Bagian 2 Lelaki Aneh itu Aku

3.1K 251 22
                                    


Mondar-mandir tak keruan di dekat parkiran motor, membuat seluruh pasang mata menatap aneh ke arahku.

'Aku takut ... aku takut.'

'Awas ... awas!'

'Pusing, pusing ... pusing!'

Aku menggerutu sendiri.

Argh! Tali sepatu lepas akibat tak sengaja terinjak kaki sendiri. Kesal! Kulepas sekalian sepatu tersebut dan mencoba memasangnya dari awal.

Pasang.

Lepas lagi.

Pasang.

Lepas lagi.

"Argh!" pekikku, hingga membuat orang sekitar semakin menatap aneh. "Capek tau kayak begini!"

Sambil memegangi kedua kepala yang begitu terasa penat, seperti ditimpa masalah yang berat. Masalah, apa aku ada masalah? Nggak ada! Tapi apa yang membuat hati ini selalu dilanda ketakutan berlebih.

Ada motor di seberang, aku lari sembarangan hingga nyaris tertabrak. Kemudian lari lagi, menyebrang lagi. Begitu terus.

"Jodi!" teriakan wanita memanggilku.

"Mbak Sekar."

"Lagi ngapain kamu?"

"Nggak tau!" Aku menjawab ketus, dengan tangan masih memegangi kepala seperti orang kepusingan.

"Kamu mau pulang?"

"Iya, Mbak, hehe."

"Gimana kamu pulang kalau cuma muterin parkiran aja dari tadi, hah?! Kamu naik motor, kan? Ayo, aku temani cari motormu."

Mbak Sekar menarik lenganku cukup keras. Dalam hati sih mikir, gila juga ini cewek. Badan kecil tapi tenaga luar biasa!

"Mana motormu?"

"Itu yang merah, Mbak."

"Sini kuncinya! Kukeluarkan motormu."

Aku masih menatapnya linglung, lalu tersenyum kagum. Rasanya sang Dewi Cinta tepat memanah di hati. Hingga semua yang ada pada diri Sekar nampak indah di mataku.

"Terima kasih, Mbak Sekar." Aku tersenyum, sedangkan dia tidak. Sial! Judesnya kambuh.

"Mau diantar nggak? Hah?!"

"Mbak Sekar kok galak lagi? Sedih ah saya. Nggak perlu, saya bisa kok ke rumah dengan selamat. Tenang, saya nggak bakal kenapa-kenapa di jalan. Jangan khawatir, ya, Mbak Sekar cantik."

Senyum nakal kulempar padanya, diiringi dengan kedipan sebelah mata. Dia masih datar, mengerucutkan bibir tipisnya yang berwarna merah muda.

"Ya iyalah khawatir. Gara-gara kamu tabrak tadi pagi, plat motorku kendor, terus mungkin jatuh di jalan. Nggak mau tau. Ganti rugi!"

"Ya udah jangan marah, Mbak. Nanti saya bayar, pakai ...."

"Pakai apa?"

"Pakai senyum manis khas Joddy Prayata. Mmuah. Kaboor!"

"Joddy peak!" teriak Sekar seraya melepas sepatunya dan hendak melemparku, tapi tidak kena.

Mungkin kalian berpikir. Berbahaya atau tidak jika penderita OCD dibiarkan melakukan perjalanan sendirian. Ya, memang keluarga baru berani melepasku semenjak kuliah saja. Sebelumnya ... tidak.

Jangankan dibiarkan melakukan perjalanan sendirian. Keseharian aku hanya mengurung diri di kamar tanpa melakukan apa pun. Diri ini selalu dihinggapi rasa was-was dan takut berlebihan tanpa sebab yang jelas.

Mbak Dosen ImutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang