Miyeon menatap waspada saat mendengar pintu terbuka. Berharap bahwa yang datang bukanlah Dohwan. Ia sangat membenci pria itu. Melihat wajahnya saja Miyeon tidak mau. Mengingat bahwa pria itu sudah menemuinya tadi, Miyeon harap saat ini hanya orang-orang suruhannya saja yang hendak memeriksa keadaannya.
Ruangan ini kekurangan penerangan. Hanya sebuah api unggun kecil di tengah-tengah ruangan. Tetapi Miyeon dapat melihat jika ada seseorang yang sedang dibopong. Miyeon memicingkan matanya untuk melihat siapa orang itu.
Mereka mendudukkan seseorang yang pingsan itu di kursi yang berada di depan Miyeon. Miyeon hanya bisa menebak orang itu adalah seorang pria. Kepalanya terkulai ke bawah karena tidak sadarkan diri.
Saat salah satu dari mereka menjambak rambut pria itu hingga kepalanya mendongak, Miyeon terkesiap. Pria itu adalah Dokyeom. Miyeon dapat melihatnya dengan jelas walaupun pencahayaan di sana sangat kurang.
Bagaimana bisa Dokyeom berada di sini? Apakah Dokyeom ingin menyelamatkannya? Miyeon menggeleng. Dokyeom sangat membencinya. Tidak mungkin pria itu hendak menyelamatkannya.
Dan kenapa Dokyeom tidak sadarkan diri?
“A–apa yang terjadi padanya?” Miyeon tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.
“Kau mengenalnya?” Tanya salah satu dari mereka.
“Tidak.” Jawab Miyeon langsung. Ia tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan jika mengetahui Miyeon mengenal Dokyeom.
“Kalau begitu jangan banyak bertanya dan jangan ikut campur. Urus dirimu sendiri.” Ucap pria itu.
Setelah mengikat Dokyeom sama seperti mereka mengikat Miyeon, mereka segera berkumpul di sudut ruangan. Mereka melakukan aktivitas mereka di sana. Mengobrol, tertawa, merokok serta meminum minuman keras.
Miyeon mencoba menelisik seluruh tubuh Dokyeom. Mencari luka yang mungkin saja berada di sana. Tetapi Miyeon tidak menemukan apapun selain pakaiannya yang sedikit kotor. Lalu kenapa Dokyeom bisa pingsan?
Dohwan memiliki alasan untuk menculik Miyeon. Tetapi Dohwan tidak memiliki alasan untuk menculik anaknya sendiri. Anak buah Dohwan juga memperlakukan Dokyeom dengan kasar. Apakah mereka tidak mengetahui siapa Dokyeom?
Dengan gerakan perlahan, Miyeon mengulurkan kakinya untuk menyenggol kaki Dokyeom. Ia mencoba untuk membangunkan pria itu. Namun tidak ada hasil yang didapatkan oleh Miyeon.
Miyeon menghentikan gerakannya saat salah satu anak buah Dohwan memandang ke arahnya. Ia segera mengalihkan pandangannya ke mana pun asal tidak kepada Dokyeom. Ia tidak mau mereka curiga.
Setelah memastikan anak buah Dohwan telah mengalihkan pandangannya, Miyeon kembali mencoba membangunkan Dokyeom. Namun Dokyeom tetap tidak sadarkan diri. Membuat Miyeon merasa frustasi.
Miyeon harus bisa membuat Dokyeom pergi dari sini. Ia tidak ingin Dokyeom bertemu dengan Dohwan. Miyeon tidak bisa membayangkan kehancuran Dokyeom untuk kedua kalinya jika tahu Dohwan telah menculiknya.
Dan sekarang Miyeon tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu hingga Dokyeom sadar.
——
“Dad, please, katakan padaku di mana tempat itu!” Pinta Vernon untuk ke sekian kalinya.
“Kau berjanji padaku untuk menunggu, Vernon.”
“Shit! Dua puluh empat jam itu sangat lama, dad. Dan apapun bisa terjadi. Aku tidak bisa menunggu.”
“Dan aku tidak bisa memberitahumu di mana tempat itu.” Sahut Jaeseok.
![](https://img.wattpad.com/cover/224693233-288-k607766.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Hurt, and Revenge [✔]
Roman d'amourCho Miyeon berusaha dengan keras agar dapat diterima bekerja di Diamond Group. Mulai dari belajar dengan bersungguh-sungguh dari sekolah menengah hingga menerima predikat cumlaude di salah satu Universitas ternama di Korea. Semua itu Miyeon lakukan...