat seperti ini. Aku sedang tidak mampu menahan kegugupan ku yang semakin menjadi-jadi. Aku harus apa, ya Tuhan.
Dia kembali mengetuk pintu kamarku. Membuatku segera melirih. "Ah, Yoon, aku mengantuk sekali. Drama semalam membuatku lelah karena menangis." Ucapku, dengan beberapa suara yang terdengar gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfic(END) Mungkin bagi kebanyakan orang semua hal yang berkaitan dengan perjodohan adalah menyakitkan. Sebatas kerja sama dua perusahaan atau sebatas kedua keluarga saling mengenal atau lainnya. Aku juga melakukan perjodohan, tapi kali ini kasusku berbe...