Dokyeom menatap ponselnya sambil tersenyum. Menyenangkan rasanya menggoda Miyeon. Dokyeom tidak pernah seperti ini sebelumnya. Menggoda seorang wanita bukanlah kesukaannya.
Dokyeom lebih senang mengajak mereka langsung secara terang-terangan ke suatu tempat untuk berkencan, daripada melihat wajah mereka bersungut-sungut kesal padanya. Tetapi saat ini, Dokyeom senang melihat Miyeon merasa kesal padanya.
Dokyeom melakukannya karena ia tidak ingin melihat tatapan terluka Miyeon padanya. Ia benar-benar merasa tidak nyaman saat melihatnya. Dokyeom merasa bahwa ia seperti telah melakukan sebuah kesalahan di masa lalu hingga membuat Miyeon menatapnya seperti itu.
Karena itu lah sebabnya melihat wajah kesal dan marah Miyeon lebih baik menurut Dokyeom. Lagipula wanita itu terlihat lebih cantik jika ia sedang kesal padanya. Membayangkannya membuat Dokyeom kembali tersenyum.
Dokyeom memasukkan ponselnya ke dalam saku dan berjalan menuju ke meja sekretarisnya. Ia berharap tidak ada pertemuan penting hari ini. Karena Dokyeom sedang ingin bersantai.
“Bagaimana dengan jadwalku hari ini?” Tanya Dokyeom.
“Hari ini tidak ada pertemuan penting, Direktur.” Jawab sekretarisnya. Dokyeom bernapas lega.
“Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu.” Ucap Dokyeom.
“Presdir menitipkan pesan kepada Anda, Direktur. Ini tentang ulang tahunmu pada hari Minggu nanti.”
Dokyeom mengerang.
“Presdir meminta Anda untuk menentukan pesta seperti apa yang Anda inginkan.”
Dokyeom bukanlah seorang remaja yang harus merayakan hari ulang tahun. Tetapi ayahnya selalu memaksanya untuk mengadakan pesta setiap tahunnya. Dan jika Dokyeom menolak, makan Lee Dohwan akan menentukan sendiri pesta seperti apa yang akan diadakannya.
Karena hal itu, setiap tahunnya Dokyeom harus memikirkan jenis pesta seperti apa yang disukainya. Dokyeom hanya akan berada di pesta itu selama dua jam sebelum akhirnya ia meninggalkan tempat pesta. Membiarkan para tamu undangan menghabiskan malam mereka tanpa kehadirannya.
“Aku akan memikirkannya nanti.” Ujar Dokyeom dan langsung masuk ke dalam ruangannya.
——
Miyeon tidak bisa melepaskan tatapannya dari sebuah pesan yang dikirimkan Dokyeom. Walaupun Miyeon tidak mengenal nomornya, tetapi ia yakin bahwa itu memang pesan dari Dokyeom. Isi pesan itulah yang membuat Miyeon merasa yakin.
Tetapi setelah mengetahui bahwa Dokyeom benar-benar berpacaran dengan Jiho, Miyeon merasa tidak tenang. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Miyeon berharap bahwa Dokyeom hanya bercanda. Hanya saja semua keraguan Miyeon selama ini terbukti bahwa mereka memang berkencan.
Miyeon menghela napas panjang. Apakah lebih baik jika ia meminta Vernon untuk mendekati Jiho? Sepertinya Jiho tertarik pada Vernon. Tetapi bagaimana jika akhirnya Jiho benar-benar menyukai Vernon, sedangkan Vernon tidak menyukainya?
Miyeon menggeleng. Ia tidak bisa melakukannya. Itu terlalu kejam untuk Jiho. Lagipula Jiho selalu bersikap baik padanya. Miyeon tidak mungkin menyakitinya.
Namun nampaknya Dokyeom tidak memiliki pemikiran seperti Miyeon. Pria itu seperti tidak memiliki hati dan menduakan Jiho dengan bersikap seolah ia tertarik padanya. Seharusnya Miyeon mencegah Dokyeom melakukan itu. Tetapi Miyeon merasa hanya ini satu-satunya untuk menjalin hubungan dengan Dokyeom.
Pada akhirnya Miyeon dan Dokyeom akan sama-sama menyakiti Jiho. Miyeon kembali menghela napas. Seharusnya ia tahu bahwa rencana balas dendam ini tidak hanya akan melibatkan keluarga Dokyeom. Tetapi Miyeon tidak bisa mundur lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/224693233-288-k607766.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hurt, and Revenge [✔]
RomanceCho Miyeon berusaha dengan keras agar dapat diterima bekerja di Diamond Group. Mulai dari belajar dengan bersungguh-sungguh dari sekolah menengah hingga menerima predikat cumlaude di salah satu Universitas ternama di Korea. Semua itu Miyeon lakukan...