Rere meletakan tas sekolahnya di meja belajarnya. Dia merebahkan tubuhnya sebentar diatas kasur yang empuk, menghilangkan sedikit penat yang ada. Hp Rere berbunyi, notifikasi pesan dari nomor yang tidak di kenal.
from : 0888123456789
makasih
Dahi Rere merengut, siapa dia? Rere tak mengenalnya. Lalu untuk apa dia mengatakan terima kasih. Rere mengetik pesan membalas orang itu.
from : Rere
Siapa?
from : 0888123456789
Nada
mata Rere melotot, tak percaya dengan apa yang dia baca. "Nada? dari mana dia dapet no hp ku?" tanya Rere dalam hati. Rere membalas pesan itu lagi.
from: Rere
dapet no hp gue dari siapa? atau jangan-jangan lo stalking gue ya?
Lima menit berlalu Nada tak kunjung membalas pesan Rere. Dan, status pesan pun masih belum di baca. "lah, malah dianggurin. emang dasar ya" gerutu Rere. tiga puluh menit berlalu dan akhirnya Nada membuka pesannya.
Read.
Hanya itu yang terlihat. Hanya perubahan status tanpa ada balasan. Rere kesal dia membanting hpnya (pelan), "Terserahlah" ucapnya. Rere kemudian berdiri mengambil baju dan segara mandi.
***
waktu telah menunjukan pukul 19.30 wib. Rere telah berpenampilan rapi, dengan kemeja putih, celana jeans biru tua, tas sling bag, sepatu snekers, dan tentu saja rambut yang dikucir. setelah semua siap, Rere keluar dari kamar dan turun melalui tangga. Mama yang sedang menonton tv, menanyakan hendak kemana anak perempuan semata wayangnya itu. "Rere mau kemana?.". Rere tersenyum, "Mau ke toko buku, Ma. Ada buku yang harus Rere beli, bolehkan?".
"oh, mama kira mau kemana. iya, enggak apa-apa ko. Udah sana keburu tutup nanti tokonya" ujar Mama. Rere tersenyum senang, lalu mencium pipi mamanya. "Makasih, ma. Rere pergi dulu. Dah".
Rere menaiki gocar yang telah dia pesan tadi. "Ke toko buku citra ya, pak" ujar Rere pada supirnya.
"Siap, Mbak" Bapak itu melajukan mobilnya menerjang keramaian kota jogja di malam hari. Rere menyenderkan punggungnya. Dia membuka kembali hpnya. kini, dia melihat foto Neza yang masih tersimpan di Hpnya. Foto yang di kirim oleh Asya eman hari yang lalu. "Aku harap itu beneran kamu Nez".
Rere sampai di toko buku. Rere masuk ke dalam dan mencari buku yang dia cari. "ehm, buku ekonomi mana ya?" tanyanya pada diri sendiri. Rere terus mencari, Dan akhirnya buku itupun ketemu. Tetapi, sialnya buku itu ada di rak atas. Rere berusaha meraihnya, namun sia-sia. Hingga seseorang dari belakang Rere membantu mengambilnya. Rere tersenyum senang lalu membalikkan badannya. "Maka," Rere tertegun. Dia tak menyangka ternyata orang itu adalah Neza. Rere memalingkan padangannya, berusaha menjaga sikapanya. "Ternyata kamu Nez, aku pikir pikir tadi siapa?" ucap Rere.
"Hehe, iya. tadi aku lagi lihat-lihat buku. eh, enggak sengajak lihat kamu lagi kesusahan, jadi ya udah aku bantu," terang Neza. "Nih!" menyerahkan buku itu.
"Makasih ya, em btw kamu ngapain kesini?" tanya Rere basa-basi.
"Enggak tahu juga sih, lagi bosen aja". Rere mengangguk. Keadaan menjadi sangat canggung .
"Gimana kalo kita ke kedai es krim, Aku tahu kedai es krim yang enak" ajak Neza mencoba mencairkan suasana. Rere mengangguk, "Boleh,Ayo!".
***
Rere dan Neza memesan satu mangkuk eskrim coklat vanilla. Mereka bercerita mengenai pelajaran, sekolah, dan alasan Rere pindah ke Jogja. "Oh, jadi kamu pindah ke sini, karena Papa kamu yang pindah kerja sama nenek kamu yang lagi sakit". Rere mengangguk sambil menyuap es krim ke dalam mulutnya.
"Re, aku mau tanya, boleh?".
"Boleh, mau tanya apa?".
Neza diam sejenak, dia memikirkan lagi apa harus bertanya atau tidak. akhirnya, "ehm, enggak jadi." ucapnya sambil menggeleng. "oh ya, masalah sama Nada gimana? udah selesai?".
Rere tersenyum lega. "Udah kok, Nez. Semuanya udah clear".
Neza tersenyum sambil mengusap kepala Rere.
"Ih, kenapa diusap? Nanti berantakan".
Neza tertawa. "Iya, iya. Re, boleh minta no hp mu, enggak?"
"Boleh, sini hp kamu!" Rere mengmbil Hp Neza lalu menyimpan no hpnya di kontak. "Udah."
"Makasih ya, nanti aku hubungin."
Rere tersenyum.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten thoughts
Teen FictionCover cantik by bee graphic kami saling memandang. lima menit kami beradu mata tanpa sepatah kata yang terucap. saat itu aku ingin bilang padamu bahwa aku ingin bertahan. tapi semua aku tidak bisa dan hanya kata maaf yang bisa ku ucap. "Kenapa tak...