MDL 28

7.6K 127 4
                                    

Rery Clayton's POV

"Secantik apapun aurora, takkan mungkin menandingi kecantikan wajahmu di mataku," - Rery Clayton

Robert mendatangiku di Claytons Company. Dalam masa dua bulan ini, tidak ada hal lain yang dibincangkan oleh keluargaku selain memintaku agar menceraikan Beatarissa.

"Kau tergamak lihat mum bersedih?" Robert memukul meja di hadapanku setelah pujukannya agar aku menceraikan Beatarissa aku tolak mentah-mentah.

"Aku tidak suka melihat mum  bersedih. Tetapi aku juga tidak sanggup menceraikan Beatarissa. Aku mencintai isteriku."

"Apa kurangnya Alana?" tanya Robert.

"Dia tak kurang apa-apa. Cukup sempurna. Cuma aku tidak mencintainya," jawabku. Bagiku mencintai seseorang bukan hanya kerana kesempurnaan. Aku tidak sempurna. Beatarissa juga tidak sempurna. Tetapi tika kami bersama, kami menjadi sempurna kerana saling melengkapi.

" Aku mohon sekali lagi, Clay. Ceraikan Beatarissa dan menikahlah dengan Alana," katanya sambil menolak daun pintu.

"Tidak. Jangan mimpi aku akan menceraikan isteriku. Kalau mum ingin sangat bermenantukan Alana, aku cadangkan kau saja yang menikah dengannya," laju sahaja kata-kata itu meluncur dari mulutku hingga membuat Robert bertambah marah. Dia kembali mendekatiku dan menghadiahkan satu pukulan ke pipiku.

" Kurang ajar! Kau menikahi wanita yang tidak setaraf dengan kita, menjadikan dirimu akhirnya berada pada taraf yang sangat rendah," katanya dengan marah.

"Jangan menghina isteriku. Dia pikihanku. Aku yang akan hidup dengannya. Jadi, semua orang tidak berhak untuk menghina pilihanku. Sekarang, kau keluar, Robert!" aku membuka pintu untuknya.

Jika dia bukan abangku, aku pasti sudah memukulnya dengan tanganku. Penghinaannya pada isteriku sudah melampaui batas. Apa sangat yang ada pada darjat seseorang? Sekuat mana darjah dapat menjamin kebahagiaan sesebuah perkahwinan?

Aku memicit dahiku. Dalam beberapa bulan ini, terlalu banyak hal yang mengganggu fikiranku. Pernikahanku dengan Beatarissa terlalu banyak tentangan. Keluarga Beatarissa membenciku dan menghinaku. Kini, keluargaku juga tidak menyukai Beatarissa, menghinanya dan memintaku menceraikannya.

💕💕💕

Aku pulang agak lewat. Tika aku masuk ke bilik tidur kami, Beatarissa sudah terlelap.

Aku menarik kerusi di tepi meja solek Beatarissa. Ku bawa kerusi itu ke tepi katil. Di situ aku duduk, menatap lama pada wajah Beatarissa. Wajah itu terlihat sedikit tirus. Pipinya yang dulu berisi kini agak cekung.

Aku mengelus pipinya dengan ibu jariku. Sentuhanku membuat tidur Beatarissa terganggu. Beatarissa mengeliat dan membuka matanya.

"Kamu sudah pulang, Clay?" dia bertanya dengan suara lembutnya.

"Hmmm...," pandanganku beralih pada perutnya. Ada dua bayiku di dalam sana, yang saat ini menumpang nyawa pada Beatarissa. Bagaimana aku sanggup menceraikannya? Bagaimana aku sanggup kehilangan mereka?

"Pipimu lebam, Clay?" Beatarissa mendudukkan tubuhnya. Tangannya menyentuh pipiku. Matanya menatapku meminta penjelasan.

"Cuma terhantuk pada dinding, Be. Tadi aku pening...," namun Beatarissa segera meletakkan satu jarinya pada bibirku.

"Jangan mereka cerita, Clay. Aku tahu. Pasti  kerana aku, kan? " raut wajah Beatarissa berubah serta-merta.

"Tidak, sayang. Bukan kerana kamu," aku memujuknya. Aku tidak suka melihatnya menangis. Aku sudah merasa sangat bersalah kerana menyeretnya ke dalam masalah yang begitu berat.

"Aku tidak mahu situasi ini berlarutan, Clay. Jika keluargamu memintamu menikahi Alana, ikut sahaja kemahuan mereka," Beatarissa terisak. Aku menyeka air matanya.

"Izinkan aku pulang, Clay. Soal bayi ini, kamu boleh mengunjungi mereka bila-bila masa kamu mahu. Lagipun, nanti kamu akan memiliki anak lagi dengan Alana," Beatarissa memalingkan wajahnya. Dia enggan menatapku setiap kali dia meminta aku melepaskannya.

"Aku tidak ingin memiliki anak dengan wanita lain, Be. Berapa kali lagi harus aku katakan, aku hanya akan menikah sekali seumur hidupku. Aku hanya mencintaimu, Be. Aku hanya mahu kamu yang menjadi ibu anak-anakku," aku naik ke atas katil dan berbaring di sebelahnya. Aku merangkulnya erat meski beberapa kali dia meronta ingin melepaskan diri dari pelukanku.

💕💕💕

Aku mendekati Beatarissa yang sedang membaca sebuah novel karya Jane Archer. Memang sikapnya agak berbeza beberapa hari ini. Beatarissa lebih banyak diam dan menghabiskan waktunya dengan membaca novel-novel yang ada di dalam bilik bacaan di rumahku.

"Be..."

"Hmm.."

Aku mencium lehernya yang terdedah dan meninggalkan dua tanda di situ.

"Kemaskan pakaianmu. Tidak perlu banyak, memadai untuk digunakan selama tiga hari."

"Kita mahu ke mana, Clay?"

"Rahsia. Tapi yang pasti aku  mahu memberikan suasana  hujung minggu yang berbeza untukmu " kataku.

Aku memandu ke arah desa wisata yang terletak di Ontario. Beatarissa yang duduk di sebelahku kelihatan memuncungkan mulutnya kerana sedari tadi aku tidak mahu mengatakan ke mana arah tujuan kami.

" Kita akan bermalam di sini? "

" Hmm.., " aku membuka pintu kabin kayu milik keluargaku dan melangkah masuk. Di belakangku,  Beatarissa masih terlihat ragu untuk melangkah masuk.

"Kita balik saja, Clay. Aku takut," katanya.

"Takut? Kenapa? Ada empat kabin lain di sini, Be. Semuanya milik keluarga kita," kataku.

"Aku takut, Clay. Dalam filem-filem yang aku tonton...," aku tidak membiarkan Beatarissa melanjutkan kata-katanya.

"Itu cuma cerita, Be," aku menuntunnya masuk.

" Aku tak tahu kenapa kamu membawaku ke sini, Clay," ada nada kesal dalam suaranya.

" Aku mahu mengajakmu memburu Aurora Borealis, Be," kataku.

"Aurora? Kita dapat melihat aurora di sini, Clay?" kali ini baru wajahnya kelihatan berseri-seri.

"Kalau nasib kita baik, kita dapat melihatnya malam nanti, Be. Kalau tidak, kita akan menunggu malam esok dan malam seterusnya," aku menjelaskan.

"Owh..." Beatarissa baru ingin melangkah masuk ke bilik saat aku menarik tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

"Sementara menunggu aurora, aku mahukan hadiahku, Be," ke dua tanganku sudah menangkup little pumpkins dan membelainya. Sudah tiga hari dia muram dan enggan ku ajak make love.

Beatarissa memutar tubuhnya hingga kini kami saling berhadapan.

" No, Clay. Aurora first and then we'll make love, " Beatarissa senyum. Syaratnya menyiksaku, tetapi tidak mengapa. Aku berhasil membuatnya senyum kembali.

💕💕💕

Kami duduk di tepi danau. Memandang ke sisi langit. Kebetulan sekarang bulan Disember, di mana siangnya lebih pendek berbanding malam menjadikan malam kelihatan lebih pekat.

"Nothern Lights in Canada," aku mendengar Beatarissa bersuara kagum.

"Sangat cantik, Clay," katanya dengan mulut ternganga.

"Cantik, sayang. Jadi hadiahku nanti harus lebih istimewa," aku menggodanya. Beatarissa tersipu malu.

Langit Ontario kelihatan berwarna-warni. Beatarissa menatap kagum pada langit aurora, sedangkan aku menatap kagum pada wajah Beatarissa. Bagiku, secantik apapun aurora, Beatarissaku pasti lebih cantik lagi.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc....

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now