Aku kuat kok

18 5 0
                                    

Dibalik pintu kamar Elza, ia mendengarkan semua percakapan ibunya dengan sang dokter. Matanya mulai berkaca-kaca. Kepalanya ia senderkan ke pintu sambil berjongkok, kemudian ia menengok sedikit kekanan dan tatapannya tepat di sebuah kaca besar yang memperlihatkan kondisinya sekarang, miris itulah gambaran dirinya saat ini. Ia sedikit prihatin dengan kondisinya. Namun dalam hati ia tak peduli, ia tak perlu psikolog, ia tak perlu dokter. Yang ia mau sekarang adalah semuanya kembali seperti dulu lagi. Yang ia mau hanyalah tertawa tanpa ada kepalsuan. Tak bisa menahan sesak di hatinya ia pun kembali menangis.

Suara ketukan pintu terdengar oleh Elza, ia tau siapa yang mengetuknya. Dengan cepat ia menghapus air matanya,memperbaiki penampilannya dan segera naik ke tempat tidurnya. Tak lupa ia menyelimuti tubuhnya sendiri agar ibunya tidak curiga dengannya.

Toktoktok...  tak lama pintu kamarnya dibuka oleh Sarah sambil membawakan sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu untuknya.

Elza yang membelakangi ibunya pura-pura tidur.

"Elza sayang bangun nak" Ucap Sarah sembari meletakkan nampan diatas meja. Tangannya menyentuh pundak Elza.

Elza yang sudah tau itu tak lekas bangun, dan dia masih berpura-pura tidur.

Beberapa kali Sarah memanggil namanya dan menggoyangkan tubuh anak itu pelan.

Akhirnya Elza menggeliat dan bangun dari sandiwara tidurnya.

"Enggg... Ada apa ibu?" Tanyanya padahal ia sudah tau tujuan Sarah membangunkan dirinya untuk makan.

"Ayo nak makan, habis itu minum obat dan istirahat lagi. Dari sepulang sekolah kamu belum makan hmmm.. Makanya kamu lemes gitu nak" Ucap Sarah

"Siapa yang lemes ibu? Nihh Elza kuat lagi. Tuhhh kann" Jawabnya seraya berdiri di atas tempat tidur kemudian melakukan gerakan-gerakan aneh.

Sarah yang melihat itu hanya menggelengkan kepala. Melihat Elza yang seperti itu mengingatkannya pada tingkah kekonyolan suaminya. Sayangnya itu hanyalah sebuah kenangan baginya saat ini.

"Hmmm ini anak, udah sini duduk jangan banyak gerak dulu. Tadi dokter bilang kamu harus banyak istirahat, karena badanmu tadi drop" Perintah Sarah.

"Buu.. Aku tidak apa-apa. Elza hanya kecapekan sedikit." Sanggahnya dan merebahkan dirinya ditempat tidur.

"Tapi kenapa Elza menyakiti diri? Itu tangan kenapa di lukai nak?" Tanya Sarah dengan nada melemah.

"Ohhhhh.. Emmm ini ya bu. Tadi Elza nonton drama. Elza kasihan sama anak di cerita itu. Dia mengidap penyakit mental sejak kecil bu, trus dia melukai tangannya dengan pisau. Elza jadi ikutan terenyuh, abisnya itu anak sama kaya Elza ditinggal ayahnya. Ehhh gtu Elza nggak sadar ibu." Jawabnya berbohong dan menundukkan kepalanya.

"Kita tidak ditinggalkan nak. Sesuatu yang seharusnya memang menjadi milik kita pasti akan kembali kepada kita." Ucap Sarah menenangkan dan memeluk Elza.

"Dan kamu tidak boleh hanya karena menonton film kamu jadi ikutan, apalagi ikut yang nggk baik seperti itu. Nanti ibu sita laptopnya emg mau?." Sarah pura-pura mengancam putrinya.

"Ih ya gamau lah, nanti aku gaisa nonton oppa-oppaku gimana dong?." Jawab Elza memanyunkan bibirnya.

"Bukan urusan ibu, wleeee..." Sarah menjulurkan lidah mengejek Elza.

"Hmmm gitu ya ibu sekarang."

"Hehehe." Sarah terkekeh.

"Yasudah, sekarang makan dan minum obat oke?."

"Oke siap ibuku cantik!!!" Elza mengacungkan kedua jempolnya.

"Ohiya susunya diminum nanti setelah satu jam minum obat, abis itu istirahat. Jangan main HP." Sarah mengingatkan.

You Are My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang