Jika malam ini aku dapat tertidur lelap. Maka itu adalah anugerah. Meskipun aku bukan tidur di kamarku. Meskipun beberapa waktu yang lalu mamah menampakan wajah marahnya. Dan meskipun tanganku penuh luka lagi. Disana, aku meninggalkan kamar yang berantakan. Meninggalkan mamah yang entah dapat tertidur atau tidak. Meninggalkan rumah besar mewah itu yang dibangun dengan susah payah berkat obsesi mamah.
Namun setidak seseorang baru saja menarik selimutnya untuk menghangatkan tubuhku dikamarnya. Membuatkan teh panas dan mengeluarkan beberapa kata yang menenangkan, seperti
"Udah, gak usah terlalu dipikirn"
"Kamu boleh disini selama yang kamu mau"
"Besok istirahat aja, gak usah sekolah"
Sambil menepuk-nepuk punggungku dan beberapa kali menghapus air mata yang tanpa sadar terjatuh di wajahku. Terimakasih Zi.
Selain itu, setidaknya tiba-tiba Dio datang untuk mengobati lukaku. Menampung semua yang ingin ku keluarkan segera. Meminjamkan dadanya untuk menutupi wajah malangku sejenak. Dibawah bulan yang tak sepenuhnya bersinar, aku tahu bahwa tak banyak yang bisa mendapatkan anugerah seperti ini disaat mereka terpuruk. Terimakasih Di, sudah membuatku nyaman. Apakah kamu akan menjadi kebiasaanku selanjutnya setelah Zia?
"Gimana? Udah bisa tidur?" Tanya Zia
Aku mengangguk.
"Ya udah, aku matiin lampunya ya"
Dan, mataku tertutup. Aku dapat berkunjung ke alam mimpi malam ini. Meski dengan mata bengkak karena menangis. Namun hatiku cukup tenang untuk beristirahat.
***
YOU ARE READING
Balerina
Novela JuvenilBagi Laudya dan Zia ballet adalah segalanya. Bagaimana ketika 2 orang sahabat ini bertemu dalam satu kompetisi. Ditambah hadirnya laki-laki idaman Zia sejak lama yang mengincar Laudya. Masihkah persahabatan mereka tetap bertahan setelah 10 tahun ber...