"Ada apa sih Sen," aku berusaha melepaskan genggaman Arsen yang begitu kuat.Arsen hanya menatap dingin diantara keramaian. Aku terbius manik matanya yang indah.
"Nih buat lu." Arsen mengeluarkan kotak makan dari tasnya.
"Apa ini?" Tanyaku dengan berusaha membukanya.
"Banyak nanya!" Ucap Arsen dengan melangkah pergi.
Ish!, Dasar aneh.
Aku coba mencium wangi dari kotak makan itu, tapi nihil tak tercium apapun.
Dengan hati-hati aku membuka perekat di kotak makan itu, setiap sudut tutup nya aku coba buka dengan perlahan. Dan,
Puding coklat! Teriak ku dalam hati.
Astaga Arsen, dari mana dia dapatkan ini. Mataku masih membulat menatap puding coklat, bingung mengekspresikan rasa bahagia.
Aku mulai menaikan pandangan mencari Arsen, seseorang dengan jaket tim nya melihat ku yang tersenyum sendiri dengan tatap sinis, juga raut wajah yang membuatku risih.
Aku lekas menyusul Arsen yang sudah lebih dulu berjalan dan sesekali melirik ke belakang memastikan lelaki itu tidak melihatku dengan ekspresi itu lagi.
"Sen! Tunggu!" Aku berusaha mengejar Arsen.
Langkah kakinya begitu panjang saat ia berjalan biasa sama dengan aku berlari.
"Apa?" Tatapnya dingin
"Inih, makasih. Oh iyah, semangat yah" aku dengan ngos-ngosan berusaha memberikan arsen semangat.
"Cepet masuk, entar gak kebagian kursi." Titah Arsen dengan melangkah masuk ke ruang ganti.
Kartu panitia yang Arsen beri memudahkan aku masuk tanpa mengantri tiket.
Bahkan aku terlihat lebih disegani oleh panitia di sini, ini pengalaman yang luar biasa.
Aku memutuskan duduk di kursi penonton paling bawah, agar bisa melihat pertandingan secara dekat.
Semua kursi penonton nyaris penuh, sepertinya akan seru sekali pertandingan kali ini. Secara, ini pertama kali dalam hidupku menonton pertandingan.
Mataku masih menyapu seisi ruangan , terutama beragam alat pendukung yang penonton lain bawa, seperti balon tepuk bertuliskan nama sekolah dan nama tim, banner, topi yang senada dengan warna jersey tim, terompet, dan alat-alat lainnya yang membuat nuansa pertandingan terasa kental, membuatku cemas akan kekalahan.
Tiba acara dimulai tuan rumah membuka acara ini dengan perpaduan gerakan senam dinamis, tari, akrobatik dan sorak sorai yang meriah oleh sang pemandu sorak.
Berat badan yang ideal, tinggi badan yang cukup, dan tentu paras yang mempesona membuat mereka terlihat percaya diri tampil di depan.
Semua berseru dan bertepuk tangan atas aksi yang memukau.
"Awas lu!" Ucap seseorang dengan melemparkan bungkus permen.
Aku tentu mengenali suaranya. Suara yang selalu aku hindari selama ini.
Kini sorot mataku dan Nadia bertumbuk, matanya begitu sinis, kepalanya selalu menengadah, dan jangan lupakan lisannya yang tajam sekali.
Enggan menimbulkan keributan, aku pindah ke kursi paling atas. Lalu mereka bertiga tertawa sebagai selebrasi kemenangan, entah pengalaman apa yang mereka lalui sampai berbuat demikian.
Komentator telah bersiap memulai pertandingan. Riuh penonton semakin tak terkendali, di ujung sana dengan jelas aku melihat Arsen diantara Pandu dan Radit.
Menawan sekali! Rambutnya yang sedikit berantakan serasi dengan tatap dingin juga badan tegapnya.
" Ladies and gentleman, ini dia final dari turnamen basket tahun ini!"
"Yaitu Satria Muda VS Bima Nasa!"
Semua orang kompak bersorak memanggil nama tim jagoannya.
"Ini dia Satria Muda dari SMA Budi Mulia .."
Komentator menyebut satu persatu anggota dari tim Satria Muda yang berada di ujung lapangan, kemudian masuk berbaris dilapangan dengan melambaikan tangan pada semua penonton.
"Ini dia yang kalian tunggu-tunggu, dengan jersey nomor 12! sang kapten..."
"ARSEN!" sang komentator memanggil nama Arsen dengan penuh antusias seketika semua penonton terbius dan bersorak menyambut sang kapten masuk lapangan.
Kakinya melangkah sempurna menuju lapangan, dan melambaikan tangan pada penonton. Rambutnya yang sedikit berantakan tidak sama sekali mengurangi ketampanannya.
Setelah berdiri gagah di tengah lapangan Arsen mengangkatkan pandangan nya lurus ke depan dan tersenyum selama tiga detik. Para penonton semakin riuh bersorak.
Dari ujung sana para wanita-wanita yang sepertinya sebaya denganku semangat bersorak yel-yel untuk Arsen
"ARSEN! GO GO ARSEN! ARSEN! GO GO ARSEN!" kemudian mereka menertawakan tingkah mereka sendiri.
Nadia tak mau kalah dengan para wanita di ujung sana, Nadia bersorak memanggil nama Arsen diantara gemuruh penonton lain dengan memegang banner bertuliskan nama tim.
Dan aku, hanya berdo'a semoga pertandingan kali ini berujung baik.
"Wow ladies sepertinya kapten dari Satria Muda memiliki banyak penggemar wanita seperti saya dahulu. " Sang Komentatorpun terkekeh-kekeh dengan suaranya yang khas.
"Satria Muda are you ready?!!" Dengan pengucapan r yang bergetar,
"Ini dia yang Bima Nasa!" Dengan pengucapan s yang berdesis.
Satu persatu anggota dengan jersey warna biru garis putih itu masuk, tubuh nya sebanding dengan lawan dan tingginya pun hampir sama.
"Ini dia, sang kapten dengan jersey nomor 07..."
"BADAI!" Semua mata tersapu menuju lelaki itu.
Badai? Nama yang unik.
Ia melangkahkan kakinya dengan mantap menuju lapangan.
Tangan nya melambai memberi salam pada semua penonton, lengkung senyum nya tergambar jelas saat tersorot kamera.
Tepat saat wajah nya muncul di layar, aku melihat dengan jelas itu lelaki di parkiran tadi.
Wajahnya menjadi lebih baik saat tersenyum, dan tentu tidak dengan tatap sinis tadi.
Selesai menyebutkan para pendukung acara, seisi ruangan menyanyikan lagu kebangsaan dengan khidmat.
Kemudian para tim yang akan bertanding di beri waktu untuk latihan dan memantapkan strategi.
Sepuluh menit berlalu, kini pertandingan dimulai. Semua telah berada pada posisinya masing-masing.
Di tengah garis lingkaran sana, terlihat Arsen dan Badai yang bersiap untuk menerima bola dari jump ball oleh wasit.
Dan yap! Bola pertama berhasil diraih Arsen.
Di lapangan Arsen laksana tupai, cerdas, lincah dan tangguh.
Belum lagi di samping nya ada Radit si penembak jitu dan Pandu si kijang juga dua teman lainnya yang tak kalah hebat. Tim yang sempurna!
Lima menit pertama, Satria Muda telah mencetak lima poin oleh Arsen dan Radit.
" Yeah, ladies and gentleman sepertinya Satria Muda tidak memberi celah untuk Bima Nasa bernafas pada babak ini!"
Komentator mencoba membakar semangat tim lawan dan beberapa detik dari itu semua berteriak ngeri.
"Radit!" Aku dengan spontan berteriak, dan tangan ku mulai gemetar.
Mohon maaf bila terdapat banyak kesalahan penulisan 😂
Update setiap Selasa dan Jumat 😋
Bantu support ya🙏
Jangan lupa tekan ⭐
Terimakasih 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Badai Samudra
Teen FictionSetiap keinginan yang berdenting menuju langit, selalu berharap diberi yang terbaik. Tapi kehilangan, kegagalan, percarian dan penantian selalu menghalangi rasionalitas pemikiran. Layaknya bunga yang tak dapat memilih dimana ia tumbuh, Acha bertekad...