[9. ]

195 38 18
                                    


" 'Ini semua hanya kesalah pahaman,' mungkin kau tidak mau mendengar hal itu keluar dari mulutku, hyung."

Shinwon menatap capuccino dihadapannya, sendok di tangannya masih sibuk digunakannya untuk mengaduk minuman hangat tersebut. Dirinya masih terdiam, pikirannya masihlah kacau dan dia terus menunggu hingga Yuto mau menjelaskan semuanya.

Yuto menghela nafas sejenak. Pemuda kelahiran Nagano tersebut menatap kakak tingkat-nya. Dia tau bila keluarga Shinwon tidak lagi utuh seperti miliknya maupun milik temannya yang lain, dia juga tau bila Shinwon memiliki beberapa macam trauma maupun isu akibatnya, dan salah satunya adalah isu kepercayaan.

"Shinwon hyung," Yuto kembali bersuara, "setelah ini, aku ingin kau untuk menjaga jarak dengan Wooseok hingga kau tidak lagi ragu, oke?" Pertanyaannya mendapatkan anggukan lemah dari Shinwon.

Yuto kembali menghela nafas dalam sebelum berbicara,
"Wooseok... seharusnya aku mengetahui kalau dia masih menyukai Hyunggu. Dia setiap hari selalu datang kerumahku, beralasan untuk melihat portofolio milikku, tugas, dan alasan lainnya. Tapi sebenarnya dia hanya ingin mengawasi Hyunggu, terus melihatnya, dan hanya ingin dengan Hyunggu seorang.

Sebenarnya saat aku melamar Hyunggu, Wooseok tidak menyukainya sama sekali. Dia terus bertingkah layaknya dia nyaman ketika berada bersamaku, tapi sebenarnya dia... kesal. Dia membenciku untuk hal itu. Dan berawal dari itulah dia mulai mendekatimu, mencari tau hal terkecil tentang dirimu secara diam-diam.

Juga... dia berusaha terus menerus mencuri Hyunggu, ah, bahkan saat itu juga. Saat aku kembali ke Jepang, Hyunggu bercerita bila Wooseok selalu menemaninya, menggantikan posisiku. Aku takut bila Hyunggu akan menjauh dariku.

Lagi, Wooseok mengetahui hal-hal yang aku lakukan agar Hyunggu tidak menjauh dariku, sekali lagi dia menggunakanmu untuk melampiaskan semuanya. Rasa bencinya kepadaku dan rasa sayangnya kepada Hyunggu, semuanya dilampiaskan kepadamuㅡ aku sebagai sahabatnya sangat merasa bersalah, hyung. Tolong maafkan aku, karena aku yang sudah membuatnya seperti itu."

Yuto nampak menunduk, dia benar-benar merasa bila dirinya yang sudah membuat Wooseok menjadi seperti ini. Membuat Wooseok memiliki pemikiran bila Shinwon adalah tempat pelampiasan emosinya.

Mendengarnya, Shinwon hanya dapat tersenyum kecut. Ia berusaha agar tidak menangis dihadapan yang lebih muda.

"Yuto-ya, tidak, ini bukan salahmu." Shinwon menegurnya, iamenyesap capucinno miliknya sejenak. "Hei, ayolah. Ini bukan salahmu." Lagi, dia menegur yang lebih muda.

Shinwon menghela nafasnya, tersenyum tipis kepada Yuto yang masih merasa bersalah. "Yuto-ya, aku sangat berterima kasih karena kau mau menceritakannya. Mungkin bukan hanya aku yang merasa terluka saat ini, 'kan?" Ia berujar dengan suara lembut. Ah, sangat jarang Shinwon menunjukkan sisi ini kepada siapapun.

Yuto menghela nafasnya, tangannya sibuk memotong sepotong kue. Setelah melahapnya, dia memberi anggukan kecil sebagai jawaban dari pernyataan Shinwon.

"Ya, kau benar, hyung. Bukan hanya kau yang merasa terluka." Senyuman tipis menghiasi wajahnya.

Shinwon melepaskan tawa kecil, "astaga, keadaan jadi sedikit canggung, hm? Setelah ini kau mau kemana?" Shinwon bertanya agar suasana tidak begitu berat diantara mereka.

Yuto melirik yang lebih tua, merekahkan senyuman simpul, "refreshing. Aku ingin meringankan beban sedikit." Jawabnya seraya menyuap potongan kue.

"Bagaimana kalau kita ke arcade setelah ini?"
 
  
  
  
  
 
  
  
  
 
 


  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 

Shinwon menaruh totebag miliknya di atas sofa. Pikirannya jauh lebih ringan. Menuruti perkataan Yuto kemarin, pemuda Ko tersebut kini selalu membawa buku catatan kecil. Bukan untuk mencurahkan isi hatinya, namun untuk di isi dengan coretan abstrak. Ada pula yang memang diisi dengan curahan keluh kesahnya, tetapi setelahnya kertas tersebut di coret ataupun dibakar.
Benar-benar cara ampuh untuk meringankan isi pikirannya.

Ah, sejak kemarin Shinwon juga menuruti perkataan lain dari pemuda Nagano itu. Menjaga jaraknya dengan Wooseok. Kalau dibilang "saran dari Yuto sangatlah keterlaluan," memang benar. Tapi apakah Shinwon ingin terjebak dalam toxic relationship? Tentunya tidak. Itu penyebabnya dia menjaga jarak, lebih baik daripada dirinya yang terluka sedikit demi sedikit.
 
 
  
 
 
Berbeda dengan Wooseok. Pemuda Jung itu merasa sedikit kesal. Ya, memang dirinya senang karena bisa menghabiskan waktu dengan Hyunggu selama tiga hari penuh dan sukses mengusir Yuto untuk sementara waktu kemarin. Namun ada yang tidak beres dan dia membencinya.

ㅡ Panggilan tidak terjawab. Hubungi kembali atau tinggalkan pesan setelah bunyi berikut.

Wooseok menggeram kesal. Sudah kali ke lima dia menghubungi nomor Shinwon dan lima kali pula Shinwon tidak menjawab. Ah, apa ini? Kenapa dia merasa sangat kesal? Padahal dia sudah puas kemarin, kenapa dia merasa sangat kesal sekarang?

"Sialan, kenapa dia tidak menjawab?!" Dia melemparkan ponselnya ke sembarang arah, setelahnya merebahkan tubuh jangkungnya ke atas kasur.

Helaan nafas dikeluarkannya.
Satu hal yang dia sadari,
Dia belum siap bila pemuda Ko itu menjauh dari dirinya,
Untuk selamanya.

  
  
  
  
  
  
  
  
  

-----
  
  
  
  
  
    
   
   
    
  
    

A/n :
C cheesy skl... :(
Ya ampun, sekali lagi minta maaf kalo ini malah terkesan keluar alur dan ujungnya malah jadi gaje /sungkemin/

See ya next chapter! ^^

[3.✔ ] Loser ▪ Pentagon [WooWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang