[3. ]

320 46 5
                                    

Today...

Shinwon menghela nafas panjang, membenamkan kepalanya ke dalam buku psikologi. Kepalanya sangatlah pusing bila harus menyangkut masalah kuliah dalam keadaan hati yang tidak tenang seperti ini.

Seharusnya dia beristirahat bila kelelahan, bukannya memaksakan belajar. Tapi mau bagaimana lagi, toh, kalau membuka ponsel pasti akan dipenuhi oleh notifikasi dari pemuda Jung itu. Menonton televisi? Lalu apa? Emosi menonton drama dengan adegan yang terlalu di dramatisir? 

"Ayolah, Won, kau pasti bisa. setidaknya selesaikan tiga paragraf untuk esai ini! Ayo, semangat!" Dia bermonolog sambil menampar pelan kedua pipinya. Benar saja, dia segera mengerjakan tiga paragraf sekaligus dan segera merapihkan meja belajarnya.

Tapi, sekarang apa?
Shinwon masih terduduk, melihat lockscreen ponselnya dan membaca satu-persatu pemberitahuan yang penting maupun yang tidak penting. Matanya terhenti di pemberitahuan yang sudah menumpuk. Sebelas telepon tidak terjawab dan tiga puluh lebih pesan singkat yang belum terbaca, semuanya dari orang yang sama. Jung Wooseok. Semua isi pesan itu sama. Menanyakan kabarnya juga deretan perkataan minta maaf. 

Tok, tok, tok. 

Shinwon melompat dari kursinya, umpatan kecil lolos dari bibirnya. Matanya menatap nyalang pemuda yang kini berada di ambang pintu kamarnya. Padahal sudah seminggu penuh dia mengabaikannya dan tidak bertemu dengannya, kenapa harus bertemu malam ini juga di rumahnya?!

Pemuda itu tersenyum tipis, menaruh sebuah kantung belanjaan kecil di atas meja belajar pemuda Go yang masih berdiri menjaga jarak dengannya. Tawa kecil lolos dari bibirnya sebelum dia tersenyum kecut, "Shinwon hyung. Soal kemarin... aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku sudah lancang, tapi bisa kau tidak mengabaikanku? Aku mohon?" Pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Ah, apa yang harus Shinwon lakukan? Selama seminggu ini dia dilindungi oleh sahabatnya ketika di kampus. Sekarang pemuda Jung ini berada di hadapannya, apa yang harus dilakukannya? 

"Pergi." Ucapan itu keluar dengan nada yang tegas, membuat lawan bicaranya sedikit terkejut. 

Mata pemuda Go itu nampak berkaca, berusaha agar tidak menangis di hadapan yang lebih muda. Mengerti, Wooseok mengerti. Senyuman diberikannya sebelum dia meninggalkan kediaman Shinwon malam itu.

"Sekali lagi aku minta maaf."

Shinwon menghela nafasnya, melihat melalui jendela dan mendapati pemuda itu meninggalkan kediamannya. Dia terduduk di lantai, mengacak surai coklatnya, melepaskan kacamata yang digunakannya.

"Kau tidak perlu meminta maaf, pasti sudah aku maafkan. Ck, kenapa aku begini, sih?"








.

  
 
 
 
 
 
 
 
 
 

"Hal bodoh apa lagi yang kau lakukan sekarang, Wooseok-ah?" Hyunggu bertanya begitu Wooseok terduduk di sofa ruang televisi, memperhatikan Yuto yang tengah asik bermain game di televisi tersebut.

Wooseok hanya terdiam, tidak mengeluarkan sepatah kata apapun sampai Hyunggu duduk di sebelahnya. Segera saja Wooseok memeluk Hyunggu dengan erat, tidak mempedulikan lirikan tajam dari tunangan Hyunggu. Yang dia perlukan sekarang hanya sebuah pelukan. Dan seharusnya hal itu sudah didapatkannya sejak kemarin.

Pemuda Jung itu menghela nafasnya, "kenapa aku tidak bisa berhenti melakukan hal bodoh, Kino-ya?" Dia mulai bersuara sementara Hyunggu mengelus punggung yang lebih muda. Hyunggu juga menghela nafas dan mengulas senyuman simpul. Dilepaskannya pelukan dari Wooseok demi menangkup wajah pemuda yang kini nampak sentimental itu.

"Seok-ah, apa kau memainkan perasaan Shinwon hyung lagi, hm?" Sebuah anggukan menjadi jawabannya. Hyunggu kembali memeluk Wooseok yang nampaknya masih lemas, tidak ada energi sama sekali dari pemuda itu untuk malam ini.

Wooseok cemberut, dia tau bila Hyunggu maupun Yuto akan memarahinya. Namun sepertinya tidak. Yuto memberikan sekaleng soda kepadanya dan duduk disebelah Hyunggu. Dia bungkam saja. Kedua pasangan itu tidak mengeluarkan suaranya sama sekali, seperti memaksa dirinya untuk menjelaskan hasil dari kebodohannya.

Merasakan bila dirinya sudah kalah, Wooseok melepaskan pelukan Hyunggu dan menatap kesal kedua sahabatnya itu, "baiklah, apa yang ingin kalian dengar?" Dia bertanya dengan ketus. Hanya tawa kecil dari Hyunggu yang dapat di dengar olehnya.

"Kami tidak akan memaksa, Seok-ah." Hyunggu bangkit dari duduknya dan berlari kecil menuju kamar, kembali dengan membawa sebuah selimut tebal dan melemparkannya kepada kedua pemuda yang lebih tinggi darinya.

Senyuman di wajah pemuda Kang itu masih belum luntur, diraihnya remote dan segera mengganti layar yang awalnya menampilkan permainan menjadi layar yang menampilkan daftar film. "Karena sepertinya kau akan bermalam disini, bagaimana kalau kita menonton film?" Hyunggu bertanya dengan suara manisnya yang segera di setujui oleh Yuto juga Wooseok.

Pluk. 

Pemuda Kang itu duduk diantara kedua pemuda lainnya, sesekali terkekeh karena hal terbesut mengingatkannya akan masa SMA dimana mereka sangat sering menghabiskan waktu bersama.

"Tapi, Woo, besok kau harus menceritakan semua hal kepada kami. Oke?" Hyunggu tersenyum cerah.

Wooseok mendengus sebal, tau begini dia pasti akan melarikan diri langsung ke rumahnya daripada ke kediaman Yuto.

"Ya, ya. Baiklah!"

  

   

    

    

   

   

   

   

   

-----

   

   

   

    

   

   

   

   

   

  

A/n :
m maaf baru post, maaf juga kalau pendek :((
aku ambyar bgt mikirin stage nak-nak rtk.
Secara 3/6 itu ult ku,, :((

stream ya, unis! Aku ga maksa kok ^^
kalau kalian ga sanggup stream Shine + Spring Snow stage,
jangan dipaksa, ya! Aku ga tega liat hampir semua unis yang masih nangis setiap nge stream,,,
 
 

  

sekali lagi, aku nggak maksa kalian buat stream. aku juga ga maksa kalian buat vomment kok. 
meskipun bikin plot itu ga mudah, tapi makasih banyak bagi yang udah mau meluangkan waktu buat baca.
Have a nice day and stay healthy!

[3.✔ ] Loser ▪ Pentagon [WooWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang