"Di sini aja, Jod." Suara parau dari Mbak Sekar berhasil membuatku dan Bang Eggie saling tatap dengan berbagai tanya. Terutama Eggie, tubuhnya seperti tak kuasa bergerak melepas cengkeraman tangan Sekar. Matanya sibuk menatapku yang mulai gelagapan.
Tak kuhiraukan Sekar. Tangan ini mencoba menepisnya, tapi sayang, cengkeramannya cukup kuat.
Kuberanikan diri untuk menoleh, matanya masih mengatup rapat. Entah dia ini ngigau atau gimana. Pelan kulepas tangan yang masih mecengkeramku ini.
"Jod?!" tanya Bang Eggie sedikit meninggi dipenuhi keheranan.
"Gue nggak ngerti, Bang. Gue nggak tau kenapa Mbak Sekar begini."
Posisi Bang Eggie kini berpindah ke dekat kepala Sekar. Tangan yang semula mencengeramku itu digenggam pelan, sesekali mengecupnya.
Sakit, itu yang kurasakan. Namun, apa daya?
"Kamu ngigau, Sayang? Yang kamu suruh tunggu sini maksudnya aku, bukan Joddy, kan?"
Mata Sekar membuka perlahan, tak berkedip. Tatapannya kosong.
"Jod, tolong panggil dokter atau perawat! Kasih tahu kalau Sekar ini sudah sadar!" seru Bang Eggie.
"I-iya, Bang."
Melangkah ke meja di depan tempat para tenaga kesehatan berkumpul. Di sini aku menginfokan bahwa Sekar sadar dari pingsannya.
Sekar pun diperiksa. Tekanan darahnya sedikit meningkat, dan ia bisa mengaduh saat dokter mengetuk tangannya di beberapa bagian tubuhnya.
"Di sini sakit, Mbak?" tanya dokter pelan. Sekar menjawab, hanya matanya yang tak lelah menatapku tanpa arti yang kuketahui.
Hal ini membuat Bang Eggie sepertinya tak nyaman. Terlihat dari tangan yang beberapa kali mengusap hidungnya. Kemudian, menatap kami secara bergantian.
"Jod." Sekar menggeleng. "Jangan pulang," lanjutnya lagi.
Terpaksa aku mengangguk, karena sungguh memang tak tega jika tak menemaninya.
"Sekar ... ada aku lho, Sayang. Kasihan Joddy pasti lelah dan tugasnya banyak," ucap Eggie lembut, tapi tak digubrisnya.
Sekar kembali menggeleng, memberi isyarat agar aku tak pulang. Di saat ini juga Eggie menarikku kencang keluar ruangan.
"Jod! Ada apa sebenarnya? Lo nikung gue?!" Bang Eggie berteriak, tapi aku masih diam.
"Joddy! Jawab! Pernikahan gue udah di depan mata. Nggak lucu tiba-tiba cewek gue bergantung sama lo yang bukan siapa-siapanya."
"Sorry, Bang. Gue beneran nggak ngerti," ucapku sambil melenggang pergi. Namun, Bang Eggie masih mencegahnya.
"Nanti dulu! Gue belum puas ngomong."
"Apalagi, Bang? Tanya ama cewek lo bukan gue lah!" Kembali melenggang pergi dan kembali ditarik.
"Sekar sakit, dan saat ini lo yang bisa kasih jawaban. Gue juga heran gimana kecelakaan bisa terjadinya barusan. Kalau sebelum lo sampe, Sekar udah kecelakaan, ya pasti dari dua jam lalu elo kabarin gue. Ini udah dua jam setelah lo jemput Sekar, dan lo sendiri ngaku nggak ada telat jemput dia. Terus kalian ngapain selama dua jam?"
"Hm, maaf. Yang namanya Joddy yang mana? Dipanggil pasien," ucap perawat lelaki yang memeriksa Sekar.
"Nah, loh. Nikung lu, ya."
Mengekori langkah Bang Eggie menuju ranjang di mana Sekar tergeletak. Benar saja, betapa semringah saat wajahnya melihatku.
"Jod," panggil Sekar lemah. Bibirnya tersenyum, tapi tidak dengan Bang Eggie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mbak Dosen Imut
RomanceJoddy Prayata (21 tahun) mahasiswa penderita OCD (Obsessive Compulsive Disorder) yang jatuh cinta pada asisten dosennya sendiri, yaitu Sekar Arimbi (24 tahun). Sebagai penderita gangguan jiwa OCD, Joddy kerap kali melakukan suatu aktivitas berulang...