1 semester hampir habis. Itu artinya perpisahan semakin dekat. Selama ini briant menyembunyikan rencana kepindahannya. Ia tak mau melihat seila sedih.
"Adas aku suka mata cokelat kamu jadi pengen gigit" celetuk seila sambil terus menatap matanya.
"Kok digigit sih?" Jelas briant jengkel.
"Habisnya manis sih" jujur seila dengan polosnya.
"Kamu juga ngegemesin kaya squishi bawaannya pengen nyubit pipi kamu yang tembem kek bakpao" balas briant sembari memperagakannya. Sedangkan sang empu meringis kesakitan.
Kini wajah seila merah padam karena kesal. Dan yang selalu briant lakukan saat seperti ini adalah dengan memberi simpanannya.
Tangannya merogoh kesaku celana belakangnya. Setiap hari briant pasti membawanya.
Satu permen cokelat yang dibungkus dengan alumunium foil dan bentuknya yang seperti koin besar membuat mata seila kembali berbinar.
Ia bagai terhipnotis oleh benda cokelat nan manis itu. Itu membuatnya luluh kembali dan memaafkan briant.
Jika sudah senyum seperti ini briant menjadi senang. Ia tak ingin seila terluka. Walau tergores seinci sekalipun.
Sebelum revan pindah. Briantlah penyelamat dari korban bullyan dari anak badung itu. Hingga tak terasa briant sudah hendak melucuti seragam merahnya menjadi biru.
Itu artinya mereka kan berpisah. Dan sialnya ini adalah hari terakhirnya bersama seila.
Ia tau besok lusa ia sudah tak ada lagi ditanah itu bersama dengan seila. Tapi seila belum tau tentang rencana kepergiannya. Briant belum sanggup mengucapkan sayonara kepadanya.
"Adas! Hujan turun!" Riang seila ketika merasakan rintik hujan yang mengenai hidung dan telapak tangannya.
Briant mendongak keatas. Senyumnya muncul. Keduanya menoleh seolah mereka tengah berpikiran sama tentang hujan turun.
Hujan semakin deras. Dan mulailah pesta bagi mereka berdua. Hujan hujanan seperti ini adalah hobi mereka berdua.
Meskipun briant mempunyai kenangan buruk tentang hujan. Itu tidak menghalanginya untuk tetus membuat seila senyum ceria seperti sekarang.
Karena buktinya hujan juga yang memberinya kebahagiaan.
Dan akan merebutnya lagi...
"Sayang! Main ujan ujanannya jangan kelamaan ya!" Riska memperingatkannya.
"Iya bu.." balas seila.
"Sei, seandainya hujan yang jadi alasan kepergian orang yang kamu sayang kamu mau berhenti hujan hujanan?" Tanya briant.
"Aku akan tetep main hujan hujanan" jawab seila mantap.
Briant tersenyum. " kenapa kan hujan yang udah bikin pergi?" Briant kembali bertanya.
"Kata ibu hujan aja ikhlas jatuh, tapi dia tetep rela tuh demi mahkluk yang ada dibumi. Ya.. kesannya angkasa sombong karena punya cuaca lainnya yang lebih indah dari hujan."
Briant duduk diatas rerumputan halaman rumah seila. Dan seilapun mengikutinya, duduk disamping nya.
"Ya.. jadi kita harus rela juga kalo ada yang pergi meski berat hati." Lanjut seila.
" kalo aku pergi sekarang dan ga pernah kembali?" Tanya briant ragu.
"Adas mau pergi? Kemana?" Seila balik tanya.
"Kamu pernah kehilangan pas hujan?" Segera briant membelokkan topik pembicaraan.
Seila mengangguk. "Dulu aku lagi ujan ujanan. Terus aku kepeleset. Aku nangis karena lututku berdarah. Eyang datang tapi sayang malah kepeleset juga. Terus eyang dibawa kerumah sakit." Jeda seila, kepalanya menunuduk sedih. Tapi sayang eyang serangan jantung" lanjut seila.

YOU ARE READING
payung teduh
Roman pour AdolescentsSebuah kisah seorang gadis yang menemukan pelindung sejatinya.namun sebelum itu ia harus berjuang untuk mencarinya.perpisahan perpisahan pahit harus iaterjang.badai penderitaan terus menghantamnya.hingga akhirnya ia merasakan jatuh bangun dan arti d...