MDL 39

8.7K 146 14
                                    

"To love you is to make you happy," - Rery Clayton

Tidak sedar sudah lebih setahun aku menyandang gelaran sebagai isteri Rery Clayton. Usia Samuel dan Stefan kini sudah menginjak sembilan bulan. Keduanya sudah pandai merangkak dan sudah boleh menyebut mummy, daddy.

Lihatlah, mata mereka benar-benar biru

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lihatlah, mata mereka benar-benar biru. Kulit putih melepak. Mereka sangat tampan. Mirip sekali dengan rupa Rery. Dalam masa dua puluh tahun lagi aku pasti akan ramai mata yang melirik ketampanan mereka.

" Sudah siap, sayang?" Rery berdiri di belakangku. Tangannya memeluk perutku.

"Sudah," jawabku. Mataku masih tidak dapat ku alihkan dari menatap Samuel dan Stefan. Rasa berat untuk meninggalkan mereka meski hanya sekejap.

" Mari, sayang," Rery melepaskan pelukannya dan menarik tanganku. Hari ini aku dan Rery akan pergi menonton wayang. Kononnya untuk mengganti program menonton wayang yang tertunda sembilan bulan lalu kerana persalinanku. Aku tidak kisah, tetapi Rery beria-ia.

"Aku berat hati untuk meninggalkan mereka, Clay," aku belum pernah sekalipun berjauhan dengan Samuel dan Stefan sejak mereka dilahirkan.

"Kita tak lama, sayang. Lagipun ada papa dan mama yang menjaga mereka," Rery memujukku. Tidak dinafikan, papa dan mama memang sangat menyayangi Samuel dan Stefan. Mana tidaknya, Samuel dan Stefan merupakan cucu pertama mereka.

💕💕💕

Aku dan Rery menonton cerita The Huose With A Clock In It's Wall. Aku sebenarnya tidak berminat dengan cerita Fantasi begini. Ku kira Rery juga begitu. Aku tahu tujuan Rery hanya ingin berduaan denganku. Sejak ada Samuel dan Stefan, waktu untuk berduaan juga terhad.

Kami berdua duduk dengan sangat rapat. Mirip seperti anak remaja yang baru jatuh cinta. Padahal Rery sudah tiga puluh dan aku pula sudah masuk dua puluh tiga tahun. Rery sengaja memilih tempat duduk di barisan belakang sekali. Keadaan gelap dan kami duduk jauh dari pengunjung lain. Jadi, Rery beberapa kali mengambil kesempatan untuk memberikan ciuman ringkas di bibirku.

" Habis menonton nanti, kita check in di hotel, ya," bisiknya perlahan. Tangannya membawa tanganku menuju ke celah pahanya. Ada sesuatu yang membengkak di sana.

"Sudah sembilan bulan aku berpuasa, Be. Kamu tidak kasihan padaku?" nafasnya menyapu pipiku.

Aku mendadak rasa bersalah. Sudah sembilan bulan sejak aku melahirkan si kembar. Luka ku sudah sembuh. Seharusnya aku sudah boleh melayani Rery. Tapi hingga ke hari ini aku sering menolak setiap kali dia meminta.

Bukan aku tidak tahu tanggungjawabku sebagai seorang isteri. Bukan juga aku tidak ingat apa rasanya ' bercinta'. Namun, hasil dari 'bercinta' itu yang membuatku takut. 'Bercinta' memang nikmat, tetapi melahirkan itu sangat sakit.

Aku belum lupa rasa sakitnya. Betapa nyeri mengingat ' si cantik' di bawah sana koyak dan terpaksa menerima lima jahitan. Sampai ke hari ini aku tidak berani untuk melihat keadaannya. Pasti rupanya hodoh. Kalau Rery melihat keadaannya, aku pasti dia akan membatalkan niatnya untuk ' bercinta' denganku.

Aku hilang fokus sehinggalah kami keluar meninggalkan panggung.

"Kita jadi check in hotel, ya," Rery tidak melepaskan tanganku hingga kami masuk ke kereta. Tanpa menunggu aku mengiyakan, kereta Rery meluncur menuju ke Damai Puri.

💕💕💕

Bulu tanganku berdiri saat Rery menutup pintu bilik hotel dan menguncinya.

Rery membuka semua pakaiannya. Hanya dalam hitungan saat, dia sudah berbogel di hadapanku.

"Aku rindu untuk ' bercinta' denganmu, Be," sebelah tangan Rery memegang bahuku manakala sebelah lagi tangannya mengangkat daguku. Bibirnya perlahan menekan bibirku, mengulum bibirku dengan lembut.

"Clay," cumbuan Rery menghantar satu rasa ke seluruh tubuhku. Aku tidak menolak setiap sentuhannya, sebaliknya aku menginginkannya. Aku menginginkan Rery untuk 'bercinta' denganku.

"Kamu tetap sempurna di mataku, Be," Rery melucutkan gaun separas lutut yang ku pakai.  Bra dan seluar dalam pink yang menutupi aset berhargaku menyusul tidak lama kemudian.

Rery mengangkat tubuhku dan membaringkanku di atas tilam.

"Sudah terlalu lama 'adikku' tidak menjengukmu, Be," Rery menunduk untuk mencapai puncak bukit kembarku dengan bibirnya. Dia menghisap agak kuat hingga aku dapat merasa ada air susuku yang keluar.

"Ahhh...," aku melentingkan tubuh. Rasa ini tidak berubah. Setiap sentuhannya tetap terasa nikmat.

"Setelah ini, jangan lagi menolakku, Be," tangan Rery membuka kakiku lebar.

"Jangan," aku berusaha merapatkan kakiku. Aku tidak mahu dia melihat milikku yang entah bagaimana rupanya setelah robek kerana melahirkan si kembar.

"Kenapa?"

"Hodoh, Clay," Rery tertawa mendengar alasanku. Dia membuka kakiku lagi. Dia melihat lama ke bahagian itu.

"Masih cantik, Be," katanya sambil tersenyum memandangku.

Rery terus membuka lebar kakiku. Dia menunduk di celah pahaku dan aku dapat merasakan sapuan lidahnya di situ.

"Jangan, Clay," aku mengerang. Nikmat, tapi aku tidak sampai hati jika Rery menyentuh bahagian itu dengan mulutnya.

Tanganku menarik tubuh Rery agar dia menindihku. Rery menurut. Dia memposisikan tubuhnya di atas tubuhku.

"Aku belum mahu mengandung lagi, Clay," kataku dengan hati-hati. Aku tidak mahu Rery kecil hati dan menyangka aku tidak sudi melahirkan anaknya lagi.

"Aku mahu ' bercinta' denganmu, Be, bukan untuk membuat bayi lagi. Kita sudah ada sepasang. Bagiku itu sudah cukup," Rery memasang pelundung pada adiknya. Kemudian, Rery menggunakan dua jarinya untuk membuka bibir Miss-V ku bagi memberi jalan kepada 'adik' nya masuk.

"Ahhh... Ohhh... Enggh..," aku tidak dapat menahan suara yang keluar dari peti suaraku tika Rery memaju mundurkan pinggulnya. 'Adik' nya keluar masuk tanpa jeda.

"Kamu masih sempit, Be. Masih nikmat," aku memeluk tubuh Rery dengan erat. Aku tidak tahu apakah benar milikku di bawah sana masih cantik seperti sebelum aku melahirkan. Tapi nampaknya Rery tidak peduli. Buktinya dia menikmati percintaan kami.

" Kita berehat sebentar, Be. Selepas ini kita 'main' satu round lagi. Setelah itu baru kita pulang," katanya cuba meneutralkan nafasnya yang menderu.

Aku hanya mengangguk. Mataku terasa sangat mengantuk. Tubuh terasa remuk. Rery telah menguras habis tenagaku hingga untuk membuka mata pun rasanya aku tidak larat.

Vote dan komen.
Happy reading.

Tbc....

With ♥️
SL

***Dalam satu dua part lagi, cerita ini akan tamat.

My Dear Lover ( ✔️ Complete ) Where stories live. Discover now