10. Terbang untuk jatuh

18 1 0
                                    

Katanya cinta bisa hadir seiring berjalannya waktu, tapi kenapa menunggu cinta itu datang begitu menyakitkan? ~

***

Qween berjalan gontai setelah tadi pergi meninggalkan rumahnya, masih menggunakan seragam sekolah kebanggaannya berkeliling tak jelas dengan membawa mobilnya, bingung tak tau harus kemana sampai akhirnya dia berakhir disini, ditempat ini, tempat yang lumayan jauh dari rumahnya, tempat yang tak banyak orang namun begitu menyejukkan.

Matanya memandang hamparan danau luas didepannya, duduk dibawah pohon rindang beralaskan rumput-rumput jepang yang indah dan terawat, fikirannya kembali memutar kejadian demi kejadian yang tengah dialaminya beberapa waktu ini, dimulai saat pertengkaran dengan orang tuanya sebulan lalu, pertengkarannya dengan Citra, dilanjut dengan masalahnya dengan Ken sedari kemarin hingga hari ini, bahkan dihari yang sama pula pertengkaran dengan kedua orang tuanya terjadi. Lengkap sudah beban hidupnya hari ini, merasa lelah dengan hidupnya yang seperti drama ditelevisi, atau bahkan yang sudah persis dengan cerita di kebanyakan novel.

Air mata luruh begitu saja dari mata hazelnya, beberapa fikiran mengusiknya tentang bagaimana hubungannya dengan orang tuanya, bagaimana besok dia menghadapi dunia yang pasti akan lebih berat lagi dari hari ini.

Banyak orang yang menganggap hidupnya enak, bahagia, tak kekurangan apapun, tapi mengapa orang diluar sana tidak dapat melihat bagaimana caranya agar tetap tersenyum di depan semua orang, bagaimana usahanya agar semua orang tak melihat bagaimana sedihnya dia ketika iri melihat sebagian banyak anak yang bisa dengan sering melakukan qualitytimenya dengan keluarga yang mereka punya, dan satu lagi, apa mereka tau rasanya ketika perasaannya tak terbalaskan? Teman-temannya hanya tau dia senang-senang saja diperlakukan bagaimana pun dengan seseorang yang telah merebut hatinya itu setelah lama, padahal setiap kali di tolak, hatinya merasa sakit.

Apa takdir hidupnya memang harus seperti itu? Mencinta tanpa di cinta? Kenapa dunia begitu kejam terhadapnya?

Fikirannya terganggu dengan dering ponsel yang masuk, di lihatnya nama yang tertera disana, sang Mama yang tengah menghubungi, enggan untuk mengangkat akhirnya Qween memutuskan untuk mematikan saja ponselnya.

Air matanya terus-terusan turun membasahi pipi, padahal sudah setengah jam dia ada disini tapi air mata itu masih saja tak mau berhenti menetes, sampai tak sadar jika ada yang mengambil alih duduk disebelahnya, memberikan sapu tangan berwarna abu-abu gelap, baru pandangannya beralih menatap si empunya sapu tangan itu, saat itu juga dunianya seakan berhenti, air mata semakin luruh membasahi pipinya, suara isakan menjadi terdengar begitu kencang, dan pilu.

"Please, jangan nangis lagi" ucap seseorang itu yang sukses membuat Qween semakin menangis terisak disana, seseorang itu lalu menarik gadis itu dalam peluknya dalam sekejap

Tak banyak bertanya, tak berniat juga untuk bertanya sekarang, waktunya belum tepat, dia hanya membiarkan Qween menangis dengan puas, mungkin dengan begitu gadis itu akan merasa terbebas dari rasa sedihnya itu, tak lupa tangannya terulur untuk mengusap lembut rambut berwarna cokelat kemerahan itu, melihatnya menangis tentu membuat hatinya ikut sakit.

15 menit berlalu, isakan Qween berkurang, air matanya mungkin masih menetes disana, tapi itu jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya.

"Lo kenapa? Mau cerita?" Tanyanya lembut membuat Qween kembali sedih "Gue terlalu nyakitin lo ya?" Sambungnya lagi yang sukses membuat Qween melihat wajah itu, wajah yang selalu membuat hatinya berantakan, wajah yang selalu bisa membuatnya terbang namun terjatuh lagi, wajah yang selalu dia harapkan disetiap doa-doanya, dia Kenandra

Qween KenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang