[7. ]

220 38 15
                                    

 
Akhir pekan ini sangatlah ramai. Cahaya lampu LED, gemerlap lampu jalanan, dan indahnya langit senja menjadi pemandangan yang sangatlah indah di sekitar sungai sore itu.

Shinwon mengayunkan kakinya, dirinya duduk di salah satu bangku taman yang menghadap lurus kearah sungai. Menyuguhkan pantulan cahaya lampu dari gedung dan jalanan ke sungai yang mengalir dengan tenang.

Akhir pekan ini, Shinwon dan Wooseok berjanjian untuk bertemu. Sekedar bermain layaknya seorang sahabat, meski mereka tau bila perasaan mereka akan satu sama lain tengah dilanda kekacauan.

Shinwon menghela nafas dengan pelan. Menenangkan sejenak pikirannya dari segala hal yang terjadi beberapa minggu lalu. Kini dia memfokuskan pikirannya akan hari ini, lupakan hari kemarin yang telah menjadi sebuah sejarah dan lanjutkan kegiatan baru di hari ini.
 
 
Tap.
 
 
Pemuda Ko itu mengangkat kepalanya, mendapati Wooseok dengan kemeja kuning kesayangannya tengah berdiri tegap. Sebuah crapes dipegangnya di masing-masing tangan. Shinwon tersenyum dan menepuk sebuah tempat kosong yang berada disebelahnya, menyuruh yang lebih muda untuk duduk disebelahnya.

Keadaan hening. Hanya ada suara bising kendaraan juga orang yang berlalu lalang. Tak lupa suara lembut hembusan angin malam. Kedua pemuda itu nampak sangat sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Sambil terus memakan jajanan manis itu, mereka memandangi sekitar. Langit senja yang mulai berganti warna, refleksi dari sungai, cahaya remang dari lampu jalanan.

Wooseok yang sudah selesai terlebih dahulu memulai pembicaraan, mengikis sedikit kecanggungan yang terbentuk.

"Jadi, Shinwon hyung... um, setelah ini mau kemana?" Wooseok bertanya dengan ragu.

Shinwon menggidikkan bahunya, "entah, mungkin menonton film?" Shinwon memberikan masukan.

Wooseok berpikir sejenak. Mengingat film apa saja yang tengah tayang di layar lebar untuk akhir pekan ini.

"Hyung, kau suka film animasi?" Shinwon mengangguk, masih terus memakan crapes yang tersisa sedikit. "Kalau begitu bagaimana kalau menonton film Onward? Hyunggu bilang film itu bagus. Jinho hyung juga memiliki pendapat yang sama," Wooseok menatap manik hazel milik Shinwon, "bagaimana?" Dia bertanya untuk memastikan.

Shinwon mengalihkan pandangannya segera, dihabiskannya kue yang dimakannya. Anggukan diberikannya sebagai jawaban. Ah, sial, dia benar-benar tidak kuat untuk menatap mata pemuda Jung itu.

"Baiklah, aku akan memesan tiketnya. Semoga bioskop tidak akan dipenuhi oleh anak kecil."

Shinwon meloloskan tawa kecil, "kau 'kan juga anak kecil." Dia bergumam kecil.

"Hm? Kau mengatakan sesuatu, hyung?" Wooseok bertanya, masih sibuk dengan kegiatan memesan tiket di ponselnya. "Tidak, aku tidak mengatakan apapun, Seokkie." Shinwon membalas.

Untuk sore itu, mereka kembali akrab. Sesekali membicarakan satu topik yang selalu berakhir di topik lainnya.
Biarkanlah mereka bersenang-senang di akhir pekan ini, sebelum kembali fokus untuk belajar esok hari.
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 


 
 
  
  
  
  
  
  
  
 
 

Wooseok mengerang kecil. Pagi telah tiba, namun dia masih protes dan ingin kembali tidur di atas kasur empuknya dan melanjutkan mimpi indahnya dimana dia pergi bermain dengan hyung kesayangannya hingga larut malam.
Ah, mimpi yang indah.
 
 
"Ugh, bisa kau tenang sedikit, Seok? Aku masih mengantuk."

"Hm."
 
 
"SHINWON HYUNG?!" Wooseok berseru tidak percaya. Bahkan dirinya sampai terjatuh dari kasur, menciptakan suara benturan yang sangatlah keras.

Jangan lupakan juga Shinwon yang kini kesal dan kembali menarik selimut. "Ini masih terlalu pagi di hari Minggu untuk berteriak sekeras itu, Seok-ah. Tidurlah kembali," dia berujar dengan nada kantuknya.

Wooseok masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Memproses segala hal yang terjadi dari kemarin hingga pagi ini.

Pakaian, tidak ada di ruangan ini. Namun baju mereka sudah berganti dengan baju rumah, berarti mereka tidak melakukan kejadian yang sama seperti sebelumnya.
Kasur, rapih dan tidak ada yang janggal sama sekali. Berarti mereka benar-benar hanya tertidur pulas untuk malam itu.

Keadaan tubuh satu sama lain. Amanㅡ Ah, sialan. Sepertinya Wooseok mengambil kesempatan dalam kesempitan tadi malam untuk meninggalkan satu jejak di ceruk leher yang lebih tua saat dia tertidur pulas.

Kalau Shinwon tau,
Hancur sudah persahabatan mereka.
Namun lebih baik bila dia memberitahukannya daripada Shinwon sendiri yang mengetahuinya. Bisa-bisa dia di amuk seperti beberapa hari yang lalu.

Wooseok bangkit dan duduk dipinggir ranjang, mengatur kata demi kata agar tidak membuat Shinwon kembali membencinya.

"Um, Shinwon hyung. Mungkin semalam... aku kembali melakukan hal itu. Kau tau? Meninggalkan hickey di leher mu.." Wooseok sebenarnya tidak yakin akan reaksi Shinwon. Dia takut bila Shinwon akan memukulnya dan membentaknya. Memarahinya dan menjaga jarak.

Tapiㅡ

"Hm, ya. Aku sudah tau. Semalam aku tidak bisa tidur dengan pulas dan aku sedikit kedinginan karena kita pulang dalam keadaan basah kuyup akibat hujan deras. Jadi untuk yang satu ini, aku maafkan." Pemuda Ko itu berujar dengan nada lesu, ia masih lelah karena kekurangan tidur.

Di satu sisi, Wooseok bersyukur karena Shinwon telah memaafkannya.
Di sisi lain, dia menggerutu. Perasaannya semakin tidak rancu dan dia membenci hal itu.

'Berhenti memainkan perasaannya dan berhenti menjadikannya tempat pelampiasan kecil milikmu.'

Kalimat dari sahabatnya terlintas sejenak di pikirannya, membuatnya menghela nafas dalam.

Pemuda Jung itu bangkit dari kasur, berjalan menuju kamar mandi dan menopang tubuhnya di wastafel. Menatap refleksi dirinya di depan kaca.

"Astaga, bagaimana bisa aku memberikannya kepastian kalau perasaanku sendiri tengah memainkan diriku?" Dia bertanya pada dirinya sendiri.

Tangannya terangkat untuk mengacak rambutnya. Lagi, dia menatap refleksi dirinya dan menghela nafas panjang. Shinwon hanya memaafkannya sekali, berarti kedepannya belum pasti bila pemuda Ko itu mau memaafkannya lagi. Wooseok frustasi sendiri memikirkannya.

Kalau di ingat-ingat, memang dia selalu mengamuk bila Shinwon menjauh ketika dirinya melakukan kesalahan. Hal itu membuatnya membenci pemuda Ko tersebut. Membuatnya semakin ingin menggunakannya sebagai tempat pelampiasan kecil-kecilan.
Namun, bila di ingat lagi. Setiap kali Shinwon berbicara dengan nada lembut dan suara yang menenangkan, dia merasa senang. Merasa bila Shinwon tidak masalah atas perlakuannya selama ini.

Dan itu malah membuat hatinya semakin bimbang.

'Lakukan hal ini dengan benar. Kalau aku benar-benar menyukainya, aku tidak boleh membiarkannya lolos. Dan... harus berhenti melukai perasaannya..'
 
  
  
  
 
  
  
  
  
  
 

-----
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  

A/n :
Vote ch kemaren rendah. Apa karena ga jelas ceritanya? Kalau iya, aku minta maaf ya,,

Dan ya, mengecewakan sih. Tapi aku bisa apa? Hehe. Semoga untuk chapter ini, kalian gak bosen ya! ^^

As always, thank you for vomment, see you on the next ch! ^^

[3.✔ ] Loser ▪ Pentagon [WooWon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang