"Ok anak-anak, jangan ribut" tegur Ibu Wati.
Terapi tetap tidak ada yang mendengarkan.'Dukk!! Duk!!! Duk!!'
Akhirnya Ibu Wati memukul papan tulis menggunakan penggaris besar. Seketika kelas sunyi. Ibu Wati memulai ceramahnya yang mungkin akan memakan waktu yang lama.
"Kalian sudah ibu tegur berapa kali, tetap tidak mendengar. Kalian ini sudah besar. Seharusnya kalian lebih sadar diri. Ini makin besar kelakuannya makin tambah gak karuan. Sama saja kalian tidak menghargai ibu di depan. Percuma ibu menjelaskan pelajaran, tetapi kalian tidak memperhatikan. Kalian ini sudah kelas 12. Kalian sebentar lagi akan lulus. Masa kelakuan kalian begini terus? Mau jadi apa nanti besarnya jika kalian tidak memperbaiki sifat buruk kalian." Bu Wati menghembuskan nafasnya dengan berat. Sedangkan yang lain terdiam.
"Begini saja agar mengurangi keributan. Kalian duduk sesuai nomor absen kalian masing - masing" perinta Bu Wati.
"Masa cowo sama cewe di gabung bu?" Protes salah satu siswi.
"Ibu ga mau tau pokoknya duduk sesuai absen dari ujung sana " Bu Wati pun mengambil absen yang ada di atas meja.
Anak-anak pun mulai ribut dengan pindahnya tempat duduk mereka. Adisty mulai pindah menuju bangku barisan kiri paling depan. Tiba-tiba Austin duduk di sebelahnya.
"Ngapain lo!?" Tanya Adisty sewot.
"Duduk"
"Iisss gue tau, tapi ngapain disini?? Pergi sana" kata Adisty sambil mendorong bahu Austin. Lalu Austin menepis tangan Adisty.
"Gue emang duduk disini" jawab Austin santai.
Adisty mulai geram dengan sikap Austin yang sok santai. Ditambah Austin yang selalu mengacuhkan apa kata Adisty.
"Adisty Austin ada apa?" Tanya Ibu Wati
"Masa saya duduk sama Austin bu? Seharusnya Elien disini bu" kata Adisty
"Oh ya ibu lupa, Elien tidak sekolah disini lagi. Dia pindah ke Jerman ikut dengan ayahnya"
Adisty hanya bisa melonggo. Pupus harapannya sudah untuk tidak sebangku denga Austin. Dia tak bisa membayangkan bagaimana repotnya duduk dengan Austin.
"Jadi Adisty kamu harus duduk bersebelahan dengan Austin. Tidak boleh protes" kata ibu Wati dan berlalu keluar kelas.
Adisty pun menatap kesal pada Austin.
'ya tuhan kok harus sama dia sih? Kan gak asik'
"Kok lo harus sekolah disini sih? Lo tuh nyebel tau gak" keluh Adisty.
"Terserah"
"Ngomong aja irit, pelit suara lo" ejek Adisty. Dia ingin membuat Austin jengah dengan sikapnya. Dan memilih untuk pindah dari tempat duduknya.
Austin membalas Adisty dengan tatapan tajamnya. Austin sedikit terganggu dengan calonnya itu. Calon? Dia pun masih tak percaya bahawa Adisty adalah orang yang akan dijodohkan dengannya.
Menurutnya Adisty adalah gadis yang cerewet dan manja. Tapi entah kenapa dia menerima dan tidak masalah dijodohkan dengan Adisty. Padahal dia tipikal orang yang susah menerima orang lain. Dia ingat pertama kali mereka bertemu terkesan buruk. Dan membuat hubungannya dengan Adisty kurang baik. Bahkan tak ada yang baik.
Adisty mencari akal agar Austin pindah dari tempat duduknya. Dia sangat tak rela jika harus duduk bersebelahan, meskipun Austin calon suaminya.
'masa iya gue harus punya temen sebangu model kaya Austin gini. Gue kan gak bisa nyontek. Mana Austin kek kulkas berjalan lagi. Gak seru'
![](https://img.wattpad.com/cover/179262550-288-k56647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Подростковая литература"Percayalah bahwa cinta bisa datang kapanpun dan dimana pun walaupun dari dua orang yang saling membenci" #ongoing GummySugar