7. Camp (2)

5 0 0
                                    



"Aku mau ikut acara api unggunya," pinta Nana sambil memelas. "Na, lo baru aja pingsan, istirahat dulu ya," ucap Hani membuat Nana cemberut kesal.

"Please! Gua janji kalau pusing gua langsung bilang. I swear, promise, yakso!" Kalau sudah begini, Hani dan Disa tidak bisa menolak. Memang tidak ada yang lebih keras kelapa dari Luna Ava. Nana tersenyum girang, bangkit dari matrasnya lalu merangkul kedua sahabatnya menuju lapangan utama.

Mereka bertiga datang sedikit terlambat dan mengikuti arahan untuk ikut duduk melingkari api unggun.

Nana melirik Elios di sisi lain lingkaran yang terus menatapnya sejak ia datang.Nana jadi merasa bersalah, gadis itu tahu Elios hanya bercanda, tapi tubuhnya seolah tidak bisa menerima jenis candaan yang seperti itu.

Acara dimulai, mereka menyanyikan beberapa lagu sambil memain gitar dipandu oleh guru seni mereka, Pak Hari.

Acara ini membuat Pusing Nana menghilang seutuhnya. Sangat menyenangkan.

"Nah kalian akan dibagikan kertas, di kertas yang dibagikan ini, ada dua orang yang akan maju buat nyanyi. Kertas dengan tanda ceklis, ayo maju kedepan!" Semua orang bertepuk tangan, setelah dibagikan mereka membuka kertas yang ada di tanganya masing-masing.

"Syukur lah gua tanda silang!" ucap Hani sambil mengelus dada. "Gua juga Han!"

Nana membuka kertas itu dan mendapati tanda ceklis di dalamnya.

Yah.

"Woo! Nana dapet ceklis!" teriak pak Hari dari belakang yang membuat Nana terkejut.

"Ayo berdiri Na! Gak bakal digigit kok," goda pak Hari. Nana akhirnya berdiri walau rasa gugupnya tak tertahan.

"Pak, Elios dapet ceklis!" seru Dino yang membuat Elios melotot kesal. Bersahabat dengan Dino Bagaskara memang suatu kesalahan.

Semua orang bertepuk tangan, memberi semangat. Tapi Nana benar-benar gugup apalagi setelah apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.

"Nyanyi!"

"Nyanyi!"

"Nyanyi!"

"Kamu... Mau nyanyi apa?" bisik Nana pelan pada Elios. Tapi Elios tetap diam, memandangi wajah Nana yang masih sedikit pucat. "Elios..."

"Iya?"

"Ish! Mau nyanyi apa?" bisik Nana lagi.

Elios mengambil gitar dari pak Hari, semua orang bersorak-sorak riang, cowok itu menatap Nana yang tengah kebigungan dan tersenyum penuh arti.

Remember when I told you

"No matter where I go

I'll never leave your side

You will never be alone"

Elios mulai memetik gitarnya senada dengan suaranya yang merdu.

Even when we go through changes

Even when we're old

Remember that I told you

I'll find my way back home

Cowok itu bernyanyi bait demi bait sambil menatap wajah Nana,

I could never let you go

Couldnt run away if i tried.

Cause even i'm all alone

You still got a hour in my mine

And i'll always let you now

That i'm always gonna hold on

Mereka mengikuti alunan musik juga suara Elios yang merdu.

Remember when I told you

"No matter where I go

I'll never leave your side

You will never be alone"

Kini Nana yang mulai bernyanyi, suara halusnya membuat semua orang disini melambaikan tangan, mengikuti setiap nadanya.

Even when we go through changes

Even when we're old

Remember that I told you

I'll find my way back home

(Way back home- shaun feat. Conor Maynart)

Mereka menutup lagu dengan sempurna, suara tepukan melayang di udara.

Gadis itu tersenyum manis, sangat manis hingga membuat Elios terpaku diam. Dan disaat ini lah Elios tahu, kalau Nana sudah merebut hatinya lebih dulu.

Bahwa ruang kosong hatinya telah terisi penuh dengan Namanya.

Hanya dengan Namanya.

****

Hari telah berganti, acara mereka sudah selesai tepat jam dua belas malam. Beberpa orang telah masuk ke tendanya masing-masing, berbeda dengan Nana, gadis itu masih setia duduk di depan Tendanya seraya menatap langit malam dengan beberapa bintang di atasnya.

Mungkin karena udara desa ini asri, ia bisa melihat langit dengan jaaaaelas tanpa tertutup polusi deperti di Ibu Kota.

"Suara lo bagus banget," ucap seseorang membuat Nana menoleh seutuhnya. Elios, cowok itu menghampirinya lalu duduk dismping Nana.

"Makasih, tapi suara Elios tadi lebih keren dari aku," jawab Nana sambil tersenyum tipis.

"Soal yang tadi, gua minta maaf ya," Bagi Nana, kata-kata itu tidak terlalu berarti banyak. Tapi tubuhnya merespon sangat berbeda, itu sudah sering terjadi, jadi Nana sudah sangat terbiasa.

Cowok itu juga tidak tahu kalau Nana sampai berkeringat dingin dan pingsan hanya karena kata suka ini.

"Kamu tau gak? Jarak bintang yang kita lihat sekarang itu jauh banget sama bumi," ucapnya sambil menunjuk salah satu bintang disana.

"Bisa sampai jutaan tahun cahaya. Jadi mungkin, yang kita lihat ini sebenarnya hanya cahaya saja, entah apa bintangnya masih ada atau enggak,"

"Itu sebabnya lo suka bintang?" tanya Elios.

Gadis itu mengangguk, "Kita enggak bisa melihat bagian terluar seseorang tanpa tahu sebenarnya apa yang terjadi sama dia. Dan yang tadi, kamu mungkin udah tau aku yang sebenarnya,"

"Aku tau kamu bercanda, tapi aku gak bisa menerima candaan kayak gitu. Jadi tolong jauhin aku, sebelum aku anggap ini serius," Nana tersenyum di akhir kalimatnya, ia bangkit dari duduknya dn meninggalkan Elios.

Kalimat yang tadi ia ucapkan memang penolakan tersirat, kalimat yang sudah ia ucakan berkali-kali dari sekolah menengah.

Pada akhirnya, ia selalu kalah oleh masa lalu tanpa perlawanan. Selalu seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saku BintangkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang