Rere merebahkan tubuhnya di kasurnya. Perasaannya masih berkabut dengan rasa bersalah dan rasa jengkel karena respon Nada yang seperti itu. Dia mengambil Hpnya, dia membuka chitchat. Menelpon Asya untuk menceritakan segala keluhannya.
"Asya" ucapnya yang seketika langsung menangis sesenggukkan. Asya panik, dia bingung tiba-tiba sahabatnya menelponnya sambil menangis. "eh, kenapa? kok nangis? jangan bikin gue panik deh, Re."
"Aku mau cerita. Jadi, tadi aku minta maaf sama si Nada tapi dia malah ngerespon yang bikin perasaanku sakit hati. Padahal, aku kan minta maafnya tulus, enggak main-main." Curhat Rere dengan sesenggukan.
Asya mengeluh, "udah aku kira pasti dia gitu, udah enggak usah kamu pikirin dan enggak usah nangis juga. Ngapain sih nangisin orang kaya gitu, enggak guna tahu Re. Yang penting tuh, kamu udah minta maaf, di maafin atau enggak itu urusan dia. oke. Udah enggak usah nangis."
Rere menutup telponnya.
***
Hari ini pembelajaran di sekolah sangat membosankan. Rere menghela napasnya panjang, kepalanya terasa sangat pening. Masalah antara dia dan Nada. membuatnya stres ditambah dengan pejaran hari ini yang dia rasa berat. Rere duduk di halte bus depan sekolahnya menunggu mamang gojek. Rere melihat ke kanan dan kiri melihat apakah mamang gojeknya sudah datang apa belum. Namun, bukannya mamang gojek malah orang lain yang berhenti di depannya. Orang itu membuka helmnya, Rere terkejut ternyata orang yang sedang ada di hadapannya adalah Nada.
"Naik!" Perintah Nada.
"Hah?"
"Hah, heh, naik gue bilang!" .
"Tapi, mamang gojek," Rere bingung, dia sudah memesan gojek tapi tiba-tiba Nada datang dan menyuruhnya naik.
"Naik atau gue gak bakal maafin lo" Ancam Nada dengan menatap Rere dengan tajam.
"Iya, gue naik."
Mereka berdua akhirnya pergi. Rere memperhatikan Nada, dia masih bingung apa tujuan Nada membawanya pergi. Nada melihat Rere dari kaca spion, Rere yang mengetahuinya langsung mengalihkan pandangannya. "Ngapain ngelihatin gue? suka?" ucap Nada. "Apaan sih, gr amat." jawab Rere dengan wajah kesalnya. Nada menghentikan montornya di depan wartek. Rere turun dari montor dan mengikuti Nada masuk ke dalam warung.
"Buk, pesen nasi campurnya 10 bungkus ya" pesan Nada pada ibu penjual wartek. Rere melihat ke arah Nada dengan pandangan yang penuh pertanyaan.
"Lo, makannya banyak banget sih Nad, gue enggak yangka."
"Bukan buat gue."
"Terus?" Tanya Rere penasaran. Nada memutar bola matanya, kesal dengan pertanyaan Rere. "Kepo banget sih jadi orang, diem bisa enggak sih!". Rere mengangguk pelan. Mereka pergi lagi setelah membeli nasi bungkus. Nada menjalankan lagi montornya menuju ke sebuah daerah di pinggiran kota jogja.
"Nad, ngpain ketempat kotor kaya begini, sih?"
Nada tak menjawabnya, dia terus berjalan menuju ke sebuah gubuk kecil di pinggir sungai. "Kak Nada!" panggil anak-anak yang telah menunggu di gubuk itu. Mereka berlari menghampiri Nada dengan wajah yang sumringah. Nada tertawa melihat tingkah anak-anak jalanan itu. Nada lalu memperlihatkan makanan yang dia bawa tadi. "jeng, jeng, siapa yang mau makan?"
"Aku."
"aku, kak Nada."
Mereka berebut makanan yang Nada bawa. Nada membagikan makanannya. "ini, jangan dorong-dorong. Nanti jatuh". Rere melihat Nada yang tengah membagikan makanan itu kepada anak-anak . Rere tersenyum, "Ternyata dia enggak setengil yang aku kira ya". Nada berjalan menghampiri Rere, lalu di gubuk sambil melihat anak-anak itu makan.
"Ternyata, lo enggak seburuk yang gue kira, ya" ucap Rere sambil terwata kecil. Nada tersenyum, lalu menatap Rere. "Kenapa?" Tenya Rere yang salah tingkah. "enggak" Nada menggeleng. "gue maafin lo. Gue juga minta maaf ya, Re, karena nyiram lo pake jus mangga" Nada tersenyum menahan tawa karena teringat kejadian itu. "Ketawa, ketawa aja, gue enggak bakal marah kok" jawab Rere sambil menyenggol bahu Nada. "gue juga udah maafin lo, gue tahu gue salah waktu itu. perkataan gue," sebelum selesai menyelesaikan ucapannya Nada memotongnya. "Udah enggak usah di inget-inget lagi".
"kak Nada, main yuk!" ajak salah satu anak kecil. Mereka akhirnya bermain hingga tak terasa hari sudah hampir petang. Nada berpamitan dengan anak-anak itu, "kakak pulang dulu ya, kapan-kapan kakak ke sini lagi". Nada pergi bersama Rere, mengantarkan gadis itu hingga ke rumahnya.
Rere turun dari montor, lalu menyerahkan helm kepada Nada. "Makasih, ya, Nad" ucap Rere. Nada mengangguk, lalu berpamitan. "Gue pulang, dah". Rere melambikan tangannya, lalu masuk kedalam rumah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten thoughts
Teen FictionCover cantik by bee graphic kami saling memandang. lima menit kami beradu mata tanpa sepatah kata yang terucap. saat itu aku ingin bilang padamu bahwa aku ingin bertahan. tapi semua aku tidak bisa dan hanya kata maaf yang bisa ku ucap. "Kenapa tak...