"Aku lebih menyukai kau memakai celana."
Aku segera mendongakkan kepalaku, bahkan rasanya daging dalam mulutku sejenak mengulum dalam diam. Aku tahu ucapan itu mengarah padaku, namun haruskah dia mengatakannya dengan wajah tanpa ekspresi seperti itu.
"Benar kata Jungkook, kau tidak waras."
Dia beralih menatapku dengan kerutan yang lebih jelas terlihat. Membuatku terkekeh. "Kau juga akhir akhir ini banyak bicara. Apa kau sudah mulai menyukaiku, Yoon?"
"Apakah jika pelayan disana banyak berbicara denganmu, dia juga akan menyukaimu, begitu?"
Aku mendengus, mengerucutkan bibirku dengan sebal sembari kembali melahap hidangan Gogigui di hadapanku kini. Ya, kami memang sedang berada di sebuah restoran tidak terlalu mewah yang terletak di pusat kota. Padahal Yoongi sempat mengatakan padaku bahwa dia lelah dan ingin tidur, namun tiba-tiba dia berbelok, lalu berakhirlah disini.
Dia melepaskan hoodienya dan menyisakan t-shirt hitam kesayangannya, yang tidak bisa ku pahami berapa banyak warna hitam dalam lemari Yoongi. Namun, aku tetap akui bila dia sangat tampan.
"Aku tahu kau memperhatikanku, jadi berhentilah. Aku tidak suka kau menghilangkan selera makanku."
Dia kembali menjadi Yoongi yang sedia kala. Cibirannya benar-benar menyakiti hatiku. Omong kosong Yoongi sangat membuatku ingin sekali membuang pemanggang itu pada wajahnya. Menyebalkan, dasar sok tampan. Ya, memang tampan, sih.
Aku mengambil sisa daging yang berada di atas pemanggang. Namun, tiba-tiba Yoongi juga akan mengambil itu dengan ujung sumpitnya, sehingga ujung sumpit kami saling beradu. Membuatku segera menatapnya tajam.
"Yoon, aku sangat lapar."
Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa, kau harus mengalah pada suamimu." Ucapnya, sembari menekan sumpitnya sendiri.
Aku mendelik sebal. "Ya! Jangan jadikan alasan tersebut sebagai senjatamu. Aku yang terlebih dahulu menyentuhnya, tahu." Aku semakin meninggikan suaraku.
Dia bergerak mempermainkan sumpitnya dan menyingkirkan sumpit ku begitu saja. Membuatku melepaskan sasaran pada daging itu dan membiarkan Yoongi mengambilnya. Aku merengek sengsara.
"Yoon, kau sangat—"
"Jangan menilaiku sembarangan."
Aku cukup terkejut karena Yoongi yang membagi daging tersebut menjadi dua. Dia meletakkan kembali sebagian dagingnya itu ke atas pemanggang. Membuat isyarat agar aku segera melahapnya. Aku tersenyum, sebelum kemudian memakannya dengan senang.
Sebenarnya saat ini aku sedang terdiam memandang Yoongi yang lebih memilih mengamati ruang lingkup di balik kaca besar yang menghadirkan kendaraan yang berlalu lalang. Aku sangat ingin bertanya suatu hal kepadanya, namun aku selalu takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfic(END) Mungkin bagi kebanyakan orang semua hal yang berkaitan dengan perjodohan adalah menyakitkan. Sebatas kerja sama dua perusahaan atau sebatas kedua keluarga saling mengenal atau lainnya. Aku juga melakukan perjodohan, tapi kali ini kasusku berbe...