Rencana besar

87 8 4
                                    

ardian pov.

Aku berdiri, menajamkan mata, menikmati angin yang menerpa wajahku,  mengingat momen kebersamaanku dengan putra dan putriku.

ayah....

Seseorang memanggilku , suara itu tidak asing lagi di telingaku, aku memutar badanku, ku lihat sosok yang  khawatirkan sekarang berdiri di hadapanku, matanya berkaca-kaca menahan tangis, hatiku teriris melihat keadaannya saat ini, aku mendekatinya akan tetapi ia mundur seperti menghindariku.

"Navika sayang,  bagaimana kamu bisa sampai kesini?" Tanyaku, aku berjalan mendekatinya.

Tidak ada jawaban...Aku tetap berjalan pelan mendekatinya....

"Ayah baik-baik saja tanpa terluka sedikitpun... Bagaimana bisa? Apa Ayah yang membunuh ibu?" Tanya putriku.

Deg

Mataku memanas mendengar ucapan putriku, bagaimana tidak kata-kata itu sangat menyakitkan.

"Tidak sayang, ayah tidak mungkin membunuh ibu mu!" Ucapku tetap berjalan pelan mendekatinya.

Jarak kami tidak terlalu jauh, aku menghentikan langkahku, aku menatap putriku, saat ini ia benar-benar rapuh, aku mendekatinya kembali bermaksud Memeluknya.

Dor...

"Navika" Aku berteriak memanggil nama putriku, saat kulihat sebuah peluruh bersarang di kepalanya.

"Navika... " Aku bergumam pelan. Tak ku temukan bahwa ia memiliki kesadaran.

Navika....

Kepala ku pusing, tiba-tiba saja sesorang memegang bahuku....

Ardian...

Aku terkejut detik berikutnya aku terbangun, keringat membasahi tubuh ku,  ternyata ini hanya mimpi.

"Kau mimpi buruk ?" Tanya relangga.

"Ia, mimpiku terasa nyata, syukurlah semua ini hanya mimpi buruk" Ujarku.

"Mandilah kemudian turun ke bawah, kita makan malam" Ucap relangga.

Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi, seteleh selesai aku turun ke bawah untuk makan malam.
🌻🌻🌻🌻🌻

Di meja makan berbagai macam telah tersaji, ardian hanya menatap makanan itu tanpa berniat memakannya.

"Apakah makanannya begitu cantik, sehingga kau menatapnya seperti kau menatap istrimu saat pertama kali bertemu dengan dia?" Ucap relangga membuka suara.

"Apa sekarang  kau sudah berani membandingkan mendiang istriku dengan makan ini?" Ucap Ardian geram.

"Bukannya begitu, aku hanya heran kenapa kau hanya menatap makanan ini tanpa berniat memakannya? " Tanya relangga.

"Aku sedang tidak ingin makan, sedang tidak berselera" Ucap ardian datar.

"Makanlah kau butuh tenaga untuk menghancurkan mereka yang telah berani mengusikmu!" Ucap relangga mengingatkan.

Setelah selesai makan, mereka meninggalkan ruangan itu kemudian masuk keruangan untuk berkumpul.

"Dengar misi kali ini akan di pimpin oleh ardian" Ucap relangga santai kepada bawahannya.

Ardian mengangkat alisnya tanda minta relangga untuk menjelaskan lebih kepada mereka.

"Maksudku.... Berhubung pimpinan kita telah kembali jadi segala bentuk misi atau apapun itu aku kembalikan ke ardian, dia akan mengatur dan memimpin anggota ini karena ia telah kembali" Ucap relangga panjang lebar.

Kill It (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang