Part 10. Perlahan mendekat

1 1 0
                                    

       Nada keluar dari kelasnya. Hari ini, kelasnya mendapatkan jam kosong karena gurunya sedang rapat. Nada berjalan menuju kantin yang ada di belakang gedung kelas 12.
"Oi, Nad" sapa Angga kakak kelasnya. "Yo, mas" sapa Nada balik.
"Sini, nongkrong".

"Mau makan dulu, Mas" jawab Nada.

       Nada memilih lauk untuk makan. Lalu pilihannya jatuh ke tempe kering dan rica ayam. "mba, nasi pake tempe kering sama rica ayam, plus es teh satu. makan sini" pesannya, kemudian duduk di salah satu bangku. Sika yang kebetulan juga ke kantin berlari menuju Nada, lalu duduk di hadapannya. "Hay, Nad!" sapa Sika manis. Nada hanya tersenyum sambil mengangguk kecil. 

"Kamu, ke sini beli apa?"

"Makan" tukas Nada.

"Oh" ucap Sika mengangguk. "hmm, masalah kamu sama si Rere itu gimana? udah selesai?" Tanya Sika.

"Udah"

Sika mencoba bersabar menghadapi sikap Nada yang dingin. Sika mencoba kembali. "Ehm, gimana kalo nanti sore kita jalan, ada film yang bagus loh" Ajak Sika dengan penuh harapan.

"Sorry, Aku enggak bisa" jawaban Nada membuat harapan Sika pupus.

"Tapi," sebelum ucapan Sika selesai makanan Nada datang. "Sorry, Sik. gue mau makan dulu, kita bicara nanti aja".

Sika menghembuskan napasnya, menyembunyikan segala kekecewaannya. "Iya, ya udah, Nad. aku balik kelas dulu bye".

***

       Nada selesai dengan makan siangnya, kini dia sedang berjalan kembali ke kelas. Saat sedang di jalan, Nada bertemu dengan Rere. Dia berusaha memanggilnya, Namun seseorang telah mendahuluinya.

"Eh, kamu Nez"

"Mau ke mana? Aku tebak mau ke perpustakaan ya" ujar Neza.

Rere tertawa kecil, "tahu aja".

"Ya, tahu dong, kan kamu bawa buku banyak" ucap Neza sambil mengacak rambut Rere.

Rere menatap Neza dengan lekat. Entah mengapa jantungnya kini berdegup. "Sungguh, aku makin yakin, kalau kamu orang yang aku cari, Nez" ucapnya dalam hati.

"Kamu mau ikut?" ajak Rere.

"Ayo!" Jawab Neza antusias. "Sini, bukunya aku bawain".

Mereka berdua pergi. Nada menatap keduanya hingga mereka pergi. dia tersenyum sinis, mengepalkan kedua tangannya.

***
       Bel istirahat kedua berbunyi. Rere membereskan buku pelajarannya lalu mengambil bindernya. Rere berjalan keluar. Tiba-tiba, "woi!" Teriak seseorang tepat didepannya. Rere terkejut, jantungnya berdegup kencang. Dia mengelus dadanya, lalu menatap orang itu dengan kesal. "NADA" teriaknya. "Bisa enggak sih, kalau muncul jangan kaya setan, kalau jantung gue kenapa-napa gimana?" Ujar Rere dengan nada marah.

"Ya, gak gimana-gimana, palingan serangan jantung. Dan kalaupun mati, ya tinggal dikubur".

   dia benar-benar kesal dengan omongan Nada yang ngawur itu, lalu dengankeras  Rere memukul kepala Nada dengan buku yang dia bawa. "Awh" ringis Nada sambil mengusap kepalanya.

"Minggir! Gue mau lewat" ucap Rere ketus.

       Pada saat jam istirahat kedua, perpustakan cenderung sepi. Dan  ini adalah hal terbaik yang Rere suka. Dia bisa bebas menulis tanpa terganggu oleh siapapun. Rere duduku dengan tenang, dia fokus menulis sesuatu di dalam bindernya. Dan tanpa dia sadari, Nada telah ada di depannya.

"Serius amat" ucap Nada. Rere menghentikan aktivitasnya.

Dia menghela napas panjang. "Lo ngapain sih, hah?" Tanyanya.

"Duduk" jawab Nada. " Kenapa? Enggak boleh?".

"Boleh. Tapi, diem aja, jangan ganggu gue" ujar Rere kesal.

"Siapa juga yang mau ganggu, gr".

       Rere melanjutkan tulisannya. Bel masuk berbunyi, Rere membereskan alat tulis dan bukunya. Lalu melirik Nada yang rupanya sedang tertidur. "Lo tuh kalau diem enggak petakilan, keren juga" puji Rere sambil memandang wajah Nada.

"Astagfirullah, Rere sadar, ngomong apasih, keren? Hiih" ucapnya pada dirinya sendiri lalu berjalan meninggalkan Nada sendiri.

Nada tersenyum.

      
***

forgotten thoughtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang