"Tolong!"
"Tolong!"
Dia pasrah tubuhnya mulai lemas, air sudah terlalu banyak masuk ke dalam mulutnya. Bayangan yang tak dia ketahui mulai bermunculan. Terdengar suara anak kecil memanggil namanya dengan kekhawatiran. "Rere jangan di situ, nanti jatuh!" ujar anak itu khawatir. Dia meremas jari-jemarinya sambil terus meneriaki gadis kecil yang tengah bermain di pinggir danau dengan sebuah kapal kertas. Gadis itu tertawa. "Iya, iya, Rere cuman mau ngapungin kapalnya, kok" jawabnya, gadis itu mengapungkan kapal kertasnya lalu berdiri hendak kembali bersama anak laki-laki itu. Tiba-tiba, tumpuan kakinya tak seimbang tubuhnya jatuh ke dalam danau. "Rere!!!".
"Neza, tolong!"
"tolong."
"Neza."
"Neza."
Asya menepuk pipi Rere berulangkali dengan keras, berharap temannya segera sadar. Tak lama kemudian Rere mendapatkan kesadarannya kembali, air keluar dari mulutnya.
"uhk,uhk,uhk" sambil menupuk dadanya yang terasa sesak.
"Rere, kamu baik-baik aja kan?" Tanya Asya khawatir.
Rere hanya mengangguk. "Aku pengen pulang" ujar Rere lemah. Asya mengangguk lalu segera membopong badan Rere. Membantunya untuk berdiri dan berjalan. "Makasih, ya Nez" ucap Asya pada Neza.
***
Suasana pesta kembali seperti semula. Semua tamu undangan kembali menikmati pestanya. Sika dan teman-temannya menghampiri Neza yang masih berdiri di tepi kolam dengan keadaan basah kuyub. "Hebat banget sih, temen gue" puji Sika. "iya nih, kaya pahlawan kesiangan" saut salah satu temannya. Neza menatap mereka dengan manis. "kalian mau muji aku atau mau menghina?" Tanya Neza santai. "muji dong, temen aku kan emang hebat" ucap Sika sambil meyenggol pundak neza.
"ihhh" Neza mengacak rambut Sika gemas.
"aduh, rusak nanti rambut ku."
"hehehe."
"Mending kamu ganti baju deh Nez, nanti sakit" ujar Sika. "biar aku suruh bi Sri cari buat kamu."
"oke."
Nada tersenyum . Melihat keheroitan kakaknya yang membuatnnya malah merasa muak. Dia memutar bola matanya, menatap Neza dengan tatapan sinis. "Dasar caper! Dimana aja selalu nyari perhatian orang, cih". Nada meletakkan minumannya, merapikan bajunya dan berjalan pergi meninggalkan pesta. Langkahnya tertahan, melihat sebuah gelang dengan gantungan N tergeletak di dekat tepi kolam tempat kejadian tapi. Nada mengambilnya, melihatnya dengan seksama lalu mengantongi gelang tersebut. Lalu meninggalkan pesta dan kakaknya.
Neza keluar dari rumah Sika setelah mengganti bajunya. Kemudian mencari sosok adiknya yang tak dia temukan. "Den, tahu Nada ada dimana enggak?" Tanya Neza. Deni menggeleng "enggak Nez, coba Tanya Anies. Dia tadi bareng Nada". Neza menepuk pundak deni sembari berkata "makasih, Den".
"Nies, Nada mana?"
"Hmm, udah palung Nez". Neza mengangkat satu alisnya. "Gue pikir tadi lo juga bareng sama dia".
"anjir, dasar adek laknat. Gue di tinggalin" ujar Neza kesal. "Nies, gue nebeng ya?" pinta Neza.
"oke, tenang aja"
"awas,lo Nad" ujarnya dalam hati.
***
Rere hanya terdiam, selama di mobil tak sedikitpun dia berbicara. Pandangannya lurus menatap keluar. Angin malam masuk melalui jendela yang sengaja dia buka, menerpa wajah dan rambut basahnya. Asya yang mengendarai mobil, sesekali menatap kea rah sahabatnya itu. "Re, kamu enggak apa-apakan? Apa perlu ke dokter dulu?" Tanya Asya. Tak ada jawaban dari Rere. Dia hanya diam dengan wajah yang sedang gusar. "Tadi itu apa? Ingatan tentang apa? Apa?" ucapnya dalam hati. Rere memijit keningnya, pikirannya sangat kacau sekarang. "Re!" panggil Asya lebih keras sambil menepuk pundaknya. "eh, iya? Kenapa?".
"enggak apa-apakan? Apa kita ke dokter dulu?".
"enggak usah Sya,aku baik-baik aja. Aku cuman pengen cepet sampai rumah". Asya mengangguk.
Rere menutup jendala mobil karena mulai terasa dingin. Tangannya mulai meremas menghilangkan hawa dingin yang ada di tangannya. Rere melihat pergelangan tangannya. Ekspresi wajahnya mulai berubah. Dia mulai melihat seisi mobil. Membuat Asya juga merasa kebingungan. Asya menghentikan mobilnya tiba-tiba. DUK!. Kening Rere terpentok dashbor mobil. "Asya, sakit tahu" ringisnya.
"Ya, salah kamu. Ngapain kaya gitu, bukannya duduk diem" ujar Asya.
Rere memutar bola matanya, wajahnya mulai kesal. "Gelang ku hilang!" ujarnya.
"Gelang yang mana?"
"itu, gelang yang slalu aku pake, gelang yang ada huruf N-nya".
***
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten thoughts
Novela JuvenilCover cantik by bee graphic kami saling memandang. lima menit kami beradu mata tanpa sepatah kata yang terucap. saat itu aku ingin bilang padamu bahwa aku ingin bertahan. tapi semua aku tidak bisa dan hanya kata maaf yang bisa ku ucap. "Kenapa tak...