Chapter 8

401 26 1
                                    

Sebenci apapun Miyeon pada Dohwan, Miyeon tetap tidak bisa menyembunyikan rasa takut dan gugupnya karena tertangkap basah telah memasuki ruangan pria itu tanpa izin. Bahkan keringat dingin tampak mengalir di pelipisnya.

Belum lagi tatapan mematikan yang diberikan Dohwan padanya. Dokyeom pernah menatapnya dengan tajam juga seperti itu. Tetapi tatapan Dokyeom dan Dohwan sangat berbeda. Tatapan Dohwan terlihat sangat kejam.

“Aku tanya, apa yang kau lakukan di ruanganku?!” Ulang Dohwan

“A–aku–“

Tunggu. Kenapa Dohwan lebih penasaran tentang apa yang Miyeon lakukan di sana daripada mengetahui siapa Miyeon sebenarnya? Bukankah Dohwan tidak mengenalnya? Ataukah..

“Seorang pencuri?” Tuduh Dohwan membuat kedua mata Miyeon melebar.

“Sepertinya penjagaan di rumahku begitu buruk hingga seorang pencuri bisa masuk ke sini.” Hardik Dohwan.

Miyeon tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya. Dohwan–lah yang seorang pencuri. Dialah yang sudah mengambil semua milik Miyeon. Bahkan dia juga yang mengambil nyawa orang tua Miyeon.

“Kau–“

“Miyeon-ah!” Dokyeom tiba-tiba sudah berdiri di belakang Dohwan dan tampak terkejut saat melihat Miyeon berada di dalam ruang kerja ayahnya.

Dokyeom berjalan melewati Dohwan dan menghampiri Miyeon. Ia merasa khawatir karena wanita itu terlalu lama meninggalkannya.

“Kenapa kau berada di sini?” Tanya Dokyeom. Miyeon menatap Dokyeom dengan gugup.

“A–aku..” Miyeon memutar otaknya untuk menjawab pertanyaan Dokyeom. Tatapan tajam Dohwan membuatnya tidak bisa berpikir.

“Kau pasti tidak bisa menemukan toiletnya. Benar, kan?” Tebak Dokyeom. Miyeon menatap Dokyeom penuh rasa syukur. Pria itu memberikan jawaban padanya agar ia bisa menggunakannya sebagai alasan.

“Y–ya.” Ucap Miyeon dengan suara serak.

“Seharusnya tadi aku mengantarmu.” Gumam Dokyeom.

Dokyeom tersenyum dan menggenggam tangan Miyeon. Kemudian mengajak wanita itu untuk mendekat pada Dohwan. Merasakan Dokyeom di sampingnya, Miyeon tampak lebih berani. Ia bahkan tidak takut untuk membalas tatapan Dohwan.

“Appa, dia–“

“Aku tahu. Dia wanita miskin yang kau kencani.” Sela Dohwan.

“Appa!”

“Yang aku tidak mengerti adalah kenapa kau mengajaknya ke rumah ini?” Tanya Dohwan menatap Dokyeom dengan tajam. Dokyeom membalas tatapan tajam itu.

“Karena aku ingin mengenalkannya padamu dan eomma.” Jawab Dokyeom. Dohwan tersenyum sinis.

“Aku tidak pernah ingin mengenalnya.” Sahut Dohwan.

“Sebanyak apapun kau membawa wanita ke rumah ini, aku akan tetap menjodohkanmu dengan wanita pilihanku, Lee Dokyeom.” Kata Dohwan.

“Aku tidak mau menikah dengan wanita pilihanmu.” Tukas Dokyeom mengeratkan genggaman tangannya pada Miyeon.

“Lalu kau pikir aku akan setuju saat kau menikah dengan wanita ini?” Dohwan menunjuk Miyeon.

“Wanita yang hanya menginginkan hartamu!” Tuduh Dohwan.

“Berapa lama kau mengenalnya, Lee Dokyeom? Bagaimana bisa kau begitu mempercayainya? Bagaimana jika dia mendekatimu karena maksud tertentu?” Ujar Dohwan.

“Aku mengenalnya! Aku tahu seperti apa dia!” Kata Dokyeom dengan yakin.

“Benarkah? Dan kau yakin jika dia mencintaimu?” Dohwan melayangkan tatapan merendahkan pada Dokyeom.

Love, Hurt, and Revenge [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang