Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Aku terlalu sibuk mengacak rambutku berulang kali karena kesal. Meneguk air putih sebanyak apapun yang ku inginkan sembari memutar langkah kesana kemari. Apa aku harus bersikap tidak tahu seperti yang dikatakan Jimin padaku.
Anggap saja kau tidak tahu apapun. Setidaknya, kau bisa mencari hal lain yang tidak kau ketahui tentang Yoongi.
Aku sangat tidak bisa. Aku hanya ingin mendengar penjelasan Yoongi. Aku hanya ingin bertanya apakah yang dikatakan Namjoon terkait kedua orang tuanya, adalah kebohongan semata atau memang sebuah kenyataan. Seharusnya aku sadar sejak awal, sejak dimana Yoongi menolak ketika aku mengajaknya untuk menemui kedua orang tuanya. Astaga, mengapa hidupku berantakan seperti ini.
Tuhan, tolong katakan padaku, apa kesalahanku sampai bebanku tidak berhenti mengalir. Aku juga penasaran seperti apa sebenarnya jalan cerita yang kau rangkai untukku. Aku sangat terkejut tentang fakta tersebut. Aku tidak tahan, aku ingin menangis.
Sampai tidak sadar, genggamanku melonggar hingga menyebabkan gelas yang sedang berada di tanganku terjatuh seperti biasa. Semuanya pecah, berantakan, hancur antah berantah. Aku terisak kebingungan, perasaanku sulit ku kendalikan karena aku tidak tahu apa yang harus aku rasakan.
Aku menjatuhkan tubuhku, menekuk lutut dan menangis disana. Berteriak marah pada kebodohan yang sudah mendarah daging di dalam diriku. Seakan takdir memang merenggut paksa kebahagiaanku. Aku merasa salah telah menikah dengan Yoongi.
Sembari memungut sisa serpihan gelas yang sudah ku pecahkan, aku tetap menangis. Meratapi retak dalam diri yang memang sudah sulit untuk ku susun kembali walau aku berusaha untuk menyatukannya. Kepalaku rasanya sakit sekali. Apakah karena aku terlalu banyak menangis akhir-akhir ini? Ya Tuhan.
"Kau memecahkannya lagi?"
Tubuhku bergetar, terlalu mendadak bila tiba-tiba mendengar suara itu yang terngiang jelas menyapaku. Membuatku lantas menunduk dan berusaha untuk menghilangkan aliran sungai yang mengalir deras pada kedua pipiku. Aku bersembunyi dibalik surai yang sengaja ku uraikan.
Aku mendengar kedua langkah kaki itu mendekatiku. Aku segera menahannya dengan telapak tanganku yang menyela. "Jangan mendekatiku dulu, Yoon. A-aku sedang sangat buruk."
Suaraku bahkan terdengar begitu jelas jika aku sedang menangis. Sungguh, aku tidak bisa menahan rasa sesak ku yang terlalu banyak dan penuh.
"Kau menangis, Youra?"
Aku menggelengkan kepalaku. Masih tetap merunduk sengsara dan berusaha menyembunyikan wajahku yang sudah sangat basah. Aku harap Yoongi tidak melihatku. Aku tidak mau dia bertanya, aku khawatir akan diriku yang salah ucap kemudian.
"T-tidak, aku tidak menangis. Pergilah ke kamarmu, ganti pakaianmu. Biarkan aku yang membersihkan semua ini."
"Kau menangis."
Tidak kusangka, aku mengangkat wajahku dan melupakan bahwa aku memang sedang menangis. Berani menatapnya dengan kesal. "Ku bilang aku tidak menangis, Yoongi!"
Aku keterlaluan.
Yoongi menunjukkan sorotnya yang tajam, membuatku menciut karena melihat pemandangan itu yang bagiku terkesan tidak biasa. Yoongi seakan marah padaku. Bahkan dia melangkah tegas menghampiriku dan meraih pergelangan tanganku. Serpihan itu kembali berjatuhan, aku hanya terkejut.
Dia menarik tubuhku dan semakin mencengkram lenganku. "Bisakah kau tidak menangis sehari saja? Aku terlalu muak melihatmu yang hanya menangis, menangis dan menangis."
Yoongi berteriak tepat di depan wajahku. Membuatku sekali lagi merasakan ketakutan. Dia tidak pernah semarah ini padaku, bahkan rasanya aku bisa melihat ekspresi tegas yang ditunjukkan Yoongi padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fanfic(END) Mungkin bagi kebanyakan orang semua hal yang berkaitan dengan perjodohan adalah menyakitkan. Sebatas kerja sama dua perusahaan atau sebatas kedua keluarga saling mengenal atau lainnya. Aku juga melakukan perjodohan, tapi kali ini kasusku berbe...